7 Faktor Risiko Rakitis pada Bayi, Wajib Tahu!
Vitamin D adalah nutrisi yang penting untuk perkembangan tulang yang kuat dan sehat Si Kecil. Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dan fosfat dari usus.
Kita bisa mendapatkan vitamin D dari berbagai produk makanan, termasuk susu, telur, dan ikan. Tubuh juga juga menghasilkan vitamin D ketika terkena sinar matahari.
Nah, jika Si Kecil mengalami defisiensi vitamin D, maka ia berpotensi terkena penyakit rakitis. Rakitis ini merupakan gangguan kerangka di mana penderita biasanya memilik tulang yang lemah atau lunak, pertumbuhan terhambat dan dalam kasus yang parah, terjadi kelainan bentuk tulang.
Kekurangan vitamin D membuat tubuh menjadi sulit mempertahankan kadar kalsium dan fosfat yang cukup. Ketika ini terjadi, tubuh memproduksi hormon yang menyebabkan kalsium dan fosfat dilepaskan dari tulang. Saat tulang mengalami kekurangan mineral ini, maka menjadi lemah dan lunak.
Rakitis paling umum terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6-36 bulan. Anak-anak berada pada risiko paling tinggi dari rakitis karena mereka masih tumbuh.
Baca Juga: Begini Cara Mengatasi Rakitis pada Bayi, Catat ya!
Faktor Risiko Rakitis pada Bayi
Selain itu, anak-anak kemungkinan tidak mendapatkan cukup vitamin D jika mereka tinggal di daerah dengan sedikit sinar matahari, mengikuti diet vegetarian, atau tidak minum produk susu. Dalam beberapa kasus, kondisinya turun-temurun.
Ada beberapa faktor risiko rakitis pada bayi yang perlu Moms perhatikan. Yuk simak ulasannya di bawah ini!
1. Bayi Berusia 6 sampai 36 bulan
Foto: healthline.com
Faktor risiko rakitis pada bayi yang pertama adalah usia. Rakitis paling umum terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 dan 36 bulan.
Selama periode ini, anak-anak biasanya mengalami pertumbuhan yang cepat. Inilah saatnya tubuh mereka membutuhkan kalsium dan fosfat paling banyak untuk memperkuat dan mengembangkan tulang mereka.
2. Tidak Cukup Mengonsumsi Susu
Foto: dailyhunt.com
Faktor risiko rakitis pada bayi selanjutnya adalah bayi yang tidak cukup mengonsumsi susu. Si Kecil memiliki risiko lebih tinggi terkena rakitis jika tidak mengonsumsi susu maupun produk susu. Selain itu, risiko rakitis menjadi lebih tinggi, jika si kecil mengalami kesulitan mencerna susu atau alergi terhadap gula susu atau laktosa.
Menurut American Academy of Family Physicians, bayi yang hanya diberi ASI juga bisa kekurangan vitamin D. Karena ASI ternyata tidak mengandung cukup vitamin D untuk mencegah rakitis. Nah, suplemen vitamin D dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Tapi tentu saja harus dengan konsultasi dokter ya Moms.
3. Bayi dengan Warna Kulit Gelap
Foto: sciencenews.com
Faktor risiko rakitis pada bayi yang berikutnya adalah warna kulit yang cenderung gelap. Anak-anak keturunan Afrika, Kepulauan Pasifik, dan Timur Tengah berada pada risiko tertinggi terkena rakitis, karena mereka memiliki kulit gelap.
Kulit gelap tidak bereaksi sekuat sinar matahari seperti halnya kulit yang lebih terang, sehingga menghasilkan lebih sedikit vitamin D.
4. Tinggal di Wilayah Minim Sinar Matahari
Foto: aliexpress.com
Faktor risiko rakitis pada bayi selanjutnya adalah tinggal di wilayah minim sinar matahari. Tubuh kita menghasilkan lebih banyak vitamin D ketika terpapar sinar matahari. Karena itu, jika kita tinggal di daerah dengan sedikit sinar matahari, maka lebih berisiko terkena rakitis.
Selain itu, jika Si Kecil sering berada di dalam ruangan selama siang hari juga berpotensi terhadap penyakit ini.
Baca Juga: 7 Gejala Rakitis pada Bayi, Jangan Dianggap Sepele!
5. Bayi Lahir Prematur
Foto: motherandbaby.co.uk
Faktor risiko rakitis pada bayi selanjutnya adalah bayi lahir prematur. Bayi yang lahir prematur juga berisiko mengembangkan rakitis. Karena bayi prematur membangun simpanan vitamin D saat mereka masih dalam kandungan.
Bayi yang disusui secara eksklusif, terutama selama lebih dari 6 bulan, juga berisiko kekurangan vitamin D.
6. Genetik
Foto: navicenthealth.org
Faktor risiko rakitis pada bayi lainnya adalah adanya genetik. Karena satu bentuk rakitis dapat diwariskan. Ini berarti bahwa gangguan tersebut diturunkan melalui gen dalam keluarga. Jenis rakitis ini disebut ricket herediter.
7. Cacat Genetik
Foto: parenting.firstcry.com
Faktor risiko rakitis pada bayi yang terakhir adalah cacat genetik. Bentuk rakitis yang langka juga dapat terjadi pada beberapa kelainan bawaan atau genetik.
Misalnya, rakitis hipofosfatemia, yakni kelainan genetik di mana ginjal dan tulang berhadapan secara tidak normal dengan fosfat. Kadang-kadang, rakitis juga berkembang pada bayi dengan bentuk ginjal, hati, dan kondisi usus yang langka. Ini dapat mempengaruhi penyerapan vitamin dan mineral.
Baca Juga: Mengenal Craniosynostosis, Kelainan Tulang Tengkorak Pada Bayi
Itulah beberapa faktor risiko rakitis pada bayi yang perlu Moms ketahui. Jika Si Kecil punya salah satu faktor risikonya, segera konsultasikan ke dokter anak ya.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.