Bolehkah Memberikan Silent Treatment Sebagai Hukuman Untuk Anak?
Siapa nih, Moms yang sering sengaja mendiamkan atau memberikan silent treatment pada anak saat dia melakukan kesalahan atau menunjukkan sikap yang tidak Moms sukai?
Untuk Moms yang belum tahu, silent treatment adalah sikap sengaja mendiamkan dan menghentikan interaksi dengan seseorang.
Orang dewasa biasa melakukannya sebagai cara untuk menyampaikan penolakan, ketidaksukaan, serta memberikan pelajaran pada orang lain.
Tapi bolehkah orang tua memberikan silent treatment sebagai hukuman, dan bagaimana dampaknya untuk anak? Yuk Moms, kita cari tahu lebih banyak.
Baca Juga : 5 Cara Mendidik Anak Jadi Suka Olahraga dan Mencetak Prestasi
Mengapa Ada Orang Tua Yang Menggunakan Silent Treatment Sebagai Hukuman?
Wiseowlspeech.com
Ternyata banyak orang tua menganggap kalau silent treatment adalah hukuman anak yang paling aman dan damai, karena tidak menimbulkan luka fisik maupun konflik verbal.
Orang tua dengan tipe ini biasanya akan melakukan beberapa hal berikut:
- Menghindari kontak mata, kedekatan fisik, dan kedekatan emosional.
- Mengabaikan ajakan komunikasi verbal, baik yang berupa pertanyaan, obrolan, komentar, maupun ajakan bermain.
- Bila terpaksa ada interaksi, maka dilakukan seminimal mungkin dengan menunjukkan ekspresi wajah datar.
- Semua hal diatas dilakukan tanpa ada kejelasan kapan akan berakhir dan apa yang harus dilakukan untuk mengakhirinya.
Sayangnya, orang tua yang memberikan silent treatment sebagai hukuman anak biasanya sangat sedikit atau sama sekali tidak menjelaskan kesalahan atau hal kurang berkenan yang sudah dilakukan anak. Mereka biasanya berharap anak bisa tahu dan mengerti dengan sendirinya.
Apa Yang Sebenarnya Dirasakan Anak Saat Menerima Silent Treatment?
Scarymommy.com
Berbeda dengan orang dewasa yang perkembangan sosial dan emosionalnya sudah cukup matang, seorang anak belum bisa membaca dan memahami arti dari isyarat sosial yang sifatnya non-verbal.
Anak yang menerima silent treatment pada awalnya akan merespon dengan sikap diam juga, tapi semakin lama sikap diam berlangsung maka anak akan semakin bingung dan cemas.
Apalagi jika sikap diam orang tua terus berlangsung tanpa adanya kejelasan kapan berakhir maupun apa yang harus dilakukan anak untuk mengakhirinya, dia akan merasa frustasi, tidak nyaman, tidak dicintai, terintimidasi, dan terjebak.
Baca Juga : 4 Kesalahan Mendidik Anak yang Sering Dilakukan Orangtua
Apa Kata Pakar Soal Silent Treatment?
Hesselignal.cn
Sederet psikolog ternama dunia sepakat menganggap penggunaan silent treatment sebagai hukuman anak adalah bentuk manipulasi serta kekerasan mental, emosional, dan psikologis terhadap anak.
Profesor psikologi dari Purdue University, Kipling Williams, bahkan menemukan bahwa menerima silent treatment dapat mengaktifkan anterior cingulate cortex atau bagian otak yang mendeteksi rasa sakit pada fisik. Nah, rasa sakit yang ditimbulkan oleh silent treatment itu ternyata sama dengan mengalami kesakitan fisik lho, Moms.
Karena itulah, silent treatment atau sikap sengaja mendiamkan sebaiknya tidak digunakan sebagai hukuman anak dalam keadaan apapun ya, Moms.
Apa Efek Memberikan Silent Treatment Sebagai Hukuman Anak?
Djeca.hr
Walau sikap diam terlihat sepele dan tidak serius, efek silent treatment pada anak itu tidak bisa dianggap sepele lho, Moms.
Selain dapat menimbulkan masalah gangguan kecemasan dan agresi, anak yang sering menerima silent treatment juga seringkali jadi pribadi yang tidak berani mengambil resiko karena takut salah.
Adapun menurut analisa profesor ilmu komunikasi Paul Schrodt, PhD, silent treatment dapat mengurangi kualitas hubungan anak dan Moms, serta mengurangi kemampuan untuk saling berkomunikasi secara sehat dan bermakna.
Percayalah Moms, dialog dan diskusi adalah cara yang jauh lebih sehat untuk membuat anak belajar dari kesalahan, sekaligus memberikan contoh cara menangani konflik secara dewasa dan rasional.
Bagaimana menurut Moms, apa alternatif hukuman anak yang lebih baik ketimbang memberikan silent treatment pada anak?
(WA)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.