Waspada Penyakit Alzheimer, Bisa Menyerang Anak hingga Lansia!
Berbicara tentang alzheimer, Moms mungkin mengingat penyakit yang dialami oleh orang yang sudah berusia tua.
Ternyata, ini bisa menyerang kalangan anak-anak juga, lho! Mari ketahui gejala, penyebab, hingga pengobatan dari penyakit mental ini.
Baca Juga: Tulang Pinggul Geser, Cari Tahu Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Gejala Penyakit Alzheimer
National Institute on Aging memang mengungkapkan usia menjadi salah satu faktor risiko alami penyakit alzheimer.
Biasanya penderita alzheimer dalam rentang usia 65 sampai 85 tahun.
Mengutip National Institutes of Health, selama tahap praklinis penyakit alzheimer ini, biasanya penderita tidak bergejala, tetapi ada perubahan toksik sedang terjadi di otak.
Misalnya seseorang mengalami kesulitan menemukan kata-kata, mengingat tanggal, kehilangan benda-benda dan lainnya.
Gangguan daya ingat biasanya merupakan salah satu tanda pertama dari gangguan kognitif yang terkait dengan penyakit mental.
Dilansir dari Mayo Clinic, berikut ini beberapa gejala yang perlu diwaspadai, yaitu:
- Kehilangan memori yang memengaruhi aktivitas sehari-hari
- Kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah yang sederhana
- Kesulitan untuk memecahkan masalah
- Suasana hati dan kepribadian yang mudah berubah
- Menarik diri dari teman, keluarga, dan komunitas
Tak hanya itu, sejumlah orang mungkin didiagnosis dengan gangguan kecerdasan ringan.
Seiring perkembangan penyakit, seseorang bisa mengalami kehilangan ingatan yang lebih besar dan kesulitan kognitif lainnya.
Tampaknya, kerusakan pada otak akan dimulai satu dekade atau lebih, sebelum memori dan masalah kognitif lainnya muncul.
Baca Juga: 9 Manfaat Daun Kemangi untuk Kesehatan, Bisa Melawan Infeksi dan Mencegah Penuaan!
Penyebab Penyakit Alzheimer
Selain faktor usia, ada beberapa faktor genetik juga berperan dalam meningkatkan risiko alami penyakit alzheimer.
Namun, bukan berarti ketika Moms punya riwayat keluarga dengan penyakit ini juga memiliki risiko yang sama, ya.
Berikut ini beberapa penyebab pemicu terjadinya alzheimer:
1. Faktor Usia
Mengutip dalam Alzheimer's Association, faktor risiko terbesar yang diketahui untuk penyakit ini adalah bertambahnya usia.
Tetapi gangguan ini bukan bagian normal dari penuaan, ya.
Meskipun usia meningkatkan risiko, itu bukanlah penyebab langsung bisa mengalami alzheimer.
Kebanyakan penderita penyakit ini berusia 65 tahun ke atas.
2. Riwayat Keluarga
Faktor risiko kuat lainnya penyakit alzheimer adalah riwayat keluarga.
Mereka yang memiliki orang tua, saudara laki-laki atau perempuan dengan alzheimer lebih mungkin untuk terkena penyakit tersebut.
Risiko tersebut meningkat jika lebih dari satu anggota keluarga menderita penyakit ini.
Ketika penyakit cenderung diturunkan dalam keluarga, baik faktor keturunan (genetika), faktor lingkungan, atau keduanya pun dapat meningkatkan risiko.
3. Genetik
Hampir menyerupai riwayat keluarga, faktor genetik juga berperan penting dalam risiko penyakit alzheimer.
Sejumlah ahli melihat bahwa gen cukup terlibat dalam penyakit mental ini.
Adanya 2 kategori gen yang memengaruhi apakah seseorang bisa terkena suatu penyakit, yakni gen risiko dan gen deterministik.
Diperkirakan kurang dari 1% kasus alzheimer disebabkan oleh gen deterministik.
Baca Juga: 7 Manfaat Omega 3 untuk Kesehatan, Salah Satunya Meningkatkan Fungsi Otak!
4. Penyakit Kardiovaskular
Ada faktor lainnya yang berperan menyebabkan penyakit ino, yaitu penurunan kognitif seiring bertambahnya usia dan juga gaya hidup.
Karenanya, ini dapat menyebabkan beberapa penyakit kardiovaskular seperti:
- Penyakit jantung
- Stroke
- Tekanan darah tinggi
- Obesitas
- Diabetes
Faktanya, beberapa jenis penyakit tersebut bisa meningkatkan risiko alami penyakit alzheimer.
National Health Service mengungkapkan, kondisi yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
Di antaranya beberapa kebiasaan buruk seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan pola makan yang tidak sehat.
5. Cedera Kepala
Tidak selalu karena genetik, orang dengan cedera kepala berisiko terkena penyakit alzheimer.
Adanya hubungan antara cedera kepala dan risiko penyakit ini dalam jangka panjang yang lama.
Orang yang pernah mengalami cedera kepala parah mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit yang menyerang mental ini.
Meskipun begitu, masih dibutuhkan sejumlah penelitian dalam hal ini.
Untuk itu, seiring bertambahnya usia Moms, sebaiknya selalu rutin untuk memeriksakan kesehatan.
Baca Juga: Terapkan Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Demensia
Alzheimer pada Anak
Moms, ternyata penyakit lupa ingatan ini bisa terjadi pada anak-anak, lho.
Childhood Alzheimer adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada 2 penyakit lupa ingatan yang berbeda pada anak," terang dr. Vania Listiani Hidajat, Sp.N, Dokter Spesialis Saraf RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Ini dapat menyebabkan anak kehilangan ingatan dan gejala lainnya yang biasanya terkait dengan penyakit alzheimer.
Alzheimer pada anak ini dapat merujuk pada 2 kondisi, yakni:
- Niemann-pick disease type C (NPC)
- Sanfilippo syndrome or mucopolysaccharidosis type III (MPS III)
Keduanya tergolong penyakit yang termasuk gangguan penyimpanan lisosom dan termasuk penyakit genetik.
Lisosom pada sel berfungsi memproses gula dan kolesterol agar dapat digunakan oleh tubuh.
Ketika lisosom pada sel tidak berfungsi, gula dan kolesterol menumpuk di dalam sel. Sehingga, ini berakibat adanya kematian sel.
Pada penyakit NPC dan MPS III, kematian sel tersebut memengaruhi ingatan dan fungsi otak lainnya.
Baca Juga: 10 Manfaat dan Cara Membuat Wedang Jahe Enak
Fakta Penting Alzheimer pada Anak
Ada pun sejumlah perbedaan fakta antara alzheimer orang dewasa dan juga anak-anak.
Berikut beberapa perbedaan dan fakta yang umum dialami:
1. Sel Tidak berfungsi
Pada orang dewasa, ini dapat menyebabkan gangguan ingatan dan menumpuknya protein beta amyloid.
"Artinya, ini bersinggungan di antara sel-sel dan mengakibatkan koneksi pada sel otak terganggu sehingga terjadilah gangguan memori," terang dr. Vania.
2. Demensia pada Anak
Beda halnya demensia pada anak dan childhood alzheimer.
Demensia anak disebabkan oleh suatu kondisi yang disebut dengan neuronal ceroid lipofuscinosis.
Ini menyebabkan protein dan lemak di tubuhnya menumpuk dan akhirnya berkurang.
Penyakit ini adalah penyakit yang fatal dan dapat menyebabkan kematian. Menurut dokter Vania, usia kematian anak di rentang 10-15 tahun.
3. Anak Sulit Berkomunikasi
Anak yang mengalami alzheimer menjadi sulit mengingat dan sulit berkomunikasi.
Tak hanya itu, mereka juga sulit mempelajari informasi baru dan berisiko memperlambat perkembangan motoriknya.
Sehingga, ini dapat berakibat fatal terhadap tumbuh kembangnya.
4. Gejala pada Anak
Gejala alzheimer pada anak dapat bervariasi.
Hal ini tergantung tingkat perkembangan anak saat terkena penyakit jenis NPC atau MPS III.
Gejala yang sering terjadi meliputi:
- Bicara yang tidak jelas pada anak
- Hilangnya kemampuan bicara sama sekali
- Sesak
- Bengkak di perut
- Sulit berkontak mata
- Sulit mengikuti cahaya atau objek di depan mata
- Kesusahan dalam menelan
Hilangnya kekuatan otot dan keseimbangan tubuh juga menjadi gejala alzheimer pada anak.
Baca Juga: Kolesterol Tinggi pada Anak, Ini Penyebab, Jenis, dan Dampaknya
Anak dengan MPS III juga dapat memiliki gejala yang meliputi:
- Insomnia
- Hiperaktivitas
- Rambut yang kasar
- Dahi yang besar
- Masalah perilaku
- Gangguan sistem pencernaan
Adapun gejala tersebut dapat muncul sejak bayi dan berlanjut hingga dewasa muda pada kedua jenis penyakit.
"Kebanyakan gejala muncul ketika anak usia 4 – 10 tahun," tambah dr. Vinia.
5. Penyebab yang Mendasarinya
Penyakit ini adalah penyakit degeneratif, sehingga gejalanya dapat semakin memburuk.
Kedua tipe alzheimer pada anak disebabkan oleh genetik.
Penyakit ini merupakan tipe resesif, sehingga kedua orang tua adalah pembawa gen tersebut.
Memiliki 25% kemungkinan untuk Si Kecil terkena penyakit ini jika berasal dari genetik keluarga.
Gen yang diturunkan orang tua membuat tubuh tidak dapat memproduksi protein dengan benar untuk sel dapat bekerja dengan baik.
Akibatnya, lemak, kolesterol dan gula menumpuk pada sel dan menyebabkan penurunan kondisi organ termasuk otak.
6. Perlu Deteksi Dini
Penyakit alzheimer pada anak ini amat jarang, sehingga membutuhkan beberapa tahun untuk dapat menegakkan diagnosisnya.
Bawalah Si Kecil ke dokter spesialis anak untuk memastikan proses tumbuh kemangnya sesuai dengan yang seharusnya.
Sehingga, jika ditemukan adanya keterlambatan tumbuh kembang, masalah dapat diidentifikasi sedini mungkin.
Anak dengan NPC atau MPS III akan menunjukkan gejala yang mungkin sulit dideteksi dengan mudah.
Sehingga orang tua perlu mencoba beberapa cara dan melakukan tes genetik pada anaknya sebelum mendapat diagnosis alzheimer.
Baca Juga: Menopause Dini, Cari Tahu Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya
7. Pengobatan Alzheimer
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan kedua jenis alzheimer pada anak.
Biasanya, terapi dibutuhkan untuk meredakan gejala dan kualitas hidup anak.
Misalnya jika anak memiliki gangguan menelan, maka makanan yang dapat dikonsumsi disesuaikan sesuai derajat gangguannya.
Perlu keterlibatan multidisiplin termasuk terapi fisik dan okupasional untuk membantu keseimbangan, kemampuan motorik, dan kelemahan otot pada anak.
Terapi wicara dapat juga membantu untuk mengajarkan pada anak menelan makanan dan minuman yang aman.
8. Kualitas Hidup Anak
"Alzheimer ini merupakan penyakit fatal yang dapat menyebabkan kematian pada anak sebelum usia 20-30 tahun," terang dr. Vinia.
Anak dengan jenis MPS III hidup lebih lama dengan rerata usia harapan hidup antara 15-20 tahun.
Beda halnya, pada alzheimer jenis subtipe dan genotipe penyakit NPC seringnya meninggal sebelum usia 10 tahun.
Anak dengan gejala yang muncul pada usia yang lebih tua, cenderung menunjukkan perkembangan penyakit yang lebih lambat.
Hal ini dibandingkan dengan anak yang mengalami gejala sejak bayi.
Baca Juga: 7+ Pilihan Hukuman yang Mendidik untuk Anak, Hindari Kekerasan Fisik dan Verbal!
Pencegahan Penyakit Alzheimer
Penyakit alzheimer tidak dapat diobati, sehingga ada cara pencegahan yang tepat dimulai dari sekarang.
Pencegahan dilakukan agar menghindari berbagai gangguan kognitif yang dapat terjadi di masa mendatang.
1. Gaya Hidup Sehat
Studi dari Brain Plasticity mengungkapkan, gaya hidup yang sehat dapat mempertahankan fungsi kognitif dengan baik.
Sehingga, ini dapat menurunkan risiko terkena penyakit alzheimer.
Pencegahan gaya hidup sehat yang efektif, yaitu meliputi:
- Rutin berolahraga
- Pola makan yang sehat
- Kualitas tidur yang cukup setiap harinya
Terapkan hal ini pada Si Kecil juga ya, Moms.
2. Olahraga Rutin
Diketahui berolahraga setiap hari ternyata dapat membantu mencegah perkembangan alzheimer di usia tua.
"Kegiatan yang dapat dilakukan adalah rutin 30 menit latihan aerobik, sebanyak tiga hingga empat kali seminggu,” ungkap Dr. Gad Marshall, direktur medis uji klinis dari Brigham and Women’s Hospital.
Baca Juga: Mengenal Meditasi, Cara Mudah dan Cepat Menghilangkan Stres, Yuk Coba!
3. Diet Mediterania
Menurut Dr. Gad juga, untuk mencegah penyakit ini, salah satu caranya adalah dengan menjalani program diet mediterania.
Jenis diet ini fokus mengonsumsi beberapa makanan meliputi:
- Sayuran dan buah-buahan segar
- Biji-bijian dan kacang-kacangan
- Makanan laut seperti ikan
- Susu
- Minyak zaitun
Diet ini melibatkan banyak kombinasi makanan-makanan sehat, salah satunya sayuran berdaun hijau.
Menurut para ahli, sayuran berdaun hijau kaya akan beragam nutrisi dan gizi untuk membantu tubuh tetap sehat.
Moms, untuk mencegahnya mari konsumsi 6 porsi sayuran hijau dalam satu minggu!
4. Tidur Cukup
Cara mencegah penyakit alzheimer tidak hanya dari makanan yang dikonsumsi, melainkan dari kualitas tidur.
Hal penting yang perlu dipahami adalah memiliki kualitas tidur yang cukup untuk menjaga fungsi otak agar tetap berjalan dengan optimal.
Peningkatan kualitas tidur membantu mencegah penyakit Alzheimer.
Orang dewasa membutuhkan 7 hingga 8 jam tidur per malam. Jadi, sebaiknya hindari kebiasaan begadang, ya, Moms.
Baca Juga: 5+ Makanan Penyebab BAB Berdarah, Salah Satunya karena Makanan Pedas!
5. Aktif Bersosialisasi
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa terkena alzheimer lebih rendah pada orang yang tetap aktif secara mental dan sosial sepanjang hidup mereka.
Beberapa aktivitas yang bisa diterapkan dengan melakukan:
- Sering membaca
- Bermain alat musik
- Aktif dalam sukarelawan dan sosial
- Suka mencoba aktivitas baru
- Ikut serta dalam komunitas olahraga
Cara pencegahan lain seperti bermain permainan komputer "pelatihan otak" telah terbukti meningkatkan kecerdasan otak dalam waktu singkat.
Meski begitu, penelitian lebih lanjut perlu ditelaah untuk melihat apakah cara ini dapat membantu mencegah risiko alzheimer.
6. Uji Coba Plasebo
Dalam Alzheimer Association memaparkan, uji coba plasebo atau uji klinis dapat melihat apakah seseorang berisiko terkena penyakit alzheimer.
Uji klinis yang sedang berlangsung ini dilakukan oleh Dominantly Inherited Alzheimer Network (DIAN).
Para peneliti sedang menguji apakah antibodi terhadap beta-amyloid dapat mengurangi akumulasi plak beta-amyloid di otak orang dengan mutasi genetik untuk mengurangi, menunda, atau mencegah gejala Alzheimer.
Peserta dalam uji coba menerima antibodi (atau plasebo) sebelum mereka menunjukkan gejala, dan perkembangan plak beta-amyloid sedang dipantau oleh pemindaian otak dan tes lainnya.
Meskipun penelitian masih berlangsung, cara mencegah lainnya juga diiringi perubahan gaya hidup, termasuk berpartisipasi dalam olahraga rutin dan menjaga kesehatan jantung yang baik.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Kawasaki yang Bahayakan Jantung Bayi
Itulah yang bisa diketahui tentang penyebab dan juga cara mencegah penyakit alzheimer.
Ingat, berbagai kebiasaan yang dilakukan di usia muda dapat memengaruhi kesehatan di masa tua mendatang. Jadi, pastikan Moms memiliki gaya hidup yang sehat.
- https://www.nia.nih.gov/health/what-causes-alzheimers-disease
- https://www.alz.org/alzheimers-dementia/what-is-alzheimers/causes-and-risk-factors
- https://www.nhs.uk/conditions/alzheimers-disease/causes/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/alzheimers-disease/symptoms-causes/syc-20350447
- https://www.nia.nih.gov/health/what-are-signs-alzheimers-disease
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6296265/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.