Anak Demam, Hati-Hati Terkena Penyakit Japanese Enchepalitis
Virus Japanese Enchepalitis merupakan penyebab utama ensefalitis yang dapat dicegah melalui vaksinasi di Asia (termasuk Indonesia) dan Pasifik Barat.
Bagi sebagian besar pelancong yang berkunjung ke Asia, resiko JE tergolong sangat rendah namun bervariasi tergantung pada tujuan, musim, durasi perjalanan dan aktivitas.
Virus JE bertahan dalam siklus yang melibatkan nyamuk dan host vertebrata, terutama unggas dan babi. Manusia bisa terinfeksi bila digigit nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi.
Jumlah kasus JE di Indonesia dilaporkan mencapai 326 kasus pada tahun 2016. Kasus terbanyak dilaporkan terdapat di Provinsi Bali dengan jumlah kasus mencapai 226 (69,3%).
Fakta Seputar Japanese Ensefalitis (JE) Berdasarkan Data WHO
- Virus Japanese Ensefalitis (JE) adalah flavavirus yang terkait dengan demam berdarah, virus West Nile dan demam kuning yang disebarkan oleh nyamuk.
- JEV merupakan penyebab utama ensefalitis viral (disebabkan virus) di banyak negara di Asia dengan sekitar 68.000 kasus klinis setiap tahunnya.
- Meskipun Japanese Ensefalitis (JE) jarang terjadi, tingkat fatalitas kasus penderita yang terinfeksi bisa mencapai 30%. Sekuele neurologis atau kejiwaan permanen dapat terjadi pada 30% - 50% penderita ensefalitis.
- 24 negara di wilayah WHO Asia Tenggara dan Pasifik Barat tercatat memiliki transmisi JEVI endemik, yang menunjukkan lebih dari 3 miliar orang beresiko terinfeksi.
- Tidak ada obat untuk penyakit JE. Pengobatan difokuskan untuk menghilangkan tanda klinis yang parah dan mendukung pasien mengatasi infeksi.
- Vaksin yang aman dan efektif tersedia sebagai pencegahan virus penyakit JE. WHO juga merekomendasikan agar vaksinasi JE diintegrasikan ke dalam jadwal imunisasi nasional di seluruh wilayah dimana penyakit JE diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat.
Baca Juga :Jangan Terlambat Ditangani, Ini Bedanya 3 Penyakit Dengan Gejala Ruam dan Demam Pada Bayi
Gejala dan Tanda-tanda Infeksi Virus Japanese Ensefalitis (JE)
Sebagian besar infeksi JEV menunjukkan gejala ringan seperti demam dan sakit kepala atau tanpa gejala yang jelas. Namun, sekitar 1 dari 250 infeksi menyebabkan penyakit klinis parah.
Saat memasuki kondisi klinis parah, JEV cenderung menunjukkan gejala seperti demam tinggi yang meningkat drastis, sakit kepala, leher kaku, disorientasi, koma, kejang serta kelumpuhan spastik dan berujung kematian. Tingkat fatalitas kasus mencapai 30% pada penderita dengan gejala penyakit JEV.
Dari penderita yang berhasil bertahan, 20% - 30% menderita masalah intelektual, perilaku atau neurologis permanen seperti kelumpuhan, kejang berulang atau ketidakmampuan berbicara.
Diagnosis Infeksi Japanese Ensefalitis (JE)
Seseorang yang pernah berkunjung ke atau menetap di wilayah endemis JE serta mengalami ensefalitis dianggap beresiko JE. Untuk mengkonfirmasi infeksi JEV dan untuk menyingkirkan penyebab ensefalitis yang lainnya dibutuhkan tes laboratorium menggunakan serum maupun secara khusus menggunakan cairan serebrospinal.
Surveilans penyakit ini umumnya dilakukan untuk sindrom ensefalitis akut. Biasanya pengujian laboratorium konfirmatori dilakukan di situs sentinel yang berdedikasi. Upaya dilakukan untuk memperluas surveilans berbasis laboratorium. Surveilans berbasis kasus dilakukan di negara-negara mengendalikan JE melakukan vaksinasi secara efektif.
Mengingat JE merupakan penyakit yang menyerang semua usia, termasuk bayi, balita dan anak-anak.
Intervensi penanggulangan JE di Indonesia sendiri mencakup kampanye imunisasi JE oleh Kementerian Kesehatan, yang dilanjutkan dengan introduksi imunisasi Japanese Ensefalitis (JE) ke dalam program imunisasi rutin pada anak usia 9 bulan. Di mana imunisasi JE dilaksanakan bersamaan dengan imunisasi campak.
Apakah Moms sudah mendapatkan informasi mengenai introduksi imunisasi JE di wilayah tempat tinggal Moms?
(RGW)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.