Cephalgia, Istilah Medis untuk Kondisi Sakit atau Nyeri Kepala
Sakit kepala sudah menjadi penyakit umum yang hampir dirasakan oleh setiap orang. Dan salah satunya adalah Cephalgia yang juga menyerang kepala.
Journal of Cardiology Case mencatat, Cephalgia seringkali sulit untuk diidentifikasi waktunya.
Namun ini harus mendapat perhatian sebelum berkembang menjadi lebih parah tanpa perawatan yang tepat.
Baca Juga: Kisah dan Doa Nabi Ayyub Saat Sakit
Jenis dan Penyebab Cephalgia
Cephalgia sebenarnya lebih dikenal sebagai sakit kepala, termasuk semua jenis rasa sakit yang mempengaruhi kepala, wajah, atau leher.
Ini dapat dikategorikan menjadi tipe primer atau sekunder.
Sakit kepala primer, meskipun menyakitkan, biasanya tidak berbahaya dan tidak ada hubungannya dengan penyakit yang mendasari atau kelainan struktural.
Karena otak tidak dapat ‘merasakan’ sensasi fisik, setiap rasa sakit yang terkait dengan sakit kepala primer berasal dari peradangan saraf, pembuluh darah, dan otot di sekitar kepala, wajah, atau leher.
Untuk sakit kepala sekunder biasanya terjadi secara tiba-tiba dan sangat menyakitkan.
Ini sering merupakan akibat dari penyakit atau trauma yang memicu area sensitif nyeri di kepala, leher, atau wajah.
Sakit kepala sekunder kurang umum daripada sakit kepala primer, tetapi kondisi ini cenderung jauh lebih serius dan melibatkan gejala tambahan karena ada penyakit yang mendasarinya.
Cephalgia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tergantung pada apakah seseorang mengalami Cephalgia primer atau sekunder.
1. Cephalgia Primer
Biasanya, Cephalgia primer dapat dikaitkan dengan berbagai faktor risiko, termasuk riwayat keluarga, usia lanjut, dan gangguan pada kepala, leher, atau wajah.
Peningkatan stres, pola makan yang buruk, dehidrasi, konsumsi jenis alkohol tertentu, memiliki gangguan tidur, perubahan hormonal, dan obat-obatan tertentu juga bisa menjadi faktor penyebabnya.
Perubahan cuaca dan paparan cahaya yang terang dan berdenyut adalah faktor lingkungan dapat menyebabkan bahkan memperburuk sakit kepala.
Seseorang mungkin berisiko lebih tinggi untuk jenis tertentu dari Cephalgia primer, tergantung pada usia dan jenis kelamin.
2. Cephalgia Sekunder
Sedangkan Cephalgia sekunder dapat disebabkan oleh tumor otak, infeksi, pendarahan otak, cedera atau trauma pada leher atau otak, atau kondisi medis lainnya.
Cephalgia sekunder juga bisa menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, sleep apnea, keracunan karbon monoksida, kekurangan oksigen (hipoksia), dan penggunaan narkoba atau alkohol.
Cephalgia primer umumnya akut, terjadi tiba-tiba untuk waktu yang relatif singkat. Di antara beberapa jenis cephalgia akut, sakit kepala tegang dan migrain adalah yang paling umum.
Sakit kepala tegang ditandai dengan rasa sakit ringan atau sedang di sekitar seluruh kepala, mirip dengan sensasi pita elastis yang kencang di sekitar kepala.
Ini dapat diobati dengan istirahat, hidrasi, dan obat penghilang rasa sakit tanpa resep, seperti asetaminofen atau ibuprofen.
Sakit kepala migrain disebabkan oleh kepekaan terhadap gerakan, cahaya, atau pemicu lainnya.
Selain rasa sakit, gejala migrain lainnya bisa berupa kelelahan, mual, pusing, gangguan penglihatan, dan lekas marah.
Beristirahat di tempat yang gelap dan tenang, pijat, aplikasi kompres panas atau dingin, dan obat pereda nyeri dapat membantu meringankan migrain.
Gejala Cephalgia
Menurut The American Journal of Medicine, sakit kepala adalah salah satu keluhan yang paling umum ditemui di kedokteran dan neurologi.
Rasa sakitnya dapat terletak di satu bagian kepala atau dapat mempengaruhi seluruh kepala secara umum.
Intensitas rasa sakit biasanya sedang atau berat.
Waktunya juga bervariasi, antara satu dan empat atau lima bulan sekali.
Durasi serangan migrain umumnya tidak melebihi 24 jam, meskipun bisa sangat singkat seperti tiga atau empat jam, atau sangat lama sampai tiga hari.
Jenis nyeri yang dialami oleh orang yang merasakan Cephalgia dapat berupa:
- Nyeri seperti disengat listrik (syok)
- Rasa sakit yang menekan
- Nyeri berdenyut (seperti ketukan)
- Nyeri menusuk (seperti bor)
- Rasa sakit yang eksplosif
Dalam bentuk yang terlihat, gejala berikut dapat dideteksi:
- Kelopak mata lebih tertutup (palpebral oedema)
- Kelopak mata terkulai
- Perbedaan antara pelebaran pupil (anisocoria)
- Mata berair
- Kemerahan pada mata
- Vertigo
- Mual dan muntah
Meski jarang terjadi, sakit kepala juga bisa menjadi tanda penyebab dari penyakit yang lebih serius, seperti:
- Pendarahan di daerah antara otak dan lapisan meningen, arachnoid yang menutupinya (perdarahan subarachnoid)
- Tekanan darah yang sangat tinggi
- Infeksi otak, seperti meningitis atau ensefalitis atau abses
- Tumor otak
- Akumulasi cairan di dalam tengkorak yang menyebabkan pembengkakan otak (hidrosefalus sekunder atau idiopatik, juga dikenal sebagai tumor semu serebral)
- Keracunan karbon monoksida
- Kekurangan oksigen saat tidur (sleep apnea)
- Memblokir atau pecahnya arteri dan vena serebral (stroke).
Baca Juga: 11 Penyebab Lutut Sakit, Cari Tahu Moms!
Cara Mengatasi Cephalgia
Untuk mengatasi Cephalgia, harus diketahui terlebih dahulu jenis sakit kepala yang dialami.
Selain itu, harus ketahui juga pemicunya.
Untuk migrain, sangat penting untuk memulai pengobatan sedekat mungkin dengan timbulnya sakit kepala.
Obat antiinflamasi nonsteroid dengan penyerapan lambung yang cepat atau triptan digunakan.
Untuk sakit kepala tegang, penggunaan teknik relaksasi dapat dipilih, bersama dengan olahraga, ansiolitik, atau parasetamol.
Untuk mengatasi migrain, harus diobati pada saat migrain mulai teersa.
Serangan ringan hingga sedang diobati dengan obat antiinflamasi, dan jika tidak ada respons dapat ditambah dengan triptan.
Serangan sedang hingga berat juga diobati dengan triptan, dan jika tidak ada respons atau tidak cukup, obat antiinflamasi dapat ditambahkan.
Baca Juga: 5 Cara Mudah Mengatasi Sakit Leher
Cara Mencegah Cephalgia
Secara umum, perawatan pencegahan diindikasikan ketika:
- Ada tiga atau lebih serangan migrain dalam sebulan,
- Jika pengobatan simtomatik diambil dua hari atau lebih per minggu,
- Jika serangannya parah tanpa respons yang memadai terhadap pengobatan atau dengan kontra-indikasi atau efek sekundernya,
- Jika serangannya berkepanjangan atau dengan fokus neurologis yang parah
Untuk pencegahan yang efektif, harus berlangsung minimal antara 3 dan 6 bulan, dan dosis optimal harus dicapai sebelum menolaknya.
Ada waktu tunda antara saat dimulai sampai efektif yang dapat bervariasi antara 10 hari dan 4 minggu. Perawatan dianggap efektif ketika frekuensi atau intensitas hari-hari sakit kepala berkurang 50%.
Bagaimana, sudah jelas mengenai Cephalgia? Beristirahat dengan rutin dan pola hidup yang sehat biasanya dapat mengurangi durasinya, Moms.
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1878540915000109
- https://www.osmosis.org/answers/cephalgia
- https://www.amjmed.com/article/S0002-9343(17)30932-4/pdf
- https://www.clinicbarcelona.org/en/assistance/diseases/cephalalgia/symptoms
- https://www.clinicbarcelona.org/en/assistance/diseases/cephalalgia/treatment
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.