Duh, Anak Kecil Pacaran? Moms, Ini Cara Menyikapinya dengan Bijak
Sebagian masyarakat di Indonesia menggangap pacaran adalah komitmen yang dilakukan sebelum memasuki jenjang pernikahan. Namun, apa jadinya jika anak kecil pacaran?
Perubahan zaman membawa perubahan mulai dari gaya hidup hingga perilaku anak zaman sekarang.
Kalau zaman dahulu masih banyak anak yang malu dengan lawan jenis, namun sekarang banyak anak kecil pacaran.
Wajar saja kalau Moms khawatir, buat apa anak kecil pacaran dan apa saja dampak pacaran di usia yang sangat muda?
Nah sebagai orang tua, kita juga harus tahu pertimbangan dan cara menghadapi anak kecil pacaran dengan bijak.
Apa saja? Yuk simak deretannya di bawah ini.
Baca Juga: Bolehkah Jatuh Cinta pada Sahabat Sendiri?
Cara Menyikapi Anak Kecil Pacaran
Saat mengetahui anak kecil pacaran biasanya Moms terkejut dan khawatir akan menurunnya prestasi dan fokus belajar anak serta maraknya pergaulan bebas.
Ini memang sangat beralasan dan bisa dimengerti ya, Moms.
Namun, menurut Cynthia Langtiw dari The Chicago School of Professional Psychology, umumnya anak mulai naksir teman di usia 5 atau 6 tahun.
Ini adalah hal yang wajar dalam perkembangan sosial emosional seorang anak.
Selain sebagai bentuk peniruan hubungan pria dan wanita dewasa yang dilihatnya, naksir yang dirasakan oleh anak sering kali hanya sekedar penafsiran akan kekaguman pada teman lawan jenis saja.
Berikut ini cara menyikapi anak kecil pacaran dengan bijak:
1. Jangan Menghakimi Anak
Cara menyikapi anak kecil pacaran yang pertama adalah jangan menghakiminya.
Sering kali orang tua tidak sadar, reaksi menghakimi saat anak bercerita tentang ketertarikannya pada teman lawan jenis malah berdampak negatif dalam jangka panjang.
Jika langsung memberikan ultimatum dengan pelajaran moral tanpa mau mendengarkan, anak biasanya langsung menutup diri.
Seterusnya, ia tidak akan bercerita tentang interaksinya dengan teman lawan jenis.
Akan lebih bijak bila Moms memvalidasi dengan hangat perasaannya, juga membuatnya memahami bahwa itu adalah hal yang normal dan wajar dirasakan oleh anak seusianya.
Bagaimanapun juga, cara efektif agar Moms bisa terus memantau pergaulan anak serta menanamkan nilai dan batasan positif.
Ini membuatnya merasa aman dan nyaman untuk berdiskusi tentang apa pun.
Baca Juga: 8 Tanda Pubertas Laki-Laki, Ini Ciri Anak Moms yang Sudah Akil Balig
2. Beri Pertanyaan
Sebuah penelitian Developmental Psychology Journal, menunjukkan bahwa anak-anak yang pacaran sebelum berusia 12 tahun cenderung lebih sering berbohong.
Hal ini karena biasanya anak malu atau takut menceritakan pada Moms soal pacarnya.
Supaya anak bisa lebih terbuka, Moms bisa mengajak anak mengobrol dengan hangat.
Pancing dirinya dengan menceritakan berbagai hal soal Moms sendiri.
Misalnya pacar pertama Moms atau pengalaman kencan yang tak terlupakan.
Anak menjadi lebih percaya pada Moms.
Sebaiknya Moms juga tidak 'menginterogasi' anak dengan nada mengancam kalau ia habis bermain atau pulang terlambat.
Sebaliknya, ciptakan suasana yang tenang dan ajak anak duduk bersama.
Dengan nada bicara yang lembut, tanyakan pada anak,
“Kakak tadi dari mana? Kok, tumben, pulangnya sore sekali?”
Membangun hubungan yang mesra dan positif dengan anak akan membantunya jadi lebih terbuka dan bertanggung jawab dengan kepercayaan yang diberikan.
Kuncinya adalah bertanya dengan hangat dan tidak menertawakan apalagi mengatakan kalau dia terlalu muda untuk menyukai lawan jenis.
Moms juga menumbuhkan kesadaran Si Kecil pentingnya memperbaiki kualitas diri, menghargai diri sendiri, serta menetapkan standar hubungan yang sehat.
Baca Juga: Kenali Fertilisasi dan Edukasi Seks untuk Anak sejak Dini
3. Berikan Batasan
Selalu pantau keberadaan anak dan dengan siapa saja ia sedang bermain.
Bujuk anak untuk mengundang sahabat-sahabat dan si teman dekat anak untuk main ke rumah.
Dengan begitu, Moms bisa mengenal dan menilai sendiri secara langsung.
Mintalah nomor telepon orang tua masing-masing agar lebih mudah memantau anak kalau tidak bisa dihubungi.
Namun, tetap berikan anak keleluasaan untuk bergaul.
Terlalu mengekang anak justru bisa membangunkan sifat pemberontak dalam diri anak.
Bagaimanapun juga, pondasi batasan dalam berhubungan dengan lawan jenis tetap perlu ditanamkan sejak dini.
Namun, tentu saja tidak dengan cara otoriter ya, Moms.
Mulai ajak anak berdiskusi tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan teman lawan jenis, seperti:
“Moms mengerti kalau kamu ingin selalu berada didekatnya, tapi hanya boleh di tempat umum saja.”
“Boleh saja kalau kamu mau belajar bersama dan duduk bersebelahan, tapi tidak berpelukan, berpegangan tangan atau mencium, ya.”
Rasanya pasti campur aduk saat tahu anak kecil pacaran, ya.
Terpenting saat menghadapi anak kecil pacaran adalah tidak menghakimi dan membuka kesempatan selebar mungkin untuk berdiskusi dengan Moms.
4. Jangan Langsung Emosi
Sebagai orang tua, mengetahui anak tidak jujur, apalagi menyembunyikan hal seperti anak kecil pacaran, yang tidak jarang membuat Moms geram.
Padahal, di balik kesalahan, selalu ada alasan.
Baik alasan yang sering dianggap paling klise sekali pun, seperti “tidak sengaja” hingga alasan lainnya.
Sebaiknya jangan emosi, karena amarah tidak pernah memberikan solusi untuk setiap masalah yang terjadi.
Ketimbang terbutakan dengan kesalahan anak, belajarlah untuk menyelidiki penyebabnya.
Kalau orang tua kerap marah tanpa mendengar penjelasan anak, bisa saja anak jadi berbohong ketika melakukan kesalahan di lain waktu, lantaran takut dimarahi.
Baca Juga: Moms, Ketahui Tanda hingga Cara Mencegah Pubertas Dini pada Anak
5. Jadilah Pendengar yang Baik
Anak kecil pacaran pasti punya alasan mengapa ia menyembunyikan hubungannya dari orang tuanya.
Jangan langsung menuduh, jadilah pendengar yang baik.
Selain untuk memahami anak lebih baik, mendengar juga berarti cara orang tua menunjukkan kasih sayang, anak akan merasa dihargai dan nyaman.
Di samping itu, Moms juga perlu bersikap tenang, ini berguna agar bisa memahami cerita dari sudut pandang anak.
Tidak perlu terburu-buru memberikan komentar atau saran, apalagi memotong pembicaraan.
Bila sudah begitu, tentu saja Si Kecil jadi akan merasa nyaman.
Setelahnya, Moms bisa memberi nasihat kepada anak.
Mulailah dengan apresiasi bahwa ia sudah mau jujur bercerita.
Tetap beri arahan bahwa tidak baik menyembunyikan masalah tersebut dari orang tuanya.
6. Memberikan Edukasi Seks
Hal penting lain yang perlu dilakukan saat anak kecil pacaran adalah memberikan pendidikan seksual.
Melansir Journal of Environmental and Public Health, pendidikan seksual atau edukasi seks membantu anak mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan lawan jenis.
Pasalnya rasa ingin tahu sang anak sangat besar sehingga tak jarang ingin mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukannya, termasuk aktivitas seksual.
Paparan tontonan di media sosial bisa memperbesar keingintahuannya akan aktivitas seksual tertentu.
Seperti berpelukan, berciuman, hingga berhubungan badan.
Jelaskan padanya risiko yang bisa muncul saat ia melakukan aktivitas seksual dengan pacarnya.
Mulai dari tertular penyakit kelamin hingga hamil di luar nikah.
Oleh karena itu, edukasi seks penting diberikan sebagai panduan anak bersikap saat pacaran.
Dengan begitu, diharapkan anak tidak terjerumus hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Kapankah Sebaiknya Anak Boleh Main Media Sosial?
Nah, itulah cara menyikapi anak kecil pacaran dengan bijak.
Bagaimana pun juga, tindakan pacaran di bawah umur tidak bisa dibenarkan.
Jika memang diperlukan, tidak ada salahnya Moms mengajak Si Kecil untuk konseling ke ahli kejiwaan.
Hal ini membantu anak agar lebih terbuka dan tidak lagi menjadi pribadi yang tertutup dan pasif.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3788848/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6406865/
- https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/teen/dating-sex/Pages/When-To-Let-Your-Teenager-Start-Dating.aspx
- https://www.childwelfare.gov/pubPDFs/ch_three_rules.pdf
- https://nij.ojp.gov/topics/articles/teen-dating-violence-closer-look-adolescent-romantic-relationships
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.