3 Tips Mengajak Balita Memahami Penyandang Disabilitas dan Kebutuhan Khusus
Memiliki balita yang tumbuh sehat secara fisik dan mental tentu adalah anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya ya, Moms?
Sebagai wujud rasa syukur sekaligus membantu buah hati tumbuh menjadi pribadi yang berempati dan menghargai sesama, sebagai orang tua kita wajib mengajak balita memahami disabilitas sejak dini.
Balita yang masih kecil dan polos mungkin belum tahu kalau ada anak yang tubuhnya terlihat berbeda, tidak bisa berfungsi dengan normal, atau terlahir dengan keterbatasan kecerdasan.
Baca Juga : 6 Cara Menjelaskan Disabilitas pada Anak
Nah, beberapa tips berikut bisa Moms gunakan untuk membantu balita memahami disabilitas dan menghargai sesama.
1. Ajarkan Bahwa Disabilitas Itu Bukan Hal Yang Buruk
Foto : today.com
Saat berada di sekitar orang dengan disabilitas atau berkebutuhan khusus yang “berbeda” secara fisik maupun perilaku, balita mungkin saja merasa takut atau tidak nyaman.
Moms bisa menjelaskan pada balita bahwa perbedaan tersebut bukanlah hal buruk yang harus ditakuti.
Bantu balita menyadari bahwa dia dan penyandang disabilitas sebenarnya memiliki banyak kesamaan, seperti warna rambut, cara tersenyum, musik kesukaan, hobi, merasa sedih bila disakiti, dan sebagainya.
Jangan lupa, beritahu juga kalau mereka bisa memiliki prestasi dan kemampuan khusus yang lebih dari orang lain.
Jelaskan bahwa ada orang yang terlahir dengan kebutuhan khusus, dan ada pula keadaan disabilitas yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit.
Pada intinya, Moms perlu membuat balita memahami bahwa disabilitas bukanlah sesuatu yang buruk atau menular.
Baca Juga: 7 Tips Mengasuh Anak dengan Autisme
2. Gunakan Bahasa yang Baik
Foto : saskabilities.ca
Saat mengajak balita memahami disabilitas dan kebutuhan khusus, penting sekali untuk menggunakan bahasa yang baik dan sesuai. Salah satu hal penting yang perlu Moms lakukan adalah menekankan perbedaan antara disabilitas dengan orang yang menyandangnya.
Mobility International USA merekomendasikan untuk menggunakan respectful disability language atau bahasa disabilitas terhormat, seperti istilah “anak penyandang autisme” atau “anak dalam spektrum autis” ketimbang menyebut “dia anak autis.”
Saat berbicara tentang penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus, hindari kata yang berkonotasi negatif atau merendahkan, seperti cacat, cebol, idiot, gila, dan sebagainya. Bila balita menggunakan kata tersebut, segera koreksi dan jelaskan bahwa itu bisa menyakiti perasaan orang lain.
Baca Juga : Anak-anak Penyandang Disabilitas Ini Memiliki Prestasi yang Luar Biasa, Lo!
3. Tidak Mentoleransi Bullying
Foto : irresitiblechurch.org
Tak bisa dipungkiri, anak penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus seringkali menjadi sasaran bullying.
Nah, saat mengajak balita memahami disabilitas, jelaskan bahwa melakukan kekerasan dan dengan sengaja menyakiti perasaan orang lain itu adalah perbuatan salah yang tidak bisa ditolerir.
Tumbuhkan empati dengan meminta si kecil untuk membayangkan bila ada seseorang yang melakukan hal tersebut kepadanya.
Jelaskan bahwa setiap orang, termasuk mereka yang menyandang disabilitas atau kebutuhan khusus, juga punya perasaan dan harus diperlakukan dengan baik dan penuh hormat.
Saat balita merasa penasaran dan bertanya soal disabilitas di muka umum, berikan jawaban yang baik sesuai dengan tingkat pemahamannya ya, Moms.
Sebaiknya jangan menghindar atau memberikan kesan bahwa disabilitas dan kebutuhan khusus adalah hal yang tabu untuk dibicarakan.
Baca Juga : Down Syndrome Tak Halangi Anak-anak Indonesia Ini Raih Prestasi Internasional
Bagaimana dengan Moms, apa ada cerita tentang interaksi balita dengan penyandang disabilitas?
(WA)
Sumber : huffingtonpost.com, scarymommy.com
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.