Atresia Ani, Kondisi Tidak Adanya Lubang Anus Ketika Bayi Baru Lahir
Atresia ani adalah istilah medis di mana tidak adanya lubang anus. Atresia artinya tidak terbentuk dan ani artinya lubang anus. Istilah ini adalah istilah lama tetapi masih sering digunakan, lho Moms!
"Istilah yang lebih tepat sekarang adalah malformasi ano-rektal (gangguan pembentukan anus-rektum) karena terdapat beberapa tipe kelainan di daerah tersebut, yang lebih diperuntukkan bagi medis atau dokter karena berkaitan dengan jenis tindakannya," jelas dr. Cathline Freya Adhiwidjaja, Sp.BA (K), Dokter Spesialis Bedah Anak Konsultan Bedah Digestif Anak RS Pondok Indah – Puri Indah.
Kondisi tanpa anus ini termasuk ke dalam kelainan saat lahir yang terjadi saat bayi masih bertumbuh di dalam rahim. Tidak selalu tanpa anus, atresia ani juga berarti anus tidak berkembang sehingga tinja tidak bisa keluar dengan normal.
Baca Juga: Menghindari Bayi Cacat Lahir Sejak Hamil, Simak Penjelasannya
Melansir dari Cincinnati Children's Hospital, 1 dari 5.000 bayi memiliki malformasi anorektal. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Sementara atresia ani yang menyerang anak perempuan disebut pembukaan kloaka. Sebab, rektum, kandung kemih dan bagian bayi perempuan dengan anus bisa terbagi menjadi 1 lubang besar.
Malformasi anorektal bisa terjadi di dalam rahim selama minggu kelima hingga ketujuh masa kehamilan dan penyebabnya masih tidak diketahui.
Yuk, Moms simak selengkapnya mengenai atresia ani di sini!
Baca Juga: Kanker Anus, Ketahui Penyebab dan Cara Mengobatinya!
Gejala dan Penyebab Atresia Ani
Foto ilustrasi atresia ani (Sumber: Orami Photo Stock)
Gejala dari atresia ani biasanya bisa terlihat secara langsung sesaat setelah bayi lahir. Dokter pun juga dapat dengan mudah mendiagnosis kondisi ini.
Gejala utama yang dapat langsung terlihat adalah tidak adanya lubang anus. "Gejala yang diperlihatkan tergantung dari tipe kelainan yang ada. Pada pasien yang tidak memiliki lubang anus sama sekali, gejala utama adalah tidak adanya BAB sejak lahir," kata dr. Cathline Freya.
Berikut gejala lainnya yang bisa menentukan diagnosis malformasi anorektal:
- Tidak adanya lubang anus.
- Lubang anus terletak di tempat yang salah, seperti terlalu dekat dengan vagina atau di tempat lainnya.
- Bayi tidak buang air besar dalam 24 jam hingga 48 jam setelah bayi lahir.
- Perut membesar karena tinja yang terakumulasi.
- Muntah karena feses tidak bisa dikeluarkan.
- Tinja melewati tempat yang salah, seperti uretra, vagina, skrotum, atau pangkal penis.
- Pada kondisi lanjut dapat terjadi kebocoran usus karena tidak lagi dapat menampung kotoran dan udara yang ada pada usus.
"Pada kelainan pembentukan anus yang disertai fistula (lubang kecil yang tidak adekuat), masih terdapat BAB yang tergantung dari besarnya lubang fistula yang ada. Semakin besar lubang fistula, semakin tidak kentara gangguan pada BAB," tambah dr. Cathline Freya.
Sementara itu, penyebab atresia ani sendiri masih tidak diketahui sebab kondisi ini merupkaan bawaan sejak lahir dan terjadi secara acak oleh siapa saja.
"Penyebabnya adalah gangguan yang bersifat bawaan atau kongenital, artinya dibawa sejak lahir karena proses pembentukan yang tidak sempurna," kata dr. Cathline Freya.
Baca Juga: 8 Penyebab Anus Gatal pada Anak, Bukan Hanya Cacingan!
Cara Mengobati Atresia Ani
Foto ilustrasi toilet (Sumber: Orami Photo Stock)
Melansir dari artikel jurnal berjudul Imperforate Anus setelah mendiagnosis bayi baru lahir dengan atresia ani, pengobatan pertama harus fokus pada hidrasi si bayi dan menghindari sepsis.
Pembedahan darurat juga umumnya dilakukan dan bayi baru lahir harus menjalani evaluasi diagnostik secara menyeluruh dalam waktu 24 hingga 36 jam pertama di awal kehidupannya.
Menurut dr. Cathline Freya, pengobatan dari atresia ani dilakukan secara 3 tahap. "Prinsipnya adalah operasi. Operasi penanganan atresia ani dilakukan secara bertahap," jelas dr. Cathline Freya.
- Tahap pertama, pembuatan lubang pembuangan sementara, dikenal dengan stoma di usus besar yang dikeluarkan di dinding perut.
- Tahap kedua, operasi pembuatan atau perbaikan lubang anus itu sendiri.
- Tahap ketiga, operasi tahap akhir adalah dengan menyambung usus atau menutup stoma sehingga bayi dapat buang air besar melalui anus yang sudah dibuat sebelumnya.
Baca Juga: Mengenal Abses Perianal, Adanya Nanah pada Anus, Berikut Ini Gejala dan Cara Mengatasinya
Diagnosis Atresia Ani
Foto ilustrasi anak kecil (Sumber: Orami Photo Stock)
Diagnosis atresia ani bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik sesaat setelah bayi lahir.
"Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan daerah anus dengan melihat adakah kerutan kulit pada daerah semestinya, dan apakah terdapat lubang nyata pada kerutan tersebut dengan memasukkan benda silinder kecil berujung tumpul seperti ujung termometer untuk memastikan terdapatnya lubang yang intak," jelas dr. Cathline Freya.
Jika diperlukan, bisa dilakukan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, yaitu foto yang lebih ditujukan kepada kebutuhan dokter spesialis bedah anak untuk melakukan tindakan lebih jauh.
Dokter juga pastinya akan memeriksa dan menguji kelainan lain yang terkait dengan kondisi ini, Moms. Tes yang biasa dilakukan adalah,
- Rontgen tulang belakang untuk mendeteksi kelainan tulang.
- USG tulang belakang guna mencari kelainan pada tubuh vertebral, atau tulang belakang.
- Ekokardiogram guna melihat anomali jantung
- MRI guna menemukan adanya dugaan cacat esofagus seperti pembentukan fistula dengan trakea, atau tenggorokan.
Baca Juga: Pemeriksaan MRI Scan: Fungsi, Prosedur, Biaya, hingga Perbedaannya dengan CT Scan
Kelainan Tambahan
Foto ilustrasi bayi (Sumber: Orami Photo Stock)
Melansir dari Healthline sekitar setengah dari bayi yang baru lahir dengan kondisi atresia ani, memiliki kelainan tambahan. Beberapa diantaranya adalah,
- Kelainan ginjal dan saluran kemih.
- Kelainan tulang belakang.
- Cacat tenggorokan atau trakea.
- Cacat esofagus
- Cacat pada lengan dan kaki
- Down syndrome, merupakan kondisi kromosom yang berkaitan dengan keterlambatan kognitif, cacat intelektual, penampilan wajah yang khas, dan tonus otot yang lemah.
- Penyakit Hirschsprung, merupakan suatu kondisi yang melibatkan hilangnya sel-sel saraf dari usus besar.
- Atresia duodenum, merupakan perkembangan yang tidak tepat dari bagian pertama usus kecil.
- Kelainan jantung bawaan.
Sebagai tambahan informasi, kondisi ini bisa disembuhkan dengan operasi. Jika operasi dilakukan dengan baik, maka bayi dapat BAB seperti normal.
"Pada beberapa kasus di mana atresia ani digolongkan letak tinggi, walaupun sudah terdapat lubang anus, fungsi BAB dapat disertai gangguan yang berhubungan dengan kurang baiknya pembentukan otot-otot dan persarafan di sekitar anus tersebut," kata dr. Cathline Freya.
Nah itu dia Moms informasi seputar atresia ani, yang merupakan kondisi bawaan sejak lahir. Semoga bermanfaat!
- https://www.healthline.com/health/imperforate-anus#symptoms
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549784/
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/imperforate-anus
- https://medlineplus.gov/ency/article/001147.htm#:~:text=Imperforate%20anus%20is%20a%20defect,present%20from%20birth%20(congenital).
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.