10 Tips Membeli Rumah Bekas
Membeli rumah bekas kadang lebih menguntungkan dibanding membeli rumah baru. Moms lebih mudah mengetahui perkembangan kawasan di sekitarnya yang sudah jadi.
Moms juga akan mendapatkan luas tanah lebih besar jika membeli rumah second dibandingkan dengan membeli rumah baru. Selain itu, Andapun dibebaskan dari pajak pertambahan nilai (PPN).
Walaupun begitu, membeli rumah bekas terasa gampang-gampang susah. Ibarat mencari pasangan hidup, mencari dan mendapatkan rumah second membutuhkan waktu yang cukup lama serta ketelitian dan kesabaran ekstra. Moms tidak punya banyak pilihan, baik jumlah unit maupun model rumah yang tersedia.
Ada juga sejumlah pekerjaan ekstra yang harus dilakukan pascapembelian. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan, seperti apakah rumah yang kita incar telah memenuhi kriteria yang kita inginkan? Apakah tampilan luar rumah sungguh mewakili kondisi rumah tersebut secara keseluruhan?
Agar tidak menyesal belakangan, simak tips ini sebelum membeli rumah bekas:
1. Beli rumah dari pemilik langsung
Cara terbaik membeli rumah bekas adalah langsung dengan pemiliknya sendiri alias tanpa perantara. Sebab, Moms bisa memperoleh informasi secara detail tentang rumah yang hendak dibeli. Selain itu dengan membeli langsung, harganya akan lebih murah karena penjual tidak perlu memberi komisi kepada broker atau perantara.
2. Pilih broker atau perantara yang tepat
Jika Moms terpaksa membeli rumah melalui jasa broker, pilihlah broker yang bisa Moms percaya. Moms bisa meminta referensi broker properti dari relasi Moms. Jika tidak, sebaiknya gunakan jasa broker properti terkenal yang sudah memiliki kredibilitas baik.
Broker akan sangat membantu saat proses pengurusan dokumen jual beli rumah, bahkan saat pengajuan KPR seandainya Moms berencana membeli rumah dengan cara mencicil ke bank.
3. Tanyakan usia bangunan rumah
Secara sederhana Moms bisa mengelompokkan usia bangunan rumah yaitu baru (kurang dari 10 tahun), sedang (10 s/d 20 tahun) dan tua (lebih dari 20 tahun). Jika pernah dilakukan renovasi, tanyakan kapan terakhir kali dilakukan renovasi.
Tentunya ini bukan patokan baku, karenaakan sangat dipengaruhi kualitas bahan bangunan, tipe struktur, serta kualitas pengerjaan rumah tersebut. Yang jelas, semakin tua usia bangunan, performanya akan semakin menurun. Berarti Moms harus bersiap menganggarkan dana untuk merenovasi rumah tersebut.
4. Lokasi
Pertimbangkan hal-hal ini:
- Transportasi dari lokasi rumah yang akan dibeli dengan tempat kerja atau usaha
- Tidak macet (kalau memungkinkan, karena kalau di Jabodetabek hampir semua tempat macet)
- Jika memungkinkan, cek lokasi rumah beberapa kali untuk pertimbangan waktu dan jarak tempuh
5. Periksa kondisi fisik rumah
Periksa secara detail kondisi fisik rumah pada setiap bagian-bagiannya. Bila perlu, buat checklist agar lebih mudah saat melakukan pemeriksaan. Akan lebih baik jika Moms mengajak kontraktor untuk menilai kondisi rumah saat ini. Beberapa hal yang harus Moms perhatikan antara lain:
- Kondisi struktur rumah. Barangkali ada retak-retak di pondasi, dinding, kolom, dan balok.
- Dinding. Barangkali ada flek-flek bekas rembesan air tanah.
- Kualitas lantai. Apakah masih baik atau sudah mengalami penurunan atau retak-retak lantai?
- Periksalah barangkali ada bekas serangan rayap pada kusen, jendela, pintu, plafon, dan atap rumah.
- Pastikan bahwa struktur atap masih dalam kondisi baik. Lihatlah barangkali ada balok/gording yang keropos, atau ada kebocoran serius pada talang.
- Jangan lupa cek pula kondisi jaringan listrik PLN di rumah, masih baik atau sudah awut-awutan.
- Apakah kualitas airnya masih layak? Cek pula jaringan air apakah masih dalam kondisi baik.
- Rasakan kondisi ruangan. Apakah segar, lembap, atau malah terasa gerah?
6. Cek lingkungan sekitar rumah
Dapatkan informasi tentang kondisi lingkungan sekitar rumah, terutama jika rumah itu hendak Moms tempati bersama keluarga. Jangan sampai Moms kecewa karena ternyata lokasi rumah tersebut sulit diakses, rawan kejahatan, jauh dari sarana pendidikan, atau ternyata sering kebanjiran.
7. Cek dokumen kelengkapan rumah
Periksalah keaslian sertifikat rumah (SHM), sertifikat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), bukti Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan kemudian lakukan cross check pada semua dokumen tersebut.
Apabila ternyata nama yang tertera di situ tidak sama dengan nama penjual rumah, tanyakan status hubungannya. Bila katanya belum dilakukan proses balik nama, mintalah Akta Jual Beli yang sah atas rumah tersebut.
Untuk rumah yang berstatus harta warisan, tanyakan berapa banyak ahli waris sahnya. Poin ini penting sekali buat Moms, demi menghindari masalah hukum yang tidak diinginkan di kemudian hari.
8. Cek harga
Carilah informasi sebanyak mungkin tentang harga pasaran tanah dan rumah di sekitar lokasi rumah tersebut, sehingga Moms bisa melakukan penawaran dalam kisaran harga yang sewajarnya. Terlebih jika Moms berencana membeli rumah tersebut untuk kemudian menjualnya lagi.
9. Luangkan waktu seminggu untuk mematangkan pilihan
Luangkan waktu minimal tujuh hari, kecuali Moms sudah sangat mengenal wilayah rumah itu. Ini untuk lebih meyakinkan diri sebelum Moms mengajukan penawaran, karena bisa saja begitu Moms menawar harga, pemilik rumah langsung setuju. Ingat, pertimbangkan dengan matang karena Moms akan tinggal di situ selama mungkin 20-30 tahun ke depan.
10. Pilih Notaris atau PPAT yang terpercaya
Biasanya dalam transaksi pembelian rumah secara tunai, notaris atau PPAT dipilih dan dibayar sepenuhnya oleh pembeli. Untuk itu, Moms bisa meminta referensi dari saudara dan relasi Moms.
Sebaiknya notaris dan PPAT orangnya sama. Sebaiknya, pilih notaris atau PPAT yang beroperasi di wilayah rumah tersebut.
Pilih notaris yang berumur sekitar 40 tahun dan kelihatan bugar karena biasanya sudah berpengalaman, berhati-hati, dan cenderung lebih panjang umur. Umur panjang notaris bisa jadi penting untuk para ahli waris Moms sebagai bahan rujukan mereka bila Moms sudah wafat.
Semoga tips membeli rumah second tersebut dapat membantu Moms dalam proses jual beli rumah, ya.
(HEI)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.