Aspartam, Pemanis Buatan yang Berdampak Buruk Bagi Kesehatan
Moms mungkin pernah melihat banyak produk makanan dan minuman kemasan yang mengandung aspartam.
Aspartam adalah pemanis yang menggabungkan dua asam amino, yakni asam aspartat dan fenilalanin serta sedikit menthanol.
Pemanis buatan ini digunakan di beragam produk, mulai dari soda diet, obat sirop, pasta gigi, sereal, sampai jus.
Dibanding sukrosa atau gula tebu, aspartam lebih manis 160-220 kali lipat.
Satu sendok teh berbahan pemanasi ini hanya mengandung 4 kalori, sedangkan gula pasir dengan volume yang sama memiliki 16 kalori.
Karena itu, pemanis buatan ini sering digunakan untuk makanan dan minuman diet yang rendah kalori.
Aspartam adalah salah satu dalam bahan pemanis dalam produk yang diklaim tidak menyebabkan kerusakan gigi.
Baca Juga: Pemanis Buatan untuk Ibu Hamil, Apakah Aman?
Di Amerika Serikat, aspartam adalah salah satu pemanis buatan yang disetujui oleh Food Drug and Administration (FDA).
Asupan harian bahan pemanais ini diperbolehkan oleh FDA adalah 50 mg per kilogram berat badan.
Namun, hal ini menjadi kontroversi. Beberapa lembaga menganggap zat ini sebenarnya berbahaya bagi kesehatan.
Bahaya Aspartam bagi Kesehatan
Seperti kita tahu, aspartam adalah pemanis buatan yang dipakai dalam olahan makanan.
Lantas, ada bahaya dari mengonsumsi aspartam secara berlebihan bagi kesehatan.
Yuk, simak bahaya zat pemanis ini bagi kesehatan kita!
1. Tidak Baik untuk Otak
Salah satu efek samping atau bahaya dari aspartam adalah dapat merusak jaringan otak manusia.
Dalam bukunya yang berjudul Excitotoxins, ahli bedah saraf Dr. Russell Blaylock mengkaji beberapa studi terkait aspartam.
Ia menyimpulkan bahwa pemanis buatan ini tidak aman, terutama untuk otak anak yang sedang berkembang.
Dalam National Library of Medicine, konsumsi aspartam dapat meningkatkan kadar fenilalanin dan asam aspartat di otak.
Senyawa ini dapat menghambat sintesis dan pelepasan neurotransmitter, dopamin, norepinefrin, dan serotonin yang dikenal sebagai pengatur aktivitas neurofisiologis.
2. Membentuk Selera Makan yang Salah
Salah satu tujuan gizi yang paling penting di masa balita adalah membentuk selera makan anak.
Kalau sejak kecil anak biasa mencicipi makanan dan minuman berpemanis buatan, ia akan menganggap seperti itulah rasa makanan seharusnya.
Sebaliknya, kalau Si Kecil terbiasa makan makanan alami dan sehat, tubuh mereka akan “menolak” saat mencoba makanan dan minuman berpemanis buatan.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk aspartam, namun juga makanan manis lainnya.
Lebih baik menghindari bahaya kandungan tersebut agar Si Kecil lebih mengenal makanan bergizi lainnya.
Baca Juga: Bahaya Pewarna dan Pemanis Buatan pada Makanan
3. Berbahaya bagi Penderita Fenilketonuria (PKU)
Anak yang menderita fenilketonuria tidak bisa memetabolisasi fenilalanin.
Jadi, mereka tidak dapat mengonsumsi kandungan pemanais ini atau mereka bisa mengalami gangguan genetik.
Mengutip Mayo Clinic, tanpa enzim yang diperlukan untuk memproses fenilalanin, bisa berbahaya dan memicu penumupukan dalam tubuh.
Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Beberapa peneliti menganggap bahwa masalah ini juga dapat dialami orang-orang yang tidak menderita fenilketonuria yang mengonsumsi zat pemanis tersebut.
Karena itu, kandungan bahan ini tidak disarankan untuk anak-anak.
4. Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2
Bahaya aspartam selanjutnya adalah dapat memicu lonjakan gula darah dalam tubuh.
Menurut penelitian yang dimuat di jurnal Diabetes Care pada April 2009, aspartam tampak meningkatkan risiko relatif diabetes tipe 2 sebanyak 67% dan sindrom metabolik sebesar 36%.
Kandungan pemanis ini 200 kali lebih manis dari gula murni dan memiliki efek yang berbahaya pada tubuh.
Tak hanya meningkatkan resiko diabetes, yakni juga penyakit kardiovaskular lainnya.
Baca Juga: Banyak Manfaatnya, Ini Sirup Kurma, Pemanis Alami Untuk MPASI
5. Keracunan Formaldehida
Sebuah studi mengklaim bahwa 75% reaksi negatif terhadap bahan tambahan pangan yang dilaporkan ke FDA berhubungan dengan efek samping aspartam.
Mulai dari sakit kepala, hilang ingatan, sampai jantung berdebar.
Menthanol yang terkandung dalam aspartam juga terpecah menjadi asam format dan formaldehida, neurotoksin mematikan.
Konon, produk mengandung pemanis buatan ini yang dipanaskan bisa menyebabkan akumulasi formaldehida.
Sebagian orang yang minum diet soda hanga, muncul gejala mirip keracunan senyawa tersebut.
6. Meningkatkan Risiko Kanker
Bahaya aspartam bagi kesehatan, yakni adalah dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
Mengutip American Cancer Society, dari hasil penelitian pada tikus yang diterbitkan oleh sekelompok peneliti Italia, aspartam dapat meningkatkan risiko kanker terkait darah (leukimia dan limfoma).
Meski begitu, masih banyak studi yang diperlukan dalam mengkaji hal ini.
7. Berat Badan Tidak Terkontrol
Aspartam mengandung 4 kalori per gram, hampir mirip dengan gula. Namun, ini sekitar 200 kali lebih manis dari pada gula.
Artinya, hanya sedikit aspartam yang diperlukan untuk memaniskan makanan dan minuman.
Karena itulah, ini dapat memicu pelonjakan berat badan yang tidak terkontrol.
Studi yang diterbitkan dalamCMAJ Group, adanya hubungan antara peningkatan berat badan dan lingkar pinggang dengan asupan pemanis ini secara teratur.
Partisipan dalam beberapa penelitian juga menunjukkan peningkatan indeks massa tubuh (BMI).
BMI dapat membantu menilai apakah seseorang memiliki berat badan yang sehat atau tidak.
Orang dengan BMI tinggi mungkin lebih berisiko terkena penyakit metabolik.
Baca Juga: 17 Manfaat Daun Dewa, Dapat Mengobati Stroke
8. Menyebabkan Peradangan
Sebuah studi menyimpulkan bahwa bahaya aspartam adalah dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan akibatnya, dapat menyebabkan stres oksidatif dan peradangan.
Penemuan mereka menunjukkan bahwa aspartam dapat mempengaruhi sel-sel dari berbagai organ tubuh, termasuk otak, jantung, hati, dan ginjal.
Menjadi kebal terhadap bakteri, itu juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota dalam usus.
Peneliti melihat, aspartam dapat mempengaruhi toleransi glukosa.
9. Gangguan Mood
Bisakah aspartam meningkatkan risiko gangguan mood seperti depresi?
Dalam satu studi dalam National Library of Medicine, para ilmuwan menemukan bahwa aspartam dapat meningkatkan gejala pada orang dengan riwayat depresi.
Sebuah studi tahun 2014 tentang orang dewasa yang sehat menemukan hasil yang serupa.
Ketika partisipan mengonsumsi aspartam tinggi, mereka mengalami lebih banyak iritabilitas dan depresi.
Tak hanya untuk orang dewasa, ini juga tak bagi bagi kesehatan mental anak-anak.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Kawasaki yang Bahayakan Jantung Bayi
Efek zat apa pun dalam makanan atau minuman akan lebih kuat pada anak-anak dibanding pada orang dewasa.
Ini karena anak-anak masih dalam masa pertumbuhan.
Karena dikhawatirkan menyebabkan berbagai masalah kesehatan itulah, aspartam tidak disarankan untuk balita, Moms.
- https://www.usa.gov/federal-agencies/food-and-drug-administration
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28198207/#:~:text=The%20consumption%20of%20aspartame%2C%20unlike,known%20regulators%20of%20neurophysiological%20activity.
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/phenylketonuria/symptoms-causes/syc-20376302#:~:text=Without%20the%20enzyme%20necessary%20to,lead%20to%20serious%20health%20problems.
- https://care.diabetesjournals.org/
- https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes/aspartame.html
- https://www.cmaj.ca/content/189/28/E929
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8373935/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.