5 China Town Unik dan Paling Terkenal di Indonesia, Sudah Tahu?
Tahun baru China atau Imlek tentunya tak hanya dinantikan oleh para warga Tionghoa saja.
Moms juga mungkin menjadi salah satu yang menantikan datangnya hari besar ini lantaran banyak yang bisa dinikmati, mulai dari dekorasi yang cantik sampai makanan yang lezat.
Salah satu tempat terbaik untuk merasakan nuansa Imlek yang kental adalah China Town alias Pecinan.
Penasaran di mana saja lokasi China Town di Indonesia? Yuk kita tengok, Moms.
Baca Juga: 4 Ragam Resep Mie Goreng Jawa Nikmat, Yuk Coba Bikin!
Inilah beberapa lokasi China Town di Indonesia yang dapat Moms masukkan ke wishlist liburan nanti!
1. China Town Bandung
Foto: traveloka.com
Kota yang dikenal dengan julukan Kota Kembang ini juga memiliki kawasan China Town lho, Moms.
Bandung memiliki kawasan China Town yang ramai dengan nuansa Pecinan, yang terletak di di Jalan Klenteng, Bandung.
Bentuk bangunannya yang sangat khas dilengkapi dengan dekorasinya yang serba merah, berhasil memberikan nuansa Pecinan yang sangat kental di kawasan ini.
Menariknya lagi, di lokasi ini menggabungkan budaya khas Tiongkok serta Sunda.
Tampaknya memang lokasi ini ditujukan untuk mengangkat keragaman budaya.
Tempat ini dulunya adalah lahan bangunan yang dikenal sebagai Gedung Permaba (Perhimpunan Masyarakat Bandung).
Namun setelah lama tidak digunakan, disulaplah menjadi kawasan wisata yang menggambarkan suasana Pecinan yang menarik.
Konsepnya memang semi outdoor, jadi bagian tengahnya dibuat terbuka, lalu di sekitarnya ada banyak toko souvenir yang bisa dikunjungi.
Dekorasinya sudah jangan ditanya lagi, kental akan nuansa merah dan kuning!
Bahkan demi menambah unsur Pecinannya, ada sebuah museum yang menceritakan tentang sejarah bangsa Tionghoa di Bandung.
2. China Town Semarang
Foto: exploresemarang.com
Jangan salah Moms, di Semarang juga ada China Town, lho.
Bagi Moms yang berada di Semarang, mungkin sudah tak asing lagi dengan kawasan Pecinan Semarang.
Awal mula terbentuknya China Town Semarang tak terlepas dari Geger Pecinan di Batavia (Jakarta tempo dulu) pada 1740.
Kala itu warga Tionghoa memberontak pada penguasa Belanda.
Buntut dari tragedi tersebut, banyak penduduk keturunan Tionghoa melarikan diri ke sepanjang pantai utara Jawa hingga akhirnya sampai di Semarang.
Meskipun sempat menempati daerah Simongan dekat Klenteng Sam Poo Kong, mereka kemudian dipindah ke Kali Semarang hingga akhirnya dikenal sebagai kawasan Pecinan sampai sekarang.
Jika Moms pernah ke kawasan Pecinan ini, pasti tahu bahwa ada banyak klenteng di kawasan ini.
Bila diurutkan, ada sekitar 8 klenteng yang bisa kita temui.
Mulai dari Tay Kak Sie, Tong Pek Bio, Ling Hok Bio, Tek Hay Bio, Hwie Wie Kiong, Sie Hoo Kiong, Sioe Hok Bio, dan Hoo Hok Bio.
Tak heran kalau akhirnya kawasan ini disebut dengan Wisata 1001 Klenteng.
Baca Juga: Yuk Moms Ajarkan Anak 4 Cara Mengelola Uang Angpao Imlek
3. China Town Jakarta
Foto: airyrooms.com
Di ibukota Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya, ternyata ada banyak tersimpan sejarah Tionghoa yang menarik untuk kita telusuri.
Salah satunya adalah kawasan China Town di Glodok yang sangat kental dengan budaya Tionghoa.
Penamaan kawasan Glodok sendiri juga memiliki cerita unik dibaliknya.
Jadi, dulu di depan Balai Kota atau sekarang Museum Fatahillah, setiap sore masyarakat mengambil air bersih dari pancuran yang ada di depannya.
Namun sumber mata air pancuran tersebut berada cukup jauh, sekitar tiga kilometer dari pancuran dan dialirkan menggunakan pipa.
Sumber mata air ini sendiri berasal dari semacam kincir kayu yang terus berputar dan saat berputar mengeluarkan suara 'glodok, glodok'.
Jadi, sejak itu orang mulai memanggil tempat sumber mata air itu Glodok.
Kawasan Glodok sendiri dulunya dulunya merupakan bekas tempat isolasi kaum Tionghoa.
Pada abad 17, Verenigde Oost Indie Compagnie (VOC) menempatkan mereka dalam satu wilayah yang kini dikenal sebagai Pecinan, yaitu wilayah di sekitar kawasan Wihara Dharma Bhakti.
Glodok dan Pancoran sejak dahulu memang menjadi urat nadi perekonomian Jakarta, bahkan hingga saat ini, banyak pedagang grosir besar hingga eceran di kawasan Glodok.
Masyarakat yang menghuni kawasan ini pun adalah keturunan pemukim Tionghoa yang tinggal selepas Perang China (1740-1743) di Jawa.
4. China Town Yogyakarta
Foto: tribunnews.com/Bramasto Adhy
Kota Yogyakarta yang begitu populer dengan nuansa Jawa ini juga memiliki sebuah kawasan pecinan yang disebut dengan Kampoeng Ketandan.
Terletak di area Malioboro, lokasi ini memiliki nilai sejarah yang ternyata sangat tinggi.
Nama Ketandan sendiri berasal dari kata "tondo" atau julukan untuk petugas pajak waktu itu.
Dahulu, area Ketandan merupakan tempat pemukiman para pejabat pajak tersebut.
Lalu, di tahun 1990-an, Kampung Ketandan mulai berkembang menjadi area perdagangan.
Saat itu, warga di Ketandan mayoritas berdagang bahan-bahan pokok serta jamu.
Lantas, sekitar tahun 1950-an, masyarakat Tionghoa di sana pun beralih menjual emas karena melihat perkembangan pasar.
Hingga kini pun, deretan toko emas masih bisa ditemukan menghiasi sisi kanan dan kiri jalanan di Ketandan.
Jadi jangan heran jika di sini banyak bertebaran toko emas ya, Moms.
Baca Juga: 4 Budaya Jakarta yang Wajib Diperkenalkan ke Anak
5. China Town Bogor
Foto: aroengbinang.com
Kawasan China Town di Bogor terletak di Jalan Suryakencana yang tak jauh dari Kebun Raya Bogor.
Kawasan ini sering menjadi objek wisata warga Bogor juga.
Jalan Suryakencana terletak tegak lurus dengan Kebun Raya Bogor, bersimpangan dengan Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Ir H Juanda.
Dulunya fungsi jalan ini meneruskan perjalanan panjang Handlestraat yang artinya Jalan Perniagaan. Jadi sebagai jalur satu-satunya menuju kawasan puncak dan menjadi urat nadi perekonomian Kota Bogor.
Kemudian pada tahun 1905 Pemerintah Kota Bogor mengubah nama jalan ini menjadi Jalan Handelstraat, pada zaman kemerdekaan diubah menjadi Jalan Perniagaan.
Kemudian, Jalan Suryakencana diresmikan pemerintah Bogor pada tahun 1970-an.
Pada tahun 1853, Gubernur Jendral JC Baud mengatur zona atau wilayah permukiman yang dinamakan Wijkenstelsel berdasarkan kelompok etnis tertentu.
Tujuannya untuk memudahkan pemerintah kolonial mengontrol masyarakat agar tidak bercampur dengan masyarakat lain.
Kebijakan ini melarang etnis Tionghoa tinggal di tengah kota.
Masyarakat Tionghoa di kawasan ini terbagi dalam kelas sosial dan berbagai aktivitas ada di Suryakencana sejak dulu.
Jadi jika tidak heran jika di sini masih ada rumah-rumah penduduk asli Tionghoa juga.
Nah, sekarang Moms sudah tahu bukan di mana saja kawasan China Town di Indonesia dan sejarah singkatnya? Kawasan-kawasan China Town unik ini bisa Moms masukkan wishlist jalan-jalan nanti.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.