Wah, Balita Tahu Jika Orang Tuanya Berbohong!
Siapa sangka bahwa balita mampu menyimpan sejuta rahasia yang banyak tidak diketahui orang tuanya? Sebuah penelitian yang dimuat di Infant Behavior and Development mengungkapkan bahwa balita tahu jika orang tuanya berbohong.
Menurut Diane Poulin Dubois dan Chiarella, psikolog Pusat Penelitian Perkembangan Manusia Universitas Concordia mengatakan bahwa para balita tidak menyerap semua informasi yang ada secara membabi buta.
Informasi yang cenderung meragukan atau malah berlawanan secara otomatis akan disaring pada kognisi balita. Hal inilah yang membuat balita tidak mudah tertipu dan mampu mengetahui apakah orang tuanya berbohong atau tidak.
Kemajuan balita dalam mengetahui kebohongan orang tuanya bisa dilihat lewat mimik wajah serta sikap yang ditunjukkan dari para balita. Walaupun mereka berbohong demi kebaikan si balita, balita tetap tahu fakta sebenarnya.
Jadi, ketika orang tua berusaha melindungi anaknya dari kesulitan, mereka akan memasang mimik ceria. Tapi para balita tersebut mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.
Hal ini didukung oleh penelitian di Kanada yang mengungkapkan kemampuan bayi dalam mendeteksi ciri-ciri orang berbohong ditemukan pada usia 15-18 bulan dari 92 balita yang dijadikan sebagai sampel penelitian.
Dalam penelitiannya, kedua psikolog yaitu Poulin-Dubois dan Chiarella mengajak para balita menyaksikan akting beberapa aktor yang memainkan perannya sesuai skenario yang ada.
Sebuah akting tentu memerlukan luapan emosi lewat gerakan pantomim sehingga terlihat nyata dan benar-benar terjadi. Pada satu skenario, para aktor tersebut menunjukkan mimik sedih ketika tidak diberi sebuah mainan yang diinginkan. Pada skenario kedua, mereka menunjukkan mimik kesakitan saat mengalami luka di jari.
Dari kedua skenario tersebut, terlihat bahwa para balita berusia 15 bulan tidak menunjukkan reaksi apapun yang berbeda pada kedua skenario tersebut. Kata-kata bohong yang diucapkan para aktor tidak mampu menipu sang balita.
Hal ini membuktikan bahwa mereka mampu mengenali ekspresi wajah dan pengalaman emosional yang sebenarnya tidak sesuai dengan kejadian.
Dari penelitian tersebut juga diungkapkan bahwa para balita sempat melihat wajah para aktor tersebut cukup lama, kemudian berbalik melihat para pengasuh untuk mengukur reaksi dari orang-orang yang sebenarnya mereka percaya.
Sebaliknya, para balita mampu menunjukkan empati terhadap orang yang mereka percaya misalnya pada kondisi sedih maka mimiknya juga berubah menjadi sedih.
Ini bisa menjadi pengetahuan baru bagi para mama dalam mengurus balitanya secara benar. Jadi, bagi orang tua, jangan banyak berbohong terhadap para balita karena mereka dapat mampu mendeteksi ketika mama sedang berbohong.
(PIA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.