Persalinan Water Birth: Keuntungan dan Bahaya yang Wajib Diwaspadai
Water birth atau persalinan dalam air kembali populer beberapa tahun belakangan ini.
Melansir WebMD, water birth adalah sebagian atau seluruh proses persalinan yang dilakukan ketika Moms berada di kolam air hangat.
Prosedur ini dapat dilakukan di rumah sakit, pusat bersalin, atau di rumah, tentu saja tetap dengan bantuan dokter kandungan, perawat, atau bidan.
Selain dipercaya bisa mengurangi rasa sakit saat melahirkan, metode ini banyak dilakukan artis sehingga membuat banyak Moms berminat.
Seperti yang dilakukan penyanyi jazz Andien pada tahun 2017 saat melahirkan Anaku Askara Biru. Selain Andien, artis Shareena juga menggunakan metode water birth untuk persalinan anak pertamanya, Ry.
Berikut ini adalah informasi tentang apa saja yang perlu Moms ketahui seputar water birth, hingga faktor yang membuatnya dilarang di Indonesia. Disimak yuk, Moms!
Baca Juga : Ketahui 9 Peran Doula dalam Persalinan, Berbeda dengan Bidan
Manfaat Water Birth untuk Moms dan Bayi
Water birth sudah lama dikenal di Australia dan Rusia. Sementara itu, di Indonesia, water birth baru populer sekitar akhir tahun 2006.
Selain disukai kalangan para artis, water birth di Indonesia juga mulai populer karena diketahui bisa mengurangi rasa sakit.
1. Mengurangi Rasa Sakit saat Melahirkan
Metode persalinan ini bisa mengurangi rasa sakit karena Moms direndam di dalam air hangat, sehingga memberikan perasaan nyaman dan rileks.
Air hangat membantu menurunkan tekanan darah Moms, sehingga memengaruhi kecemasan ibu saat melahirkan yang semakin berkurang.
Dengan begitu, tubuh Moms akan memproduksi hormon endorfin yang dapat membantu mengurangi rasa sakit.
2. Aman untuk Bayi
Water birth dipercaya aman untuk bayi karena bayi hidup di air ketuban saat di dalam kandungan.
Sebagian ibu percaya bahwa bayi 'berenang' dalam air ketuban saat di dalam kandungan.
Air steril yang diisikan ke dalam kolam untuk melahirkan sudah diatur sesuai suhu tubuh, yaitu 36-37°C, sehingga bisa mencegah bayi yang lahir mengalami hipotermia.
3. Memudahkan Persalinan
Melahirkan di dalam air akan lebih mudah karena ada gaya gravitasi dalam air.
Ini akan membantu Moms saat mengejan dalam posisi duduk atau berjongkok, sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat.
Metode ini juga akan memudahkan Moms yang memiliki keterbatasan fisik untuk melahirkan.
Baca Juga: 60+ Ucapan Selamat Melahirkan yang Indah dan Menyentuh
Bahaya dan Risiko Persalinan Water Birth
Ada beberapa alasan kenapa water birth tidak disarankan di Indonesia, Moms.
Tentunya semua demi keselamatan serta kesehatan ibu dan bayi. Berikut risiko dari melakukan persalinan water birth:
1. Infeksi
Saat mengejan di dalam kolam, ada kemungkinan Moms akan buang air besar dalam kolam tersebut.
Bayi yang lahir dapat menelan sebagian air yang sudah kotor tersebut, sehingga berisiko terkena infeksi.
Sulit membuat air kolam steril, karena begitu Moms masuk, air akan terkontaminasi oleh vagina saat proses bukaan.
2. Pneumonia
Untuk mencegah pneumonia, suhu air harus cukup hangat dan bayi harus segera diangkat dari air setelah keluar dari tubuh ibu.
Pneumonia dapat terjadi 24-48 jam setelah persalinan, salah satu penyebabnya adalah bakteri dari dalam kolam.
Baca juga: Berapa Lama Jahitan Pasca Melahirkan Sembuh Total?
3. Tenggelam
Mungkin Moms bingung, bagaimana bayi bisa tenggelam dalam kolam dengan tenaga medis di sekitarnya?
Tenggelam yang dimaksud adalah kondisi paru-paru bayi terisi air layaknya orang tenggelam.
Untuk mencegah hal tersebut, tenaga medis yang membantu akan langsung mengangkat bayi ke permukaan agar segera mendapat oksigen.
4. Tali Pusar Putus
Walaupun jarang terjadi, saat bayi diangkat ke permukaan, ada kemungkinan tali pusar putus dan mengakibatkan pendarahan yang cukup banyak.
5. Sindrom Aspirasi Mekonium
Jika usus bayi telah melakukan gerakan pertama sebelum lahir dan bayi menghirup cairan ketuban yang terkontaminasi, maka bayi akan memiliki masalah pernapasan yang disebut sindrom aspirasi mekonium.
Karena risiko tersebut, prosedur water birth dilarang di Indonesia. Pada tahun 2016, Persatuan Obsetri dan Ginekologi (POGI) menyatakan akan mencabut rekomendasi pendaftaran anggota dokter kandungan yang mendukung metode water birth.
Selain itu, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) telah menyebarkan surat edaran kepada seluruh bidan Indonesia untuk tidak melakukan prosedur persalinan water birth.
Syarat Water Birth
Meski kelihatannya sederhana, tidak semua ibu dapat melakukan proses ini.
Melansir American Pregnancy, ada syarat-syarat ketat yang wajib Moms penuhi jika ingin melakukan water birth:
- Usia Moms berada di antara 17-35 tahun
- Tidak hamil dengan risiko seperti diabetes atau preeklampsia
- Tidak hamil kembar
- Tidak sungsang
- Bayi tidak terlalu besar
- Tidak prematur
Selain itu, beberapa kondisi kehamilan dan bayi Moms yang dilarang untuk melakukan water birth adalah:
- Panggul Moms kecil
- Bayi dalam posisi sungsang atau melintang
- Ibu sedang dalam perawatan medis
Moms dengan penyakit herpes juga sangat dilarang melakukan water birth, karena dikhawatirkan akan menularkan penyakit kepada bayi melalui air yang masuk ke mata dan anggota tubuh Si Kecil lainnya.
Baca Juga: 11 Cara agar Posisi Kepala Bayi di Bawah Jelang Persalinan
Proses Persalinan Water Birth
Proses persalinan water birth terdiri dari beberapa tahapan penting yang perlu dipersiapkan dan dijalani oleh ibu hamil. Berikut ini adalah rincian dari proses tersebut:
1. Persiapan Awal
- Memilih Lokasi dan Tenaga Medis: Memutuskan lokasi water birth dan memilih tenaga medis yang berpengalaman dalam water birth.
- Pemilihan Bak Persalinan: Memilih bak persalinan yang nyaman dan sesuai standar keamanan.
- Pengaturan Suhu Air: Mengatur suhu air di bak persalinan, biasanya antara 36-37 derajat Celsius.
2. Tahap Awal Persalinan
- Memasuki Bak Air: Ibu masuk ke dalam bak air hangat saat kontraksi sudah cukup kuat dan teratur, biasanya ketika pembukaan mencapai sekitar 5 cm.
- Manajemen Nyeri: Air hangat di bak membantu merelaksasi otot dan mengurangi intensitas nyeri kontraksi.
3. Tahap Aktif Persalinan
- Pengaturan Posisi: Ibu dapat mengubah posisi untuk menemukan posisi yang paling nyaman.
- Pantauan Kesehatan: Tenaga medis secara teratur memantau kondisi ibu dan bayi.
4. Kelahiran Bayi
- Kelahiran Kepala dan Tubuh Bayi: Saat kepala bayi muncul, ibu didorong untuk mengejan dengan lembut.
- Penanganan Bayi Baru Lahir: Segera setelah bayi lahir, bayi diangkat ke permukaan air untuk memastikan bayi dapat bernapas dengan baik.
5. Tahap Setelah Kelahiran
- Penanganan Plasenta: Setelah bayi lahir, ibu masih harus melahirkan plasenta.
- Pemeriksaan dan Perawatan Pasca-Persalinan: Dilakukan pemeriksaan dan perawatan awal bayi.
Baca Juga : Melahirkan dengan Induksi Persalinan, Apa Aman bagi Janin?
6. Pemulihan dan Perawatan Bayi
- Perawatan Ibu dan Bayi: Setelah proses persalinan selesai, ibu dan bayi mendapat perawatan dan pemantauan untuk memastikan keduanya dalam kondisi baik.
Water birth mungkin terlihat aman, namun tetap memiliki risiko bagi Moms dan bayi. Masih tertarik menggunakan metode ini, Moms?
- https://www.webmd.com/baby/water-birth#1
- https://evidencebasedbirth.com/waterbirth/
- https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/labor-and-birth/water-births/
- https://www.parents.com/pregnancy/giving-birth/vaginal/what-is-water-birth/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4210671/
- https://journals.lww.com/jpnnjournal/fulltext/2020/01000/the_experience_of_land_and_water_birth_within_the.7.aspx
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.