Cegah Risiko Akibat Polusi Udara, Ini Cara Pemilihan Masker yang Tepat
Beberapa hari belakangan, publik sempat ramai membahas tentang kondisi polusi yang tidak sehat di Jakarta. Mengacu pada aplikasi Air Visual, kondisi udara di Jakarta kerap berada pada index udara yang tidak sehat.
Dalam acara "Menurunnya Kualitas Udara di Kota Besar Perkuat Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Pernapasan untuk Kurangi Risiko Paparan Polutan" 3M, Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P (K), Kepala Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Pernapasan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Persahabatan menjelaskan bahwa polusi udara dibagi menjadi dua: indoor dan outdoor.
Penting untuk mengetahui bahwa kualitas udara bisa bervariasi setiap hari, sehingga jangan terpaku bila kualitas udara tidak pernah berubah. Sumber polusi udara dalam ruangan dan di luar ruangan pun juga berbeda.
Baca Juga: 5 Dampak Polusi Bagi Ibu Hamil, Sangat Berbahaya!
"Sekitar 80 persen sumber polusi luar ruangan dari kendaraan bermotor, emisi industri, dan kegiatan seperti membakar sampah," jelas dr. Agus.
Sementara, banyak masyarakat tidak menyadari atau mengetahui sumber polusi udara dalam ruangan sebenarnya dari kegiatan yang dilakukan sehari-hari.
"Sumber polusi udara dalam ruangan berbeda, polutan pertama yaitu asap rokok, lalu kegiatan seperti memasak, yang menggunakan minyak dan kompor gas, sehingga mengeluarkan asap, dan menjadi polusi dalam ruangan," ujar dr. Agus.
Ia melanjutkan, "Polutan lain di dalam ruangan termasuk mesin elektrik seperti penggunaan printer, atau pemanas ruangan, juga bakteri dan virus karena cenderung lembap, sehingga penggunaan furnitur mesti diperhatikan."
Baca Juga: Viral Jakarta Punya Polusi Udara Buruk, Cegah Dampak Polusi Pada Tubuh dengan 5 Cara Ini
Risiko Kesehatan Jangka Pendek dan Panjang Karena Polusi Udara
Baik polusi udara luar ruangan dan di dalam ruangan sama-sama bisa menimbulkan risiko kesehatan jangka pendek, seperti iritasi.
"Iritasi itu seperti batuk, napas berat, dahak, sakit tenggorokan, bersin-bersin. Itu sudah tanda-tanda udara lingkungannya tidak sehat. Kalau tidak diobati, bisa menjadi risiko lebih berat lagi seperti ISPA," jelas dr. Agus.
Kualitas udara yang tidak baik dan terhirup juga menimbulkan risiko jangka panjang.
"Polutan tersebut bila dihrup setiap hari bisa berisiko asma, penyakit jantung, stroke, dan kanker, karena itu mengandung karsinogen," ungkap dokter Agus.
Karena memunculkan rasa khawatir, publik pun ada yang berinisiatif menggunakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan atau di dalam ruangan.
Namun, apakah hal tersebut memang cukup menghindarkan seseorang dari kontaminasi polusi udara yang tidak sehat?
Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Makin Buruk, Lakukan 5 Cara Ini untuk Memperbaikinya
Jenis Masker yang Tepat untuk Mencegah Risiko Polusi Udara
Moms mungkin belum mengetahui jika ada ragam masker yang tersedia dengan kegunaan dan fungsi masing-masing. Dengan memilih masker yang tepat, kecenderungan menghirup udara kotor pun bisa berkurang.
dr. Agus menjelaskan, secara garis besar, masker terdiri dari dua jenis: simple mask dan respirator mask.
"Simple mask, fungsinya untuk menyaring partikel yang lebih besar 10 mikron. Biasanya dipakai oleh orang-orang yang sedang terkena infeksi (misal: batuk-pilek), agar tidak menyebar ke orang lain," katanya.
dr. Agus menegaskan bahwa penggunaan simple mask hanya sekali pakai, tidak bisa dicuci, dan perlu diganti jika sudah digunakan selama 6-8 jam.
Pemakaian simple mask juga tidak disarankan jika polusi udara sedang dalam kondisi yang buruk.
Bila kualitas udara buruk, ia menyarankan untuk memakai respirator mask, karena memiliki kemampuan filtrasi partikel polutan hingga 95 persen.
"Gunakan masker pelindung yang bisa menyaring polutan dengan efisiensi filtrasi 95 persen. Penting juga menjaga kebugaran tubuh karena risiko ini berhubungan dengan imunitas. Tidur cukup, makan makanan bergizi seperti sayur dan buah yang bersifat antioksidan, agar dapat mengurangi dampak polusi pada tubuh," pungkas dr. Agus.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.