7+ Penyakit Kulit Bayi yang Perlu Diwaspadai, Wajib Tahu!
Ketika bayi dilahirkan, kulit Si Kecil masih belum memiliki fungsi penghalang kulit yang baik, sehingga membuat Si Kecil mudah terserang penyakit. Termasuk penyakit-penyakit kulit bayi yang menular.
Dalam British Medical Journal, disebutkan bahwa sebagian besar anak akan mengalami infeksi kulit pada suatu waktu. Infeksi kulit ini bisa diatasi dengan berkonsultasi untuk mendapatkan perawatan yang sesuai.
Ada banyak penyebab penyakit kulit pada bayi, salah satunya adalah infeksi jamur. Infeksi jamur pada kulit bisa terjadi pada siapa saja dengan usia berapa saja. Tak heran kalau kemudian infeksi ini juga bisa menjangkiti bayi.
Meski penyakit kulit bayi akibat jamur tidak begitu fatal, tetapi alangkah lebih baik untuk menghentikannya sedini mungkin. Lalu apa dan bagaimana saja menangani penyakit kulit bayi akibat jamur?
Mengutip hasil kajian para peneliti farmasi India, dalam beberapa kasus penyakit kulit akibat jamur pada anak, dapat menyebabkan infeksi superfisial, yaitu pada kulit, kuku, dan rambut seperti sariawan oral, ruam popok candida, infeksi tinea, dan lain-lain.
Klasifikasi lain terkait jamur pada anak adalah subkutan yakni infeksi pada jaringan di bawah kulit. Ada juga klasifikasi sistemik yang terdiri dari dua jenis yakni patogen dan oportunis.
Baca Juga: Mengenal Eczema, Penyakit Kulit Yang Sering Diderita Balita
Penyakit Kulit Bayi yang Perlu Diwaspadai
Kulit bayi merupakan pelindung tubuhnya, sehingga penting untuk melindunginya dari hal-hal berbahaya. Tetapi, terkadang virus, bakteri atau jamur menembus kulit dan menyebabkan infeksi.
Berikut ini daftar penyakit kulit bayi yang menular dan penyebabnya.
1. Impetigo
Foto: motherandbaby.co.uk
Impetigo adalah penyakit kulit paling umum yang biasanya dialami oleh anak-anak usia 2-6 tahun. Impetigo adalah infeksi bakteri yang biasanya ada di wajah dan tangan, berbentuk luka merah dan basah, dan berkerak warna madu.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak dengan dermatitis atopik, pada anak yang tinggal di daerah beriklim tropis, dan dalam kondisi kebersihan yang buruk.
Mengutip Mayo Clinic, anak dapat terpapar bakteri yang menyebabkan impetigo ketika bersentuhan dengan luka seseorang yang terinfeksi atau dengan barang-barang yang telah disentuh seperti pakaian, sprei, handuk, dan mainan.
Pengobatan impetigo bisa dengan krim antibiotik, dan lakukan praktik kebersihan yang benar agar tidak tersebar. Segera cuci kulit yang rusak karena goresan, luka, dan gigitan serangga sebagai bentuk pencegahan.
2. Moluskum Kontagiosum
Foto: westgateskin.com
Moluskum kontagiosum adalah infeksi virus kulit yang umum, jinak dan terbatas. Umumnya, penyakit ini disebabkan oleh poxvirus khusus manusia.
Penyakit kulit yang menular ini biasanya terjadi pada kelompok usia 2-5 tahun. Si Kecil bisa mendapatkan penyakit ini hampir di mana saja, tetapi jarang terbentuk di telapak tangan atau bagian bawah kaki.
Melansir Healthy Children, penyakit ini hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Namun, benjolan-benjolan ini dapat dihilangkan oleh dokter jika mengganggu atau bila punya sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Baca Juga: Dari yang Mudah Disembuhkan hingga Mengancam Jiwa, Ketahui Jenis-jenis Penyakit Kulit
3. Tinea Capitis (Kurap Kulit Kepala)
Foto: livescience.com
Tinea capitis (kurap kulit kepala) adalah infeksi kulit kepala dan rambut yang sangat menular yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Ini terjadi pada semua kelompok umur, tetapi sebagian besar bisa dialami anak-anak.
Penyebaran dari kurap kulit kepala ini bisa terjadi karena beberpaa praktik tata rambut seperti mencukur kulit kepala, mengepang rambut, dan menggunakan minyak rambut dapat meningkatkan penyebaran.
Dalam Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, pengobatan terhadap penyakit kulit bayi yang menular ini bisa dengan agen antijamur oral, atau dengan obat topikal yang dapat mengurangi risiko penularan.
Baca Juga: Vitilogo pada Anak, Penyakit yang Menyebabkan Warna Kulit Memudar
4. MRSA
Foto: thesun.co.uk
Infeksi MRSA umumnya dimulai sebagai infeksi kulit karena bakteri methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang menyerang kulit melalui luka terbuka, goresan atau gesekan.
Mengutip Stanford Children's Health, pada anak-anak, sumber infeksi penyakit kulit bayi yang menular ini paling umum adalah karena luka sederhana atau abrasi.
Pengobatan pada infeksi kulit MRSA ringan bisa dilakukan dengan membuka luka yang terinfeksi dan mengeluarkan nanah. Si Kecil juga kemungkinan akan diberikan salep antibiotik dan antibiotik oral.
Langkah-langkah sederhana untuk mencegah penyebaran MRSA adalah mencuci tangan sering, menggunakan perban saat dibutuhkan, jangan menyentuh luka, dan jangan berbagi barang pribadi.
5. Infeksi Tinea (Kurap)
Foto: Orami Photo Stock
Infkesi tinea atau kurap ditandai dengan bercak merah bersisik berbentuk cincin dengan pusat bening. Risiko tertular kurap meningkat jika anak mengalami kurang gizi, memiliki kebersihan yang buruk, tinggal di iklim yang hangat, memiliki kontak dengan anak-anak atau hewan peliharaan lain yang memiliki kurap atau mengalami masalah dengan kekebalan tubuh.
Infkesi tinea bisa menyerang berbagai bagian badan, mulai dari kaki, selangkangan, kulit kepala, kuku, tubuh, dan wajah. Infkesi tinea pada kulit kepala dan tubuh lebih sering menimpa anak-anak ketimbang orang dewasa.
Infkesi ini seringkali disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap kurap dan dapat dikaitkan dengan ruam di tempat lain di tubuh dan kelenjar getah bening lunak di leher. Infkesi juga lebih sering terjadi pada iklim yang lebih hangat.
Infeksi tinea biasanya didiagnosis berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik anak. Diagnosa juga biasanya dimungkinkan lewat pemeriksaan fisik.
Untuk penanganan, karena jamur dapat hidup tanpa batas pada kulit, kemungkinan pengobatan harus dilakukan terus menerus. Perawatan spesifik akan ditentukan oleh dokter berdasarkan usia anak, kesehatan keseluruhan, dan riwayat medis.
Begitu juga dengan kondisi penyakit, lokasi infeksi, dan toleransi anak terhadap obat, prosedur, atau terapi tertentu.
Perawatan untuk infeksi tinea ini bisa dilakukan dengan obat anti jamur oral sesuai resep dokter selama empat hingga delapan minggu atau penggunaan sabun dan sampo khusus.
Jika ada kerion (lesi besar, lunak, bengkak), dokter dapat memesan obat tambahan, seperti steroid, untuk membantu mengurangi pembengkakan.
Baca Juga: Bagaimana Cara Tepat Melindungi Kulit Bayi dari Sinar Matahari?
6. Tinea Versicolor
Foto: Orami Photo Stock
Tinea versikolor adalah infeksi kulit jamur umum yang ditandai dengan bercak yang lebih terang atau lebih gelap di dada atau punggung. Infeksi ini, yang mencegah penyamakan kulit secara merata, paling sering terjadi pada masa remaja dan awal masa dewasa.
Biasanya satu-satunya gejala tinea versikolor adalah bercak putih atau coklat muda. Karakteristik umum lain dari infeksi termasuk infeksi yang hanya pada lapisan atas kulit, tidak ada ruam di wajah, bercak memburuk dalam panas atau kelembaban, bercak memburuk jika anak menggunakan terapi steroid atau memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Tinea versikolor biasanya didiagnosis berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik anak. Dokter juga dapat menggunakan sinar ultraviolet untuk melihat tambalan lebih jelas atau mengambil kerokan kulit lesi untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Perawatan biasanya termasuk penggunaan shampo ketombe pada kulit seperti yang ditentukan oleh dokter. Shampo dibiarkan di kulit semalaman dan dicuci di pagi hari, dan mungkin diperlukan untuk beberapa malam.
Tinea versikolor biasanya kambuh, membutuhkan perawatan tambahan, dan kadang membaik sementara. Dokter dapat meresepkan krim topikal, obat antijamur oral, atau perawatan shampo bulanan.
Infeksi ini juga dapat menyebabkan perubahan warna kulit, yang dapat memakan waktu beberapa bulan untuk kembali normal.
7. Ruam Popok
Foto: Orami Photo Stock
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, ruam popok adalah reaksi kemerahan di area bokong pada bayi yang memakai popok. Ruam popok paling sering disebabkan oleh iritasi akibat kontak dengan bahan dari popok, atau kontak dengan urin atau feses yang jarang dibersihkan. Tidak jarang kulit yang sudah teriritasi menjadi terinfeksi akibat kelembaban di area tersebut.
Biasanya infeksi yang terjadi adalah infeksi jamur. Namun bisa juga ada penyebab lain seperti alergi dermatitis atopi. Ruam akibat alergi berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi oleh anak. Umumnya ruam akibat alergi seperti dermatitis atopik/eksim terjadi di bagian tubuh lain seperti daerah pipi, lipatan siku atau belakang lutut.
Yang perlu dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan popok sekali pakai. Soalnya, popok sekali pakai dapat menyebabkan orang tua jarang mengganti popok sehingga kulit akan mengalami kontak dan teriritasi lebih lama oleh air seni dan feses bayi.
Namun penggantian popok sekali pakai dengan popok kain pun mesti diperhatikan kebersihannya. Jangan sampai ada sisa sabun atau deterjen yang dapat mengiritasi kulit anak.
Perawatan pada ruam popok bisa dilakukan dengan cara membilas bagian yang tekena ruam dengan air menggunakan kasa atau kapas bayi. Salep yang mengandung zink dapat diberikan sebagai langkah awal untuk mengurangi ruam popok.
Bila Moms sudah melakukan langkah-langkah di atas dalam 2-3 hari biasanya akan tampak perbaikan dari ruam popok. Bila tidak ada perbaikan atau ruam semakin luas, kemungkinan ruam popok telah mengalami infeksi sekunder dan Moms perlu berkonsultasi ke dokter.
Bila tidak terdapat tanda-tanda infeksi, biasanya akan diberikan salep/krim yang mengandung steroid. Namun, bila terdapat tanda-tanda infeksi, misalnya infeksi jamur, dokter akan memberikan salep/krim anti jamur.
Baca Juga: Mengenal Penyebab dan Cara Mengatasi Sianosis, Kulit Ungu Kebiruan Pada Bayi
8. Oral Thrush
Foto: Orami Photo Stock
Oral thrush adalah infeksi jamur pada mulut dan lidah yang disebabkan oleh Candida Albicans yang terakumulasi pada lapisan mulut. Itulah mengapa oral thrush disebut juga dengan kandidiasis mulut atau kandidiasis oral.
IDAI mengklasifikasikan Oral Thrush merupakan salah satu jenis sariawan pada anak. Biasanya disebabkan karena daya tahan turun dan sering minum antibiotik jangka lama (>7 hari), serta kebersihan mulut yang buruk.
Jika muncul gejala sariawan seperti itu, segera bawa ke dokter atau tenaga kesehatan untuk mendapatkan pengobatan.
Bagi bayi dan anak yang sudah makan, cara mencegah sariawan antara lain makan dengan tenang agar bibir atau lidah tidak tergigit. Minimal 2 kali sehari membersihkan mulut dengan sikat gigi dan benang gigi.
Bila bersikat gigi, jangan terburu-buru serta ganti sikat gigi bila sudah tidak baik. Pastikan gigi dan mulut selalu terawat, berkumur dengan antiseptik jika ada gangguan sariawan, serta hindari stres.
Perbanyak pula sayuran dan buah-buahan karena banyak mengandung vitamin C,B 2, B5, dan asam folat yang sangat bermanfaat mencegah sariawan.
Baca Juga: Apa Penyebab Kulit Kering Pada Bayi?
Nah, itulah beberapa penyakit kulit bayi yang perlu Moms waspadai. Jika kondisi kulit Si Kecil semakin parah meski sudah diobati, segera hubungi dokter ya Moms.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.