Menghindari "Perang" di Jam Makan Anak dengan Arti Division of Responsibility
Setiap memasuki waktu makan, Moms seperti sedang “perang” dengan Si Kecil karena ia susah makan. Moms mengalami hal ini? Jika iya, Moms bisa menerapkan arti division of responsibility (DOR).
“Drama” yang selalu timbul saat makan tak hanya menimbulkan trauma bagi Moms, tapi juga Si Kecil. Berangkat dari observasinya, pakar diet dan terapis keluarga asal Amerika Serikat Ellyn Satter mengemukakan metode division of responsibility (DOR).
DOR pertama kali dimuat di Journal of the Society for Nutrition and Education pada 1986, tapi masih diaplikasikan oleh banyak pakar dan lembaga kredibel hingga sekarang.
Apa Arti Division of Responsibility?
Foto: August de Richelieu from Pexels
Arti division of responsibility atau pembagian tanggung jawab adalah Moms melakukan tugas memberi makan, lalu Si Kecil akan melakukan tugasnya untuk makan. DOR berlaku untuk setiap tahap pertumbuhan Si Kecil, dari bayi sampai remaja.
DOR dikenal juga sebagai “model kepercayaan” karena ada peran spesifik untuk pengasuh dan anak, kemudian keduanya perlu saling memercayai untuk menjalankan tugasnya.
Agar lebih jelas, berikut pembagian tugas antara orang tua (pengasuh) dan anak:
1. Tugas Orang Tua (Pengasuh)
Orang tua berperan memimpin waktu makan dengan menentukan apa (what), kapan (when), dan di mana (where), yakni:
- Memilih jenis makanan serta menyajikan makanan berat dan camilan. Moms boleh menawarkan jenis makanan yang baru bagi Si Kecil, tapi siapkan juga makanan favoritnya untuk berjaga-jaga jika Si Kecil tak mau menyantap makanan baru.
- Membuat jadwal tiga kali makan utama dan 1-3 kali waktu ngemil dalam sehari. Selain di jadwal tersebut, Si Kecil tidak diperkenankan makan atau minum selain air putih.
- Menentukan tempat makan. Misalnya, harus di meja makan dan tidak boleh di depan TV atau gadget atau di mobil.
- Membuat waktu makan menjadi menyenangkan dengan tidak memaksa Si Kecil. Anak yang dipaksa makan dengan jumlah tertentu dan menghabiskan jenis makanan tertentu bisa hilang minat terhadap makanan tersebut dan menghindarinya sebisa mungkin
- Menjadi contoh cara bersikap di waktu makan. Misalnya, makan harus duduk dan menggunakan tangan kanan. Sebab, anak yang dibiarkan berlarian saat makan jadi makan dengan buruk, pemilih, dan bermasalah tumbuh secara konsisten. Si Kecil jadi terlalu gemuk atau terlalu kurus.
- Untuk bayi dan balita yang belum bisa berekspresi verbal secara lancar, Moms bisa melihat tanda fisik siap makan seperti tertarik pada sendok atau makanan di meja high chair. Hargai juga tanda Si Kecil kenyang atau belum siap menyantap makanan tertentu, yakni memalingkan muka, mendorong makanan menjauh, atau gelisah dan rewel di high chair.
Baca Juga: Cara Mengatasi Anak Balita Susah Makan
2. Tugas Anak
Biarkan Si Kecil menentukan seberapa banyak ia makan (how much) dan apakah ia akan memakan makanan yang sudah Moms sajikan (whether), termasuk:
- Memilih makanan mana yang mau ia makan di antara hidangan yang Moms tawarkan
- Menentukan jumlah makanan yang ia butuhkan, baik hanya dua gigit brokoli maupun dua mangkuk es krim. Moms boleh membatasi hanya satu porsi dessert jika disajikan setiap hari, tapi Moms juga perlu menjadwalkan waktu untuk Si Kecil bisa makan makanan favorit mereka sepuasnya.
- Belajar menikmati makanan yang dimakan keluarga
- Belajar bersikap baik saat makan
Tips Menjalankan Arti Division of Responsibility
Foto: August de Richelieu from Pexels
Di luar menjalankan tugas di atas, Moms tak perlu melakukan apa-apa lagi. Nikmati saja makanan Moms sendiri. Percayakan saja tugas makan pada Si Kecil.
Ingat bahwa makanan keluarga adalah hal baru bagi Si Kecil yang harus ia pelajari. Sama seperti membaca atau naik sepeda, Si Kecil belajar sedikit-sedikit dengan kecepatannya sendiri karena ia ingin, bukan karena disuruh oleh Moms.
Si Kecil akan makan selayaknya anak-anak: kadang banyak, kadang tidak terlalu banyak, hanya satu atau dua jenis makanan yang ia mau, bahkan tidak mau sama sekali. Makanan yang biasanya ia suka juga bisa tiba-tiba membosankan baginya.
Namun, jangan paksa Si Kecil memakan sejumlah makanan atau jenis makanan tertentu. Jangan pula menyuruhnya makan lebih sedikit dari yang ia inginkan. Sebab, taktik mengontrol seperti ini bisa menjadi bumerang.
Santai saja dan ajari Si kecil untuk bersikap manis saat makan. Cepat atau lambat, ia akan makan hampir semua hidangan yang dimakan keluarga.
Baca Juga: 10 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan dalam Mengatasi Anak Susah Makan
DOR untuk Mengatasi Masalah Makan Balita
Foto: Tom Staziker from Pixabay
Baik Si Kecil pilah-pilih makanan, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, terlalu gemuk atau kurus, solusinya sama: Moms melakukan tugas memberi makan dan Si Kecil melakukan tugasnya makan.
Virginia Sole-Smith, penulis buku The Eating Instinct: Food Culture, Body Image and Guilt in America, membenarkan manfaat DOR.
“DOR menjadi fondasi cara kami memberikan makan pada anak yang trauma. Namun, setelah saya pelajari bertahun-tahun kemudian, metode ini juga bisa berguna, bahkan melegakan, ketika menghadapi bayi yang mulai MPASI, balita yang tiba-tiba menolak makan sayur, dan anak kecil yang memiliki preferensi makan beragam,” kata Sole-Smith.
Baca Juga: 5 Trik Menumbuhkan Selera Makan Anak
Saat disuguhi beragam makanan, anak yang cenderung menyantap makanan itu-itu saja akan makan dengan jumlah yang mengkhawatirkan bagi orang tua. Sementara itu, anak yang berhati-hati malah semakin memilih makanan yang aman baginya kalau dipaksa.
Di kedua kasus tersebut, kemungkinan Si Kecil hanya mengetes kesungguhan Moms dalam mempercayai Si Kecil. Namun jika Moms konsisten, Si Kecil akan mulai santai dan mengatur asupan mereka sendiri serta mulai mencoba makanan baru.
"Kami melihat dalam jangka panjang. Ketika waktu makan keluarga berdasarkan rasa percaya, anak-anak akan mendengarkan dorongan lapar dan kenyang dari dalam dirinya serta belajar menyantap beragam jenis makanan," jelas Carol Danaher, MPH, RD, anggota dewan Ellyn Satter Institute.
Baca Juga: 5 Cara Mengajarkan Anak Pentingnya Menghargai Makanan
Bagaimanapun, DOR tidak cocok untuk anak-anak dengan diagnosis gangguan makan seperti anoreksia tahap akut. Sebab, gangguan tersebut memutus sinyal lapar sama sekali.
Selain itu, Moms juga perlu menyesuaikan ekspektasi terkait keberhasilan DOR. Mungkin belum tentu Si Kecil langsung mau mencoba semua makanan baru atau kurva pertumbuhannya naik atau turun dengan cepat.
Namun, Moms bisa merasakan bahwa “drama” di jam makan jadi berkurang. Moms juga jadi lebih menikmati makanan Moms dan bisa membicarakan banyak hal dengan keluarga selain menyuruh Si Kecil makan terus menerus. Waktu makan keluargapun jadi saat untuk berkoneksi, bukan perang. Itulah arti division of responsibility.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.