Tanpa Gejala, Azoospermia Bisa Menjadi Penyebab Kesulitan Hamil
Pernahkah mendengar soal masalah kesuburuan pria? Salah satunya, azoospermia.
Kondisi ini mungkin tidak disadari sampai Dads dan pasangan tak kunjung dikaruniai anak meski sudah berhubungan seks secara teratur.
Dikutip dari Cleveland Clinic, kasus azoospermia diperkirakan terjadi pada setidaknya 1% dari total populasi pria.
Sebanyak 10-15% laki-laki yang tidak subur diperkirakan juga mengalami azoospermia.
Lantas, mengapa kondisi ini bisa terjadi? Berikut adalah penjelasan seputar azoospermia. Yuk disimak!
Baca Juga: 6 Pilihan Eyeliner Maybelline yang Tahan Lama dan Mudah Dipakai, Memperindah Riasan Mata!
Apa Itu Azoospermia?
Foto Ilustrasi Sperma (Orami Photo Stock)
Azoospermia atau sperma kosong adalah kondisi tidak adanya sperma dalam air mani saat pria berejakulasi.
Azoospermia dapat terjadi karena kelainan genetik, penyumbatan pada saluran testis, gangguan hormon, atau gangguan pada testis.
Kondisi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kemandulan pada pria.
Normalnya, jumlah sperma seorang pria adalah 15–200 juta sel per milimeter air mani.
Pria yang jumlah spermanya ada di bawah angka tersebut dianggap memiliki jumlah sperma yang rendah.
Baca Juga: 15 Gerakan Olahraga Mengecilkan Perut yang Ampuh Bikin Ramping, Bukan Cuma Sit Up, Lho!
Gejala dan Azoospermia
Foto Ilustrasi Sperma (verywellfamily.com)
Secara garis besar, tidak ada gejala khusus yang menandakan Dads mengidap azoospermia.
Namun pada beberapa kasus, pria yang mengidap azoospermia memiliki testis kecil atau struktur pembengkakan pada testis.
Melansir Clinics Journal, meski bisa tidak bergejala, pria yang mengalami azoospermia karena kondisi tertentu juga bisa mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Gairah seks rendah
- Volume air mani sedikit
- Disfungsi ereksi
- Benjolan, bengkak, atau rasa tidak nyaman di sekitar testis
- Rambut berkurang di sekitar wajah atau tubuh
- Nyeri pinggul
- Nyeri saat berkemih
“Azoospermia biasanya terdiagnosa saat pasangan mulai mengetahui bahwa mereka tidak dapat memiliki keturunan,” ungkap Direktur Kedokterteran dan Operasi Reproduksi Pria serta asisten profesor di Departemen Urologi, Stanford University School of Medicine, Michael Eisenberg, M.D.
Baca Juga: 30 Ayat Alkitab tentang Masa Depan, Bisa Dijadikan Semangat Hidup
Penyebab Azoospermia
Foto Ilustrasi Periksa ke Dokter ( kingsfertility.co.uk)
Melansir Hopkins Medicine, ada dua jenis azoospermia, yaitu obstruktif dan nonobstuktif.
“Saat seseorang mengidap tipe obstruktif, itu berarti sperma diproduksi dalam testis, namun terhambat dan tidak dapat keluar,” ungkap Kepala Ahli Bedah di Departemen Kedokteran Reproduksi Pria di Rumah Sakit New York Presbyterian, Weill Cornell Medical Center, New York City, Marc Goldstein, M.D., seperti dikutip dari Parents.com.
Sedangkan jenis azoospermia nonobstruktif terletak pada bagian produksi, di mana sperma tidak dibuat.
Penyebab azoospermia tidak diketahui pasti, namun ada kemungkinan hubungan genetik langka yang dapat mengganggu produksi dan pergerakan sperma.
1. Azoospermia Nonobstruktif
Kondisi azoospermia tipe ini bisa disebabkan oleh gangguan hormon yang membuat pria tidak bisa menghasilkan sperma atau adanya kelainan pada testis.
Gangguan hormon ini bisa terjadi akibat beberapa kondisi, antara lain hipogonadisme, hiperprolaktinemia, dan sindrom Kallmann.
Sementara itu, azoospermia karena masalah di testis bisa disebabkan oleh kelainan pada fungsi atau struktur testis.
Azoospermia akibat kelainan pada testis bisa terjadi karena beberapa kondisi, di antaranya:
- Tidak adanya testis (anorchia)
- Testis gagal memproduksi sperma (sertoli cell-only syndrome)
- Torsio testis
- Tumor atau kanker testis
- Varikokel
- Kelainan genetik
- Efek samping obat-obatan
- Penyakit tertentu, seperti diabetes dan gagal ginjal
2. Azoospermia Obstruktif
Azoospermia tipe ini disebabkan oleh gangguan pada saluran organ reproduksi pria, sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan saat ejakulasi.
Azoospermia obstruktif bisa disebabkan oleh berbagai hal. Misalnya epididimitis dan ejakulasi retrograd.
Ejakulasi retrograd yaitu kondisi ketika air mani tidak mengalir keluar dari penis, tetapi masuk ke saluran kemih.
Selain itu, azoospermia obstruktif juga bisa terjadi akibat cedera atau terbentuknya jaringan parut di saluran sperma dan prosedur vasektomi.
Penyebab yang mungkin paling mudah diketahui karena memang dipicu oleh intervensi dari luar adalah vasektomi.
Vasektomi merupakan jenis kontrasepsi pria yang mencegah sperma bergabung dengan cairan mani saat proses ejakulasi.
“Kondisi medis seperti diabetes juga dapat menyebabkan aliran semen berjalan balik atau ejakulasi mundur,” ungkap endokrinologi reproduksi dan Direktur Medis di HRC Fertility, Michael Feinman, M.D., kepada Parents.com.
Pasien kanker yang perlu menjalani radiasi dan kemoterapi juga dapat mengidap azoospermia karena kedua perawatan ini menghancurkan sel penghasil sperma.
Tidak hanya itu, penggunaan testosteron berlebihan juga dapat mengakibatkan azoospermia sementara hingga permanen.
Umumnya, dokter mendiagnosis azoospermia apabila proses sentrifugasi menggunakan mikroskop terhadap air mani tidak menemukan sel sperma.
Baca Juga: Lirik dan Makna Lagu Wake Me Up When September Ends, Menyayat Hati!
Diagnosis Azoospermia
Foto Konsultasi dengan Dokter (Orami Photo Stock)
Cara mendiagnosis azoospermia dapat dilakukan dengan analisis sperma dan cairan semen.
Dads akan diminta untuk memberikan sample sperma dan Dokter akan menganalisis jumlah, bentuk, pergerakan dan variabel sperma.
“Secara general, jumlah sperma dengan bentuk normal yang tinggi menunjukkan tingginya fertilitas,” ungkap ahli urologi dengan spesialisasi pengobatan reproduksi pria dan mikrobedah di Raleigh, North Carolina, Stephen Shaban, MD, seperti dikutip dari WebMD.
Jika hasilnya menunjukkan tidak adanya sperma dalam cairan semen, itu menunjukkan Dads mengidap azoospermia.
Seiring dengan pemeriksaan fisik, dokter akan mulai mengalanisa dengan kesehatan Dads. Melansir Healthline, mungkin dokter akan bertanya tentang:
- Riwayat kesuburan (apakah Dads sudah pernah mempunyai anak atau belum)
- Riwayat keluarga (seperti cystic fibrosis atau masalah kesuburan)
- Penyakit yang Dads miliki saat kecil
- Berbagai operasi atau prosedur yang Dads lakukan di area panggul atau saluran reproduksi
- Riwayat infeksi, seperti infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi menular seksual (IMS)
- paparan sebelumnya atau saat ini terhadap hal-hal seperti radiasi atau kemoterapi
- penggunaan obat sebelumnya atau saat ini
- Kemungkinan penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol
- penyakit baru-baru ini yang melibatkan demam
- paparan panas tinggi baru-baru ini
Alat diagnostik lainnya yang digunakan, termasuk:
- Tes darah untuk mengevaluasi kadar hormon atau kondisi genetik
- USG untuk memvisualisasikan skrotum dan bagian lain dari saluran reproduksi
- pencitraan otak untuk mencari masalah dengan hipotalamus atau kelenjar pituitari
- Biopsi untuk lebih dekat memeriksa produksi sperma
Apakah Azoospermia Bisa Disembuhkan?
Foto Konsultasi dengan Dokter (Orami Photo Stock)
Azoospermia adalah penyakit yang bisa disembuhkan, tapi ada sebagian kasus yang tidak bisa diobati.
Semua ini tergantung pada kondisinya.
Jika azoospermia disebabkan oleh penyumbatan saluran reproduksi (obstruktif), operasi diperlukan untuk menghilangkan sumbatannya sehingga sperma bisa mengalir.
Pembedahan juga dapat dilakukan untuk membuat sambungan pada saluran reproduksi yang tidak pernah berkembang karena adanya cacat bawaan.
Kalau operasi tersebut berhasil dilakukan, maka peluang Dads untuk memiliki keturunan menjadi terbuka.
Pengobatan hormonal juga bisa membantu jika penyebab utama azoospermia adalah produksi hormon pembuat sperma yang rendah.
Sementara itu, azoospermia non-obstruktif kemungkinan tidak bisa diobati.
Meski demikian, Dads masih bisa memiliki keturunan melalui program bayi tabung.
Jadi, pastikan Dads selalu berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Masalah Kram Perut: Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan yang Wajib Diketahui
Cara Mengobati Azoospermia
Foto Operasi (throughlinegroup.com)
Pengobatan tergantung pada faktor yang menjadi penyebabnya.
Tes dan konseling genetik biasanya merupakan bagian penting dari pemahaman dan pengobatan kondisi ini.
Berikut ini pengobatan untuk azoospermia:
1. Operasi
Apabila penyumbatan adalah penyebabnya, tindakan operasi dapat membantu membuka blokir saluran atau merekonstruksi dan menghubungkan tabung abnormal atau tidak pernah berkembang.
Sedangkan jika varikokel penyebab produksi sperma yang buruk, vena yang bermasalah dapat diikat dengan prosedur operasi.
Langkah ini untuk menjaga struktur di sekitarnya tetap terjaga.
2. Perawatan Hormon
Jika produksi hormon rendah menjadi penyebab utamanya, pasien mungkin akan diberikan perawatan hormon.
Ini termasuk follicle-stimulating hormone (FSH), human chorionic gonadotropin (HCG), anastrozole, clomiphene, dan letrozole.
3. Biopsi
Meskipun bisa dilakukan untuk prosedur diagnosis, biopsi dapat membantu penderita azoospermia.
Dalam biopsi, sperma diambil langsung dari testis.
Apabila penyebabnya dianggap sesuatu yang dapat diturunkan dari orang tua kepada anak.
Dokter mungkin dapat merekomendasikan analisis genetik sperma sebelum prosedur fertilisasi in vitro atau injeksi sperma intracytoplasmic (injeksi satu sperma ke dalam satu sel telur).
Baca Juga: 12 Gerakan Senam Aerobik untuk Pemula yang Mudah Dilakukan dan Manfaatnya untuk Kesehatan
Cara Mencegah Azoospermia
Foto Olahraga (Orami Photo Stock)
Azoospermia yang disebabkan oleh kelainan genetik tidak dapat dicegah.
Sementara untuk menurunkan risiko terjadinya azoospermia yang tidak terkait dengan kelainan genetik, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Melakukan Olahraga Secara Teratur
Olahraga sesekali rupanya belum cukup untuk membantu Dads meningkatkan kualitas sperma.
Salah satu cara memperbaiki kualitas sperma, Dads harus rutin melakukan olahraga, bukan hanya sesekali.
Sebagai contoh, cukup berolahraga dua hingga tiga kali dalam seminggu.
Pasalnya, melansir American Journal of Men's Health, rajin berolahraga bisa membantu meningkatkan kadar testosteron serta kualitas sperma yang lebih baik.
Akan tetapi, Dads juga perlu berhati-hati untuk tidak melakukan olahraga secara berlebihan.
Hal ini bisa membuat tubuh jadi mudah lelah serta menurunkan kadar hormon testosteron.
2. Mengonsumsi Makanan Sehat
Menjaga pola makan serta memilih makanan bernutrisi merupakan hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas sperma.
Dads bisa memulainya dengan mengonsumsi makanan penyubur sperma.
Sebagai contoh, makanan yang kaya anti-oksidan untuk meminimalisir adanya racun di dalam tubuh.
Tidak hanya itu saja, Dads juga bisa mengonsumsi makanan dengan kandungan likopen.
Laporan dari Ohio’s Cleveland Clinic menemukan bahwa konsumsi likopen dapat meningkatkan kualitas, mobilitas, dan volume sperma hingga 70%.
Likopen merupakan nutrisi penting yang umumnya ditemukan dalam buah dan sayuran seperti tomat, stroberi, ceri, dan paprika merah.
Baca Juga: 17 Manfaat Kulit Jeruk yang Baik untuk Kesehatan dan Kecantikan, Bisa Bikin Kulit Glowing!
3. Menjaga Berat Badan Ideal
Tidak hanya wanita, menjaga berat badan juga perlu dilakukan pria untuk menjaga kesuburan serta meningkatkan kualitas sperma.
Apabila tidak menjaga berat badan, semakin besar kemungkinan Dads untuk mengalami obesitas.
Pria dengan berat badan berlebih hampir dua kali berisiko untuk memiliki jumlah sperma lebih sedikit dan pergerakan sperma yang buruk.
4. Menghindari Alkohol
Meski belum dapat dipastikan kebenarannya, alkohol dapat memengaruhi kesuburan.
Hal ini berujung pada menurunnya kualitas sperma serta kesehatan tubuh.
Menurunnya kualitas sperma karena alkohol efeknya adalah penurunan hormon testosteron, impotensi, hingga penurunan produksi sperma.
Maka dari itu, akan lebih baik apabila Dads membatasi kadar alkohol untuk meningkatkan serta memperbaiki kualitas sperma.
Baca Juga: Mengenal Tumor Marker: Penjelasan, Jenis, dan Fungsinya
Itu dia Moms informasi seputar azoospermia yang tidak menunjukkan gejala.
Maka, ada baiknya lakukan pemeriksaan rutin ya ke dokter jika Moms dan Dads sedang melakukan program hamil.
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15441-azoospermia
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/azoospermia
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583158/
- https://www.webmd.com/infertility-and-reproduction/guide/azoospermia-causes-treatment
- https://www.healthline.com/health/infertility/azoospermia#diagnosis\
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5675222/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.