20 Juni 2024

Cairan Infus: Jenis, Manfaat, dan Risiko Efek Sampingnya

Memiliki berbagai jenis dan fungsinya masing-masing

Cairan infus adalah obat atau cairan yang diberikan melalui jarum.

Cairan infus digunakan pada orang yang tidak dapat minum obat secara oral.

Jumlah cairan infus yang diberikan tergantung pada kondisi medis, berat badan, dan usia.

Umumnya dokter atau perawat akan memastikan jumlah cairan yang tepat menetes dari kantong infus ke pembuluh darah dengan kecepatan yang tepat.

Ada beberapa alasan mengapa Moms mungkin perlu mendapatkan cairan ini.

Melansir National Institute for Health and Care Excellence, cairan infus bertujuan untuk menggantikan air, gula, dan garam.

Hal-hal tersebut mungkin Moms butuhkan saat sedang sakit atau menjalani operasi, dan tidak bisa makan maupun minum seperti biasanya.

Cairan infus memiliki beragam jenis dan fungsi, lho, Moms.

Lantas, apa saja jenis dan fungsinya? Apa perbedaannya? Yuk, cari tahu selengkapnya di bawah ini!

Baca Juga: Ingin Tahu Cara Menghitung Tetesan Infus? Yuk, Simak!

Tanda Dehidrasi Membutuhkan Cairan Infus

Dehidrasi
Foto: Dehidrasi (Momjunction.com)

Dehidrasi menjadi salah satu penyebab seseorang membutuhkan cairan infus.

Waspada beberapa tanda ketika tubuh mengalami dehidrasi dan membutuhkan cairan tambahan.

Ketika seseorang mengalami dehidrasi, itu dapat mempengaruhi:

  • Keseimbangan mineral penting (elektrolit) dalam tubuh
  • Kinerja kognitif (mental)
  • Tingkat energi
  • Fungsi gastrointestinal (kemampuan untuk mencerna makanan)
  • Frekuensi dan intensitas sakit kepala
  • Fungsi organ, termasuk ginjal, jantung dan otak
  • Penampilan fisik
  • Kesehatan kulit

Waspada, kenali tanda-tanda dehidrasi parah yang meliputi:

  • Pusing
  • Mata kering
  • Bibir dan lidah kering
  • Kulit kering, keriput atau berjerawat
  • Kelelahan (merasa lelah)
  • Napas cepat
  • Tangan dan kaki yang dingin saat disentuh atau tampak bernoda
  • Kencing lebih sedikit dari biasanya (kurang dari 4 kali per hari)
  • Kencing yang berwarna kuning tua dan berbau menyengat

Apabila merasakan tanda-tanda di atas, segera dapatkan konsultasi dokter atau perawat.

Bisa saja Moms membutuhkan cairan infus secepatnya untuk cegah komplikasi berlanjut.

Baca Juga: Tangan Di Infus Bengkak? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!

Jenis Cairan Infus Beserta Fungsinya

Pasien Diinfus
Foto: Pasien Diinfus (motherhomecarekar.com)

Cairan infus memiliki berbagai jenis. Pemberian cairan ini tergantung pada kondisi kesehatan pasien.

Umumnya, cairan infus terbagi menjadi dua jenis, yaitu cairan infus kristaloid dan koloid.

Kedua jenis cairan ini memiliki fungsi yang berbeda-beda, lho Moms.

1. Cairan Infus Kristaloid

Jenis cairan ini paling banyak digunakan dalam perawatan medis di rumah sakit.

Cairan infus kristaloid biasa digunakan untuk mengembalikan keseimbangan pH, elektrolit, menghidrasi tubuh, dan sebagai cairan resusitasi.

Cairan ini mengandung natrium glukonat, natrium klorida, magnesium klorida, dan natrium asetat.

Tak hanya itu, cairan infus kristaloid memiliki partikel-partikel kecil.

Cairan ini mudah berpindah dari aliran darah ke dalam sel-sel dan jaringan tubuh sehingga efektif dalam memberikan pengobatan.

Cairan infus kristaloid ini memiliki jenis lainnya, yaitu:

  • Cairan Infus Saline

Cairan infus saline berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat diare, muntah, syok, perdarahan, dan asidosis metabolik.

Oleh karena itu, jenis cairan ini banyak digunakan dalam perawatan di rumah sakit.

Cairan infus ini mengandung natrium klorida 0,9 dan 0,45% yang larut dalam air.

Bagi Moms yang memiliki gangguan jantung dan penyakit ginjal tidak disarankan menggunakan cairan ini 0,9%.

Hal ini karena kandungan natrium di dalamnya menyebabkan volume cairan berlebihan di dalam tubuh.

Sedangkan natrium klorida 0,45% bisa diberikan kepada Moms dengan kondisi gangguan elektrolit dan ketoasidosis diabetik.

Melansir Journal of Nephrology, saline dapat menyebabkan asidosis hiperkloremik, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi aliran darah ginjal secara negatif.

  • Cairan Infus Ringer Laktat

Cairan infus ringer laktat memiliki fungsi untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit.

Cairan ini memiliki kandungan magnesium klorida, natrium klorida, natrium laktat, kalsium klorida, dan air.

Kandungan tersebut bisa menggantikan cairan tubuh yang hilang ketika mengalami cedera, luka, hingga kondisi yang menyebabkan kehilangan banyak darah.

Umumnya, cairan ringer ini tidak disarankan untuk Moms yang memiliki pH tubuh lebih dari 7,5 dan memiliki penyakit hati.

  • Dextrose

Dextrose adalah salah satu jenis cairan ini yang hanya mengandung gula.

Cairan ini dapat diberikan pada Moms yang mengidap hiperkalemia atau kondisi kadar kalium tubuh tinggi.

Selain itu, dextrose juga tidak dapat diberikan bagi Moms yang memiliki kondisi medis tertentu.

Hal ini karena cairan ini berisiko meningkatkan kadar gula darah.

Baca Juga: Ini 9 Manfaat Infused Water Timun untuk Kesehatan Tubuh

2. Cairan Infus Koloid

Jenis cairan infus ini memiliki molekul yang lebih berat daripada kristaloid.

Sehingga jarum infus akan berada di pembuluh darah dalam waktu yang lebih lama.

Cairan koloid digunakan bagi Moms yang menderita penyakit kritis, membutuhkan transfusi darah, melakukan tindakan bedah, hingga menjalankan terapi penyakit ginjal.

Cairan infus koloid ini juga memiliki jenis lainnya, yaitu:

  • Albumin

Cairan infus jenis albumin diberikan kepada pasien yang mengalami kehilangan banyak darah akibat luka bakar yang parah, kecelakaan, dan kondisi lainnya.

Tak hanya itu, cairan infus ini juga diberikan kepada pasien yang memiliki hipoalbuminemia atau kadar albumin rendah.

Serta, digunakan juga ketika melakukan tindakan pembedahan, infeksi perut, pankreatitis, gagal ginjal, operasi jantung, hingga gangguan pada ovarium.

  • Dextran

Cairan jenis ini mengandung polimer glukosa.

Dextran digunakan untuk memulihkan pasien yang mengalami kehilangan darah setelah operasi dan gejala hipovolemi akibat dehidrasi.

Jenis ini juga mencegah terjadinya tromboemboli atau pembekuan darah setelah operasi.

  • Gelatin

Gelatin merupakan jenis cairan infus koloid yang mengandung protein hewani.

Cairan jenis ini digunakan untuk pasien yang kehilangan banyak darah hingga gejala hipovolemia berangsur membaik.

Baca Juga: Nutrisi Parenteral, Prosedur Memenuhi Gizi dan Cairan Melalui Infus

Tanda Cairan Infus Bekerja

Pasien Mendapatkan Cairan Infus
Foto: Pasien Mendapatkan Cairan Infus (saaolpunjab.com)

Sama halnya dengan pengobatan obat apapun, pemberian cairan infus memerlukan pemantauan.

Hal ini untuk mencegah efek samping dan memastikan keamanan dan kemanjurannya.

Ada beberapa cara untuk melihat cairan bekerja dengan baik atau tidak, yaitu:

  • Tanda Klinis

Tanda-tanda klinis misalnya, meningkatnya urine, berkurangnya waktu pengisian kapiler, dan penurunan denyut jantung.

Kenali juga tanda biokimia seperti normalisasi kadar natrium, urea, dan kreatinin.

  • Pengalaman Pasien

Pengalaman subjektif pasien juga perlu diperhatikan.

Misalnya, ketika mereka "merasa lebih baik" atau tidak lagi haus.

Temuan ini mungkin tidak ada jika ditutupi oleh faktor lain.

Misalnya, frekuensi keluarnya urine dapat tetap rendah selama 24 jam setelah operasi.

Bisa saja pasien mulai respons normal terhadap cedera, atau apda pasien yang menerima masukan cairan yang cukup.

  • Pertimbangan Harian

Penimbangan harian adalah cara termudah dan paling andal untuk memantau status cairan.

Tetapi, ini tidak memberikan informasi apa pun tentang distribusi cairan yang diberikan.

Teknik invasif dapat memberikan gambaran yang lebih rinci tentang status volume intravaskuler.

Perawat akan mengatur pompa agar cairan infus dapat menetes dengan kecepatan dan jumlah yang sesuai kebutuhan pasien.

Selain itu, perawat juga akan selalu mengecek apakah cairan ini berjalan dengan baik atau tidak.

Baca Juga: 7 Gejala DBD pada Anak, Kenali Fasenya, Jangan Sampai Kritis

Waktu Pemulihan Setelah Menerima Cairan Infus

Bayi di Rumah Sakit
Foto: Bayi di Rumah Sakit (Orami Photo Stock)

Banyak orang tidak memerlukan waktu pemulihan atau memiliki batasan apa pun setelah menerima cairan infus.

Namun, Moms mungkin memerlukan perawatan lain atau istirahat tambahan tergantung pada alasan membutuhkan rehidrasi.

Misalnya, jika mengalami muntah atau diare karena infeksi, mungkin perlu minum obat sesudahnya.

Jika setelah menjalani operasi, seseorang mungkin memiliki batasan tertentu untuk dinyatakan pulih sepenuhnya.

Tanyakan kepada dokter atau perawat tentang pemulihan setelah menerima cairan infus dalam beberapa waktu.

Manfaat Cairan Infus untuk Tubuh

Hidrasi Tubuh dengan Baik
Foto: Hidrasi Tubuh dengan Baik (bbc.com)

Ada beberapa manfaat cairan infus bagi tubuh jika digunakan dengan semestinya.

Berikut deretan manfaat atau khasiat yang bisa dirasakan untuk kesehatan:

1. Tubuh Terhidrasi

Air minum saja sering kali tidak cukup untuk menghidrasi jaringan tubuh.

Hal ini karena sebagian besar air ini akan diserap bersama dengan sistem pencernaan.

Salah satu manfaat cairan infus yang utama adalah mendukung jaringan organ tubuh terhidrasi dengan baik.

Infus adalah cara tercepat untuk mengirimkan cairan dan nutrisi yang cukup untuk tubuh kembali ke fungsi normal.

2. Sistem Kekebalan Tubuh Tetap Normal

Salah satu manfaat cairan infus adalah menjaga imunitas tubuh tetap terjaga.

Kandungan infus sering diperkaya dengan vitamin B12 dan C yang berguna untuk fungsi normal sistem kekebalan tubuh.

Beberapa di antaranya juga mengandung senyawa seperti magnesium yang merupakan nutrisi yang dibutuhkan.

3. Mempercepat Pemulihan

Selain itu, manfaat infus juga dapat mempercepat proses pemulihan suatu penyakit.

Infus membantu tubuh dengan cepat memulihkan semua cairan dan elektrolit yang hilang.

Sama halnya juga bagi mereka setelah berolahraga yang membutuhkan banyak cairan tambahan.

Risiko Pemasangan Cairan Infus

Infus pada Tangan (Orami Photo Stocks)
Foto: Infus pada Tangan (Orami Photo Stocks) (Orami Photo Stock)

Memasukkan jarum infus sering kali berjalan dengan lancar.

Tetapi ini bisa menjadi tantangan, terutama jika Moms memiliki pembuluh darah tipis dan kecil.

Jika Moms memerlukan banyak infus, ini dapat menyebabkan jaringan parut terbentuk dari waktu ke waktu.

Hal ini yang dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.

Risiko pemasangan cairan infus, yaitu:

Terkadang, jarum dapat terlepas sehingga obat dapat masuk ke jaringan sekitarnya. Dengan beberapa obat, ini bisa berbahaya.

Risiko lain bergantung pada jenis obat yang Moms terima.

Obat baru apa pun dapat menyebabkan tubuh bereaksi dengan kuat.

Jika Moms mengalami reaksi, ini biasanya terjadi saat pertama kali Moms mendapatkan perawatan tertentu.

Komplikasi yang Dapat Terjadi Selama Pemasangan Cairan Infus

Infus
Foto: Infus (Freepik.com/@Freepik)

Komplikasi yang dapat terjadi selama pemasangan cairan infus meliputi beberapa kondisi berikut:

  1. Hematoma: Darah mengumpul di bawah kulit di sekitar area penusukan, yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan perubahan warna kulit.
  2. Infiltrasi IV dan Ekstravasasi: Cairan infus meresap ke jaringan di sekitar vena tempat infus seharusnya dimasukkan. Gejala yang dapat terjadi antara lain nyeri, pembengkakan, perubahan suhu, dan perubahan warna kulit.
  3. Flebitis: Reaksi inflamasi yang terjadi pada pembuluh darah yang ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak, panas, indurasi pada daerah tusukan, dan pengerasan sepanjang pembuluh darah vena. Flebitis dapat disebabkan oleh kurangnya teknik aseptik saat pemasangan alat intavena.
  4. Iritasi Vena: Cairan infus yang bersifat iritan dapat menyebabkan reaksi vena, seperti spasme vena, yang dapat disebabkan oleh pemberian iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.
  5. Kerusakan Syaraf, Tendon, dan Ligamen: Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi vena dapat terjadi karena cairan dengan pH tinggi.
  6. Reaksi Vasovagal: Klien tiba-tiba kollaps pada vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual, dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal dapat disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.
  7. Edema Paru Akut: Komplikasi yang dapat terjadi pada resusitasi cairan, ditandai dengan penumpukan cairan di paru-paru yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas.
  8. Reaksi Anafilaktik: Komplikasi yang dapat terjadi pada resusitasi cairan, ditandai dengan gejala seperti mual, muntah, dan penurunan tekanan darah.
  9. Embolisme Udara: Komplikasi yang dapat terjadi pada resusitasi cairan, ditandai dengan gejala seperti kesulitan bernafas, nyeri dada, dan penurunan tekanan darah.
  10. Infeksi: Komplikasi yang dapat terjadi pada resusitasi cairan, ditandai dengan gejala seperti demam, nyeri, dan perubahan warna kulit.
  11. Trombosis: Komplikasi yang dapat terjadi pada resusitasi cairan, ditandai dengan gejala seperti nyeri, bengkak, dan perubahan warna kulit.

Itulah penjelasan seputar cairan infus hingga komplikasi yang dapat menyertainya.

Moms sekarang sudah tahu jenis dan fungsi cairan infus, bukan? Jadi, tak perlu bingung lagi, ya!

  • https://nurse.plus/become-a-nurse/4-most-commonly-used-iv-fluids/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5506238/
  • https://pharmaceutical-journal.com/article/ld/intravenous-fluid-therapy-background-and-principles
  • https://www.healthline.com/health/intravenous-fluid-regulation#complications
  • https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/21635-iv-fluids
  • https://standrewsmedicalcenter.com/top-6-benefits-of-iv-hydration-therapy/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.