Mengenal Enosimania, Ketakutan Berlebih Menerima Kritik
Pernahkah Moms mendengar istilah enosimania?
Setiap manusia memiliki emosi. Emosi tersebut kadang berganti dan hal tersebut yang membuat manusia merasa hidup.
Lalu, bagaimana dengan para pemilik kondisi Enisomania?
Dilansir dari sebuah jurnal yang berjudul The Evolution of Shame and Guilt, emosi moral sangatlah berpengaruh pada cara kita untuk menentukan sebuah keputusan bahkan ketika kita berada dalam sebuah proses pembuatan keputusan.
Moral emotion atau emosi moral sendiri ternyata berbeda dengan emosi dasar yang umumnya kita rasakan seperti kebahagiaan, sedih, atau ketika membutuhkan pemahaman dari orang lain.
Baca Juga: Mengenal Thalassophobia, Ketakutan Terhadap Laut yang Tidak Wajar
Ketika kita membutuhkan pemahaman emosi dari orang lain, hal tersebut disebut dengan emosi sosial.
Namun orang-orang dengan enosimania adalah mereka yang memiliki masalah dari sisi emosi moralnya.
Emosi moral dan emosi sosial perlu berjalan beriringan karena memiliki fungsi dasar nurani yang bisa memengaruhi manusia dalam memutuskan sesuatu dan menjalani hidupnya.
Lalu sebenarnya apa sih enosimania itu? Dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari? Yuk ketahui lebih dalam di sini!
Baca Juga: Mengenal Tanda-Tanda, Penyebab, dan Cara Mengatasi Anxiety Attack
Pengertian Enosimania
Sebelum membahas enosimania lebih dalam, tentunya kita perlu mengetahui pengertian enosimania itu sendiri.
Menurut dr. Ashwin Kandouw, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di RS Pondok Indah di Pondok Indah dan Bintaro Jaya, enosimania adalah kondisi di mana seseorang mempunyai pemikiran yang terus-menerus bahwa dirinya melakukan kesalahan besar, dan oleh karenanya juga sering kali merasa takut mendapat kritikan dari orang lain.
Dilansir dari Very Well Mind, ada beberapa tipe perasaan bersalah yang bisa berkontribusi pada enosimania. Beberapa di antaranya adalah:
Baca Juga: 4 Hal Penting untuk Bertahan Menghadapi Depresi Pascapersalinan
1. Perasaan Bersalah yang Alami
Jika Moms benar-benar melakukan sebuah kesalahan dan merasa bersalah mengenai hal apa yang sudah dilakukan, merasa bersalah adalah sebuah respon yang normal.
Tipe rasa bersalah ini bisa menjadi motivasi untuk mengambil tindakan atau membuat perubahan di masa depan dan membuat kualitas hidup menjadi lebih baik lagi.
Karena dari perasaan ini, Moms bisa memperbaiki diri serta memperbaiki keadaan.
Biasanya, tindakan yang dilakukan ketika merasa bersalah adalah dengan meminta maaf pada orang yang Moms rasa telah rugikan atas perilaku Moms.
Namun ketika rasa bersalah terus menerus hadir karena Moms merasa malu dan tidak berani untuk meminta maaf, hal tersebut bisa menyebabkan perasaan bersalah yang terus menerus mengganggu.
Baca Juga: 5 Cara Mengajarkan Anak Bersyukur, Yuk Coba Lakukan!
2. Rasa Bersalah Maladaptif
Kebalikan dari adaptif, maladaptif sendiri adalah sebuah kondisi yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku atau keadaan yang ada.
Terkadang banyak orang yang merasa bersalah mengenai berbagai hal yang bukan dari kuasa mereka.
Contohnya, mereka merasa bersalah karena tidak melakukan sesuatu untuk mencegah sebuah momen yang membahayakan.
Padahal, mereka sama sekali tidak punya kemampuan untuk memprediksi bahaya tersebut.
Misalnya, ada orang yang merasa bersalah karena seorang teman yang tertabrak mobil karena ia merasa bisa mencegah kecelakaan tersebut dengan pergi bersama dengan temannya.
Meskipun mereka benar-benar tidak bisa melakukan apapun, namun orang-orang tersebut masih memiliki perasaan bersalah yang sangat kuat.
Baca Juga: Langkah Meringankan Kesedihan Setelah Keguguran Seiring Waktu
3. Selalu Berpikir Buruk
Semua orang memiliki perasaan negatif atau hal-hal yang membuat mereka takut dari waktu ke waktu. Namun, sebagian orang ternyata bisa saja memikirkan hal negatif secara terus menerus.
Nah, meskipun orang yang memikirkan hal negatif terus menerus ini tak menyuarakan pikirannya, namun sebagian dari mereka tetap merasa ketakutan jika ada orang lain yang bisa membaca pikiran buruk yang ada di kepala mereka.
4. Rasa Bersalah Eksistensial
Rasa bersalah ini bisa sangat rumit. Biasanya rasa bersalah ini hadir karena ketidakadilan atau rasa bersalah karena tidak bisa menjalani kehidupan sesuai norma yang berlaku.
Salah satu contoh dari rasa bersalah eskistensial adalah merasa bersalah karena sudah sukses.
Biasanya, perasaan bersalah ini muncul ketika seseorang sudah sukses namun ia melihat orang-orang di sekitanya yang belum mengalami kesuksesan yang sama.
Hal ini juga bisa muncul ketika seseorang selamat dari sebuah bencana namun keluarga yang ia punya tidak bernasib sama.
Nah, itu tadi Moms beberapa jenis rasa bersalah yang bisa menjadi bibit dari enosimania jika dibiarkan berlarut.
Lalu, apa yang bisa jadi penyebabnya?
Baca Juga: Generalized Anxiety Disorder, Penyakit yang Diderita Okin Suami Rachel Vennya
Penyebab Enosimania
Setelah kita mengetahui apa itu enosimania, sekarang mari bahas apa yang bisa menjadi penyebab dari kondisi kejiwaan ini.
Mengenai penyebab enosimania, dr. Ashwin menjelaskan bahwa sayangnya penyebab seseorang mengalami enosimania sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti
Meskipun demikian, penyebab dari kondisi kejiwaan ini diduga berkaitan dengan tingkat kecemasan tinggi dari penderita yang terkait dengan pola asuh sejak kecil.
Seseorang yang pencemas sering merasa takut untuk mengambil keputusan karena khawatir keputusannya salah.
Apabila ada kecemasan seperti ini ditambah dengan pola asuh yang penuh tekanan, dan penderita sering disalahkan atas perbuatan atau keputusannya, maka hal ini semakin membuat penderita takut berbuat salah dan merasa akan disalahkan atas perbuatannya.
Nah, ketika penyebab enosimania belum bisa diketahui secara pasti, namun apa saja sih ciri-ciri enosimania? Ini dia!
Baca Juga: 3 Cara Mengobati Kesedihan Mendalam Setelah Suami Meninggal Dunia
Ciri-ciri Kondisi Enosimania
Ciri-ciri seseorang mengidap kondisi kejiwaan enosimania ternyata bisa diketahui, Moms.
Hal ini pun dijelaskan oleh dr. Ashwin yakni ciri-ciri seseorang yang menderita enosimania adalah mirip dengan tanda dan gejala cemas pada umumnya, seperti rasa cemas yang berlebihan, berdebar, sesak napas, banyak berkeringat, otot yang tegang dan kaku, serta bisa muncul sakit kepala.
Perlu diperhatikan bahwa gejala-gejala ini semakin terasa apabila penderita merasakan pemikiran bahwa ia telah berbuat kesalahan atau akan dikritik atas kesalahan tersebut.
Dampak yang mungkin muncul akibat kecemasan ini adalah gangguan tidur, banyak keluhan fisik, kesulitan fokus, dan keengganan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Segera konsultasikan dengan dokter spesialis kedokteran jiwa apabila mengalami gejala-gejala ini.
Baca Juga: 7 Cara Membesarkan Anak dengan Gangguan Kecemasan
Cara Penanganan Enosimania
Sebuah kondisi kesehatan jika sudah mengganggu kualitas hidup seseorang tentu saja butuh penanganan yang tepat, Moms.
Tidak perlu khawatir, jika Moms merasa memiliki ciri-ciri seperti yang sudah disebutkan, jangan panik terlebih dahulu.
Daripada Moms melakukan diagnosa sendiri, sebaiknya menyerahkannya di ahli yang tepat.
Sama seperti mendiagnosanya, cara penanganan enosimania pun memerlukan tangan ahli.
Meski dianggap bukan sebagai sebuah situasi yang kronis, enosimania masih diperlukan.
Cara penanganannya adalah dengan melakukan konsultasi dengan tenaga medis profesional.
Salah satu jenis cara untuk menyembuhkan diri dari kondisi ini adalah dengan melakukan psikoterapi.
Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan CBT atau cognitive behavioral therapy.
Dalam terapi tersebut, seseorang bisa melakukan eksplorasi terkait dengan perasaan, pikiran, serta perilaku dirinya dengan tenaga medis profesional.
Nah itu dia Moms penjelasan mendalam mengenai enosimania. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, ya!
- https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0199448
- https://www.verywellmind.com/guilt-complex-definition-symptoms-traits-causes-treatment-5115946#:~:text=A%20guilt%20complex%20refers%20to,feelings%20of%20shame%20and%20anxiety.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.