5 Bahaya Mengonsumsi Beras Merah Berlebihan
Beras merah memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, tak heran jika beras merah dijadikan sebagai alternatif diet untuk menurunkan berat badan dan diet untuk kesehatan.
Serat tinggi dan kandungan kalori yang rendah dalam beras merah meningkatkan fungsi pencernaan dan membantu kita merasa kenyang lebih lama, sehingga bisa membantu mengendalikan berat badan.
Dilansir dari laman SF Gate, beras merah juga merupakan sumber magnesium yang sangat baik, memenuhi lebih dari 20 persen kebutuhan harian.
Sumber protein, yang bisa menjaga fungsi saraf tetap sehat, serta mengendalikan tekanan darah dan gula darah.
Tapi siapa sangka, mengonsumsi beras merah berlebih ternyata bisa berdampak buruk juga bagi tubuh kita. Apa saja bahaya beras merah berlebihan?
Bahaya Beras Merah Berlebihan
1. Terdapat Jamur Aspergillus Section Flavi
Aspergillus section flavi merupakan jenis jamur yang berbahaya di antara jamur dan bakteri yang tumbuh pada beras merah. Jamur ini dikenal sebagai aflatoksin, yang bisa menyebabkan kanker jika dikonsumsi.
Bahayanya, jamur ini dapat tumbuh pada nasi yang dimasak dan yang tidak dimasak, maka penting bagi kita untuk menyiapkan nasi dengan benar dan harus mengonsumsinya sesegera mungkin setelah dimasak agar meminimalisir risiko mengonsumsi aflatoksin.
Meskipun, sebenarnya risiko keracunan aflatoksin relatif rendah. Tapi, tidak ada salahnya mencegahnya dengan penyajian yang tepat.
Baca Juga: 5 Manfaat Beras Merah untuk Diet Sehat
2. Mengandung Arsenik
Bahaya beras merah berikutnya adalah kandungan arseniknya. Selain efek merusak pada lingkungan, arsenik juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ dan kematian pada manusia.
Menurut laporan tahun 2007 yang diterbitkan dalam The Telegraph, beras mengandung kadar arsenik yang berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah besar dari waktu ke waktu.
Sementara ini berlaku untuk berbagai jenis beras, tapi dalam laporan tersebut memilih beras merah, terutama yang diproduksi di AS, sebagai jenis beras yang memiliki konsentrasi arsenik tertinggi.
Makan makanan seimbang dan membatasi asupan beras, maka konsumsi arsenik dalam jangka panjang bisa dihindari.
3. Asam Alfa-Picolinic
Jika Moms terlalu banyak memasak beras merah sehingga bersisa, maka simpanlah di lemari es dan usahakan tidak lebih dari empat hingga tujuh hari.
Seiring waktu, lingkungan beras merah yang lembab dan kaya nutrisi bisa menjadi tempat berkembang biak bagi berbagai jamur dan bakteri.
Tryptophan, jenis asam amino yang ada dalam beras merah, bisa dikonversi oleh beberapa mikroorganisme menjadi senyawa yang disebut asam alfa-picolinic.
Bahaya beras merah bila dikonsumsi berlebihan dalah asam alfa-picolinic-nya bisa menimbulkan hipersensitivitas dan apoptosis, di mana kondisi melibatkan percepatan kematian sel serta kerusakan jaringan.
Baca Juga: Benarkah Diet Keto Bisa Cegah Pertumbuhan Kanker?
4. Sulit Gemuk
Beras merah memang efektif digunakan untuk menurunkan berat badan atau diet. Tapi, jika dikonsumsi terus menerus tanpa gizi yang seimbang, maka tubuh kita akan kekurangan gizi bahkan mengalami gizi buruk.
Alangkah lebih baiknya saat mengonsumsi beras merah imbangi dengan makan makanan bergizi dan sehat.
5. Gangguan Mental
Leaky gut syndrome dipicu oleh senyawa kimia yang terkandung dalam beras merah, yang mana bisa menyebabkan jaringan usus rusak dan menghambat aliran darah.
Jika hal ini terjadi, maka sangat memungkinkan bisa meningkatkan risiko munculnya gangguan pada saraf, pembuluh darah, dan jaringan otak yang bisa memicu kelainan mental.
Baca Juga: Lebih Baik dari Nasi Putih, Ini 10 Manfaat Beras Merah untuk Kesehatan
Ternyata cukup banyak bahaya beras merah bila terlalu berlebihan dikonsumsi. Tidak ada salahnya mengonsumsi beras merah setiap hari, tapi untuk meminimalisir risikonya, penting bagi Moms membatasinya.
Hal yang paling penting selalu imbangi dengana makanan yang bergizi dan menyehatkan.
Pastikan makanan pendampingnya tidak memiliki kandungan lemak yang tinggi ya Moms agar tidak menghambat proses diet yang sedang dijalani.
(PSF/ERW)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.