Kenali Fertilisasi dan Edukasi Seks untuk Anak sejak Dini
Apa kata fertilisasi terdengar familiar untuk Moms?
Dilansir dari Biologi Model Reproduksi, fertilisasi adalah pembuahan ovum oleh sperma yang pada umumnya terjadi di tuba fallopi.
Fertilisasi harus terjadi 24 jam setelah terjadinya ovulasi.
Sebab, waktu tersebut yang sangat tepat dan pas bagi ovum untuk dibuahi.
Proses Fertilisasi
Foto: freepik.com
Saat laki-laki berejakulasi, berjuta-juta sperma memasuki saluran vagina wanita.
Coitus dilakukan pada waktu yang sama dengan ovulasi.
Selama 72 jam, kualitas sperma dapat bertahan dan berjalan menuju ovum.
Namun, pada akhirnya hanya akan ada satu yang berhasil membuahi ovum.
Pada kondisi ini, sperma membengkak cepat untuk membentuk pronukleus atau sel kelamin jantan.
Baca Juga: Tanda dan Firasat Hamil Anak Laki-laki, Apakah Moms Merasakannya?
Lalu, 23 kromosom jantan dan betina bersekutu membentuk unsur 46 kromosom dalam ovum yang telah mengalami fertilisasi.
Dari proses inilah jenis kelamin anak dapat ditentukan, apakah mengandung kromosom X atau kromosom Y.
Apabila kromosom yang mendominasi ialah X, maka kemungkinan calon bayi akan berjenis kelamin perempuan.
Sedangkan untuk kromosom Y menggambarkan laki-laki.
Baca Juga: Kehamilan Serotinus, Kondisi Kehamilan Lebih dari 42 Minggu
Pentingnya Seks Edukasi
Foto: Orami Photo Stock
Seberapa sering kita yang orang dewasa ini terkecoh atau termakan hoax akan perilaku seksual?
Karena masih dianggap tabunya di Indonesia, proses fertilisasi yang sederhana saja belum tentu diketahui semua orang.
Padahal, seks edukasi itu penting agar tidak terjadi penyakit atau kehamilan yang tidak direncanakan.
Bukan hanya untuk orang dewasa, anak-anak sebaiknya diajarkan sejak dini batasan dan bahaya dari seks yang tidak aman, termasuk proses fertilisasi.
Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, Ini 5 Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Remaja
Karena informasi yang ditutup-tutupi atau dijelaskan secara gamblang menciptakan kesalahpahaman yang bisa berbahaya bagi anak.
Misalnya, terjadinya risiko pelecehan seksual yang melibatkan anak.
Namun, mengajarkan seks edukasi kepada anak adalah pilihan setiap orang tua.
Tentunya sebagai orang tua, akan selalu ada pertimbangan tersendiri dalam mendidik anak-anaknya, termasuk dalam memberikan pemahaman seputar seks edukasi.
Baca Juga: 5 Pilihan Game Edukasi untuk Balita
Cara Memberikan Seks Edukasi pada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Memberikan pendidikan seksual sejak dini sangat penting.
Di era digital saat ini, informasi apapun termasuk seks dapat diakses di mana saja.
Kondisi yang serba bebas akses juga yang membuat anak mudah mengakses informasi menyesatkan seputar seks.
Anak juga jadi rentan mengalami pelecehan seksual apabila tidak dibekali dengan pengetahuan yang sesuai dengan usia mereka.
Tak dapat dipungkiri, kalau memberikan seks pada anak bukan perkara mudah.
Kikuk, bingung bahkan terkesan risih juga dirasakan oleh banyak orang tua.
Namun jangan khawatir, hal tersebut bisa disiasati dengan pemilihan batasan pengetahuan sesuai usia anak.
Agar lebih mudahnya, Moms bisa mengikuti cara berikut:
1. Sesuaikan Dengan Umur Mereka
Foto: Orami Photo Stock
Memberikan edukasi dini memang baik, tapi kembali lagi untuk melihat pendekatan yang efektif sesuai dengan umur mereka.
Anak Usia 2-5 tahun:
- Ajarkan bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh sembarangan.
- Jelaskan untuk berani berbicara dan terbuka pada orang tua apabila ada orang menyentuh mereka di bagian tubuh tertentu.
Anak Usia 5-8 tahun:
- Jelaskan fungsi reproduksi secara sederhana dan setangkap mereka.
- Jelaskan secara sederhana mengenai hubungan seks dan fertilisasi dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami.
Anak Usia 9-12 tahun:
- Mulai jelaskan mengenai pubertas.
Remaja Usia 13-18 tahun:
- Menjadi lebih akrab, terbuka, dan terlibat aktif pada kegiatan anak.
- Menjadi pendengar yang baik untuk anak.
Baca Juga: Cara Mudah Kenalkan Pendidikan Seks untuk Anak Sejak 1 Tahun
2. Membangun Kepercayaan Antara Orang Tua dan Anak
Edukasi seks kepada anak secara terbuka akan memberikan kesempatan untuk memahami sudut pandang anak.
Anak tidak akan mencari sumber sendiri yang menuju kepada di mana ia mempunyai ide untuk melihat video dewasa.
3. Membuat Anak Mengerti Akan Konsekuensi
Foto: Orami Photo Stock
Perihal seks dan mendiskusikannya pada anak membuat anak menyadari bahwa ia harus melindungi dan menghargai tubuhnya sendiri.
Ada baiknya seluruh perlakuan terhadap tubuhnya harus mendapatkan persetujuan dari diri dan tidak boleh dipaksakan oleh siapa pun.
Itulah pemahaman dan proses fertilisasi termasuk bagaimana menyampaikan hal ini kepada anak sebagai bagian dari seks edukasi.
Sebab, bagaimana pun sudah jadi tugas orang tua untuk melindungi anak.
Jangan sampai anak menjadi korban dari pelaku yang tidak bertanggung jawab karena kurangnya pemahaman tentang seks edukasi.
Sumber
- https://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/e-bookbioteknologipdsistemreproduksi.pdf
- https://raisingchildren.net.au/school-age/development/sexual-development/sex-education-children
- https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=716&language=English
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.