Cita-citaku: ASI Eksklusif untuk Sang Buah Hati Kembar
Oleh Dewi Anjani (27 th), Ibu dari Jauzan dan Jafnan (1,5 bln), Member WAG Orami Newborn (2).
Semua ibu tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Salah satunya dengan memberikan ASI eksklusif kepada buah hati.
Begitu pun dengan saya yang memiliki anak kembar tetapi tidak mengurangi tekad untuk memberikan ASI kepada mereka.
Usai persalinan, saya sempat melakukan IMD selama kurang lebih 30 menit. Idealnya IMD memang dilakukan selama 1 jam, tetapi saat itu kedua kaki saya mengalami kram sehingga tidak bisa berlama-lama.
Walaupun begitu, saya tetap senang bisa melakukan IMD dengan bayi kembar saya.
Baca Juga: OMG! Ternyata Saya Mengalami Blighted Ovum alias Kehamilan Kosong
Tantangan Menyusui Anak Kembar Usai Persalinan
Foto: Orami/Dewi Anjani
Petualangan menyusui dimulai setelah saya pulang ke rumah. Bayi baru lahir cenderung lebih banyak tidur siang di awal usianya.
Pada malam hari, saat saya menyusui Jauzan, di saat yang sama Jafnan menangis. Saya belum percaya diri menyusui tandem, mereka saya susui secara bergantian.
Namun, sayangnya setelah disusui bergantian, mereka tetap menangis.
Saya merasa pasokan ASI sangat sedikit karena payudara saya seperti tidak berisi. Kejadian ini berlanjut sampai di malam ketiga.
Saya pun dibantu oleh ibu karena merasa kelelahan hanya tidur 1-3 jam saja setiap harinya. Sedih sekali. Saya khawatir tidak bisa memberikan ASI eksklusif pada dua anak kembar saya.
Selama beberapa malam, ibu membantu saya untuk menenangkan dan membantu mengambilkan dan menaruh bayi dibantal menyusui yang saya pakai.
Sementara suami sesekali membantu saya, tetapi ia lebih fokus untuk menemani anak pertama kami yang masih dalam tahap penyesuaian memiliki adik baru.
Dengan kondisi bayi yang terus menangis, ibu saya sempat ingin menyerah dan menyarankan saya untuk memberikan susu formula karena beliau khawatir kedua bayi ini tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, ditambah rasa lelah yang melanda.
Baca Juga: Begini Cara Saya Menghadapi Masa-masa Terrible Two Si Kecil
Tetap Berpikir Positif dan Yakin Produksi ASI Lancar
Foto: Orami/Dewi Anjani
Namun, saya tetap pada pendirian untuk berpikir positif bahwa ASI cukup.
Saya meyakinkan diri dari buku yang pernah dibaca, bahwa lambung bayi masih kecil dan masih memiliki cadangan makanan sampai 3 hari ke depan.
Saya juga berpikir bahwa ASI akan keluar banyak setelah beberapa hari ke depan, tidak akan langsung keluar deras di awal hari pasca persalinan.
Meski merasa gamang dan pesimis, tetapi saya masih tidak menyerah. Saya pasti bisa.
Saya berusaha memikirkan apa saja yang perlu dilakukan supaya bisa memberikan ASI eksklusif.
Ada 5 point yang saya lakukan sebagai upaya untuk memaksimalkan produksi ASI saya.
1. Memanggil Konselor Menyusui
Saat hampir menyerah dan hendak memberikan bantuan susu formula pada Jauzan dan Jafnan, saya merasa butuh dukungan dari pakar.
Saya butuh diyakinkan kembali, bahwa ASI saya cukup dan pasti akan keluar banyak nantinya.
Kebetulan, saya pernah mengikuti suatu acara yang diselenggarakan oleh AIMI. Mereka memiliki konselor yang bisa datang ke rumah untuk membantu para ibu menyusui yang butuh bantuan.
Saya menghubungi mereka. Alhamdulillah, konselor AIMI wilayah Balikpapan datang ke rumah, mengajari dan menyemangati saya tentang konsep ASI, perlekatan, pijat oksitosin, dan lainnya.
Saya cukup lega, dan kembali semangat dengan keyakinan kalau ASI saya pasti cukup untuk dua anak kembar saya.
2. Mengonsumsi Makanan dan Suplemen ASI Booster
Foto: Orami/Dewi Anjani
Walaupun ibu saya terkadang masih menyarankan untuk dibantu dengan susu formula, tetapi ia juga turut membantu dengan memasak sayur yang dapat memperlancar ASI, seperti daun katuk, kacang hijau, dan sumber lainnya setiap hari.
Saya juga meminta suami untuk membelikan suplemen atau ASI booster di apotek dan toko bayi yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI.
Baca Juga: Mengajak Bayi Lakukan Ragam Kegiatan Sosial Memberikan Banyak Manfaat Untuknya!
3. Pumping atau Memompa ASI
Saya sadar bahwa harus memiliki stok ASI Perah untuk Jauzan dan Jafnan jika nantinya ingin pergi ke luar rumah atau sedang memiliki kegiatan yang tidak mungkin menyusui secara bersamaan.
Awalnya, hasil pompaan yang berhasil hanya 2-3 ml saja. Saya sedih sekali, dan masih takut bahwa produksi ASI memang sedikit.
Akhirnya, saya mencoba dengan memerah tangan, hasilnya sedikit lebih banyak, yaitu 4-10 ml.
Saya teringat dengan para pejuang ASI di Instagram dan blogger yang saya baca, mereka menyarankan memompa ASI sesering mungkin setelah menyusui langsung bayi kembar saya.
Tujuannya untuk merangsang ASI lebih banyak, karena terkait prinsip ASI supply on demand. Semakin sering menyusui, semakin banyak ASI yang diproduksi.
Saya mencoba rutin pompa setiap 2 hari sekali, dari yang hanya 5 ml, lama kelamaan bertambah menjadi 10 ml.
Hari selanjutnya, sambil tetap menyusui langsung, hasil pompaan menunjukkan peningkatan, saya berhasil mendapat 50 ml-100 ml.
Sampai saya berhasil mendapat 150 ml, dan tetap rutin memompa setiap hari untuk cadangan ASI Perah.
Saya juga berinvestasi pada pompa dan sterilizer yang cukup bagus, untuk membantu saya supaya kegiatan memompa ASI ini menjadi lebih optimal dan efisien.
4. Terus Lakukan Menyusui Langsung
Foto: Orami/Dewi Anjani
Walaupun menyimpan ASI Perah, saya tidak boleh terlena untuk selalu memberikan ASIP.
Pemberian ASIP untuk Jauzan dan Jafnan awalnya dengan cup feeder, karena saya takut mereka akan bingung puting jika memakai botol dot.
Sayangnya, menggunakan cup feeder butuh kesabaran ekstra. Hingga akhirnya saya memakai botol dot untuk memberikan ASIP.
Saya mencari botol dot dengan bentuk menyerupai payudara ibu. Setelah dicoba, alhamdulillah kedua anak kembar saya mau menyusu di botol dot.
Supaya mencegah bingung puting, mereka langsung saya susui kembali langsung di payudara saya setelahnya.
5. Berusaha Bahagia dan Berpikir Positif
Ini adalah kunci yang amat penting bagi para ibu menyusui. Saya sangat bersyukur suami sangat mendukung untuk terus optimis bisa memberikan ASI kepada anak kembar kami.
Ia mendukung saya mulai dari segi materi dan psikologis. Suami membantu saya dengan menyediakan asisten rumah tangga dan pengasuh bayi, supaya saya tidak terlalu kerepotan dalam mengurus anak.
Apalagi, anak sulung saya belum bisa sepenuhnya mengerti dan paham, ia masih sering cemburu kepada adik-adiknya karena perhatian saya mulai terbagi.
Bantuan yang diberikan suami membuat saya senang karena ada sebagian urusan rumah tangga yang sudah bisa dialihkan ke orang lain sehingga saya bisa fokus kepada anak-anak.
Selain itu, saya terus berpikir positif dan percaya diri bahwa ASI saya sangat cukup untuk kedua buah hati.
Kalaupun nantinya hanya bisa sampai 6 bulan saja sesuai standar WHO dan IDAI, saya tetap bahagia karena di balik itu, tetap ada ikhtiar yang saya lakukan demi memberikan yang terbaik untuk sang buah hati.
Demikian, upaya saya untuk bisa memberikan ASI eksklusif bagi buah hati kembar kami.
Baca Juga: Menyusui Bukan Sekadar Tugas Ibu, Sadari Pentingnya Peran Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif
Menyusui memang bukan perkara mudah, tetapi perjuangannya yang akan menjadi ladang pahala bagi para kaum Hawa jika niatnya tulus untuk mencari ridho Allah dalam membesarkan amanah yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.