Botulisme pada Bayi: Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan
Dokter dan ahli sering kali mengimbau orang tua untuk tidak memberikan madu pada bayi di bawah 12 bulan karena berisiko menyebabkan botulisme.
Botulisme (atau keracunan botulisme) adalah penyakit langka namun sangat serius.
Kondisi ini dapat ditularkan melalui makanan, kontak dengan tanah yang terkontaminasi, atau melalui luka terbuka.
Tanpa pengobatan dini, botulisme dapat menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, dan kematian.
Melansir Healthline, ada tiga jenis utama botulisme, yaitu:
- Botulisme bayi
- Botulisme bawaan makanan
- Botulisme luka
Nah Moms, berikut ini adalah informasi seputar botulisme pada bayi. Yuk, pahami agar lebih waspada terhadap kondisi Si Kecil!
Baca Juga: Kenali 4 Kondisi Akibat Kurang Gizi Pada Bayi Di Bawah 1 Tahun
Gejala Botulisme pada Bayi
Foto: gettyimages.com
Melansir World Health Organization (WHO), 65% kasus botulisme terjadi pada bayi atau anak-anak di bawah usia 1 tahun.
Botulisme bayi biasanya hasil dari paparan tanah yang terkontaminasi, atau dengan makan makanan yang mengandung spora botulisme.
Madu dan sirup jagung adalah dua contoh makanan yang bisa terkontaminasi.
Spora ini dapat tumbuh di dalam saluran usus bayi, melepaskan toksin botulisme.
Gejala botulisme pada bayi biasanya terlihat antara tiga hingga 30 hari setelah bayi terpapar bakteri.
Tanda bayi mengidap botulisme pertama kali ditunjukkan lewat sembelit.
Jika bayi mengalaminya lebih dari tiga hari, disarankan Moms untuk memeriksakan Si Kecil ke dokter.
Moms juga bisa mendeteksi botulisme pada bayi sedari dini, bila Si Kecil mengalami kondisi sebagai berikut:
- Ekspresi wajah datar pada bayi
- Gerakan mengisap yang lemah, membuat bayi kekurangan ASI
- Tangisan yang lemah
- Gerakan tubuh bayi berkurang drastis
- Ngiler berlebihan
- Kesulitan menelan
- Otot bayi lemah
- Kesulitan bernapas
Baca Juga: Gampang Lemas Bisa Jadi Gejala Thalasemia Pada Bayi
Bagaimana Pengobatan Botulisme pada Bayi?
Foto: Orami Photo Stock
Setelah mendeteksi gejala botulisme pada bayi, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
- Pemindaian otak
- Pemeriksaan cairan tulang belakang
- Tes fungsi saraf dan otot (studi konduksi saraf dan elektromiografi)
- Tes tensilon untuk miastenia gravis
Selanjutnya, akan ada tes laboratorium untuk mencari toksin atau bakteri yang menyebabkan botulisme.
Tes laboratorium ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah Si Kecil menderita botulisme.
Botulisme pada bayi harus ditangani lewat perawatan intensif di rumah sakit.
Biasanya bayi akan masuk ICU (Intensive Care Unit), di mana dokter akan melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara komprehensif untuk melihat seberapa jauh penyebaran racun dalam tubuh bayi.
Racun botulisme dapat mempengaruhi otot pernapasan, jadi ventilator dipasang untuk membantunya bernapas.
Efek racun ini pun juga mempengaruhi otot yang digunakan bayi untuk menelan makanan.
Oleh karenanya, dokter akan memberikan cairan intravenous (IV) agar bayi tetap mendapatkan nutrisi.
Kini antiracun telah tersedia untuk membantu pengobatan botulisme bayi.
Antiracun tersebut bernama botulism immune globulin intravenous (BIGIV) danakan segera diberikan saat bayi diketahui mengidap botulisme untuk mempercepat proses penyembuhan.
Baca Juga: Waspadai Gejala Lupus, Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Wanita
6 Fakta Tentang Botulisme pada Bayi yang Perlu Moms Ketahui
Botulisme adalah penyakit karena racun yang dihasilkan oleh bakteri bernama Clostridium botulinum.
Clostridium botulinum memproduksi tujuh jenis racun yang dibedakan dan diberi nama dari a hingga g.
Dari tujuh jenis tersebut, hanya racun a, b, e, dan f yang memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk bayi.
Ketahui berbagai fakta tentang botulisme pada bayi di bawah ini.
1. Tidak Hanya Disebabkan Konsumsi Madu
Foto: medicalnewstoday.com
Botulisme disebabkan racun yang diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum.
"Penyebab utama botulisme pada bayi adalah penularan racun tersebut melalui spora botulisme aerol di tanah, khususnya di daerah dekat lokasi konstruksi yang tenahnya terganggu,” kata Uzma Hasan, MD, Kepala Divisi Penyakit Menular Anak di SBMC, seperti dikutip dari RJW Barnabas Health.
“Saluran pencernaan bayi belum cukup matang untuk menangani spora. Mereka kemudian mulai tumbuh, melepaskan racun, dan menyebabkan masalah pada tubuh bayi," imbuhnya.
Berbagai faktor risiko lain, menurut Dr. Hasan, termasuk konsumsi madu dan makanan yang diawetkan dengan cara tidak benar atau terpapar debu.
2. Gejalanya Meliputi Masalah Pencernaan dan Kelesuan
Foto: mb.ntd.com
Mengutip Centers for Disease Control and Prevention, bayi dengan botulisme dapat menunjukkan gejala seperti:
- Lesu
- Nafsu makan yang buruk
- Sembelit
- Tangisan yang terdengar lemah
- Kelemahan atau kelumpuhan otot
Jika gejala-gejala di atas tidak diobati, botulisme pada bayi dapat berkembang dan gejalanya dapat memburuk.
Alhasil, dapat menyebabkan kelumpuhan otot-otot tertentu, termasuk otot-otot yang digunakan dalam pernapasan, lengan, kaki, dan badan (mulai dari leher hingga panggul).
Baca Juga: Bukan Mitos, 6 Makanan Ini Optimalkan Perkembangan Otak Bayi
3. Bayi Di Bawah 6 Bulan Memiliki Risiko Tinggi
Foto: familychasers.com
Dr. Alan Greene melalui drgreene.com mengungkapkan bahwa usia puncak di mana bayi sangat rentan terhadap botulisme adalah ketika mereka berusia antara 2 hingga 4 bulan.
Namun, menurutnya bayi masih mungkin berisiko sampai mereka berusia 9 hingga 11 bulan.
4. Botulisme pada Bayi Bukanlah Penyakit Menular
Foto: magicmaman.com
Meskipun umum terjadi pada bayi, Dr. Greene juga mengungkapkan bahwa infant botulisme bukanlah penyakit yang dapat menular dari satu penderita ke penderita lainnya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, umumnya bayi terpapar racun bakteri Clostridium botulinum dari makanan, tanah, ataupun debu.
5. Masih Dapat Diobati Menggunakan Antitoksin
Foto: tyt.com.my
American Academy of Pediatrics (AAP) menyampaikan bahwa hampir semua bayi yang mengalami botulisme perlu dirawat di rumah sakit.
Pasalnya, bayi harus dirawat dengan baik dan dipantau kondisinya, terutama pernapasannya.
Dalam keadaan khusus, dokter biasanya memberikan antitoksin intravena yang berfungsi menghambat aktivitas toksin dalam aliran darah bayi.
Antitoksin juga membantu meringankan gejala ketika diberikan pada awal proses infeksi.
Meskipun dapat digunakan untuk mengobati botulisme luka (wound botulism), antibakteri umumnya tidak boleh digunakan dalam kasus botulisme pada bayi.
6. Pencegahan Dapat Sulit Dilakukan
Foto: cyprushealthyliving.com
Seperti halnya kuman, spora Clostridium botulinum yang menyebabkan botulisme pada bayi tersebar di lingkungan sekitar bayi.
Mereka dapat ditemukan pada debu dan kotoran, bahkan di udara. Oleh karena itu, para ahli tidak mengetahui cara pasti untuk mencegah botulisme bayi.
Namun, menurut Kids Health, salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko botulisme adalah dengan tidak memberikan madu atau makanan olahan yang mengandung madu sebelum bayi berusia 1 tahun.
Madu adalah sumber bakteri Clostridium botulinum dan terbukti telah menyebabkan botulisme pada bayi yang mengonsumsinya.
Meskipun sirup jagung tidak terbukti berkaitan dengan botulisme, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikannya pada bayi.
Baca Juga:6 Menu MPASI untuk Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi 6-12 Bulan
Nah itu dia Moms, informasi lengkap seputar botulisme pada bayi.
Setelah mendapatkan perawatan yang tepat, sebagian besar bayi dapat pulih sepenuhnya dari botulisme.
Meskipun pengobatan botulisme pada bayi biasanya memakan waktu selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan.
- https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/infections/Pages/Botulism.aspx
- https://www.cdc.gov/botulism/testing-treatment.html
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/botulism/symptoms-causes/syc-20370262
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/botulism
- https://www.nhs.uk/conditions/botulism/
- https://www.healthline.com/health/botulism#diagnosis
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.