3 Gangguan Modulasi Sensori dan Dampaknya, Moms Harus Tahu!
Sejak di dalam kandungan, sistem saraf manusia sudah berkembang dan terus mengalami perkembangan hingga dewasa. Sistem saraf erat kaitannya dengan pemrosesan informasi dan suatu informasi tidak bisa terproses dengan baik jika terjadi gangguan.
Ibaratnya seperti kita mendengarkan radio, jika sinyal mengalami gangguan maka suara radio yang terdengar bisa tidak mulus atau bahkan tidak terdengar sama sekali.
Agar manusia bisa memproses informasi dengan baik, maka sistem indera manusia yang terdiri dari tujuh indera yakni taktil (indera peraba), proprioseptif, vestibular, pendengaran, penglihatan, penciuman dan perasa, harus bekerja dengan amat baik atau disebut dengan sensori integrasi.
Baca Juga: Mengenal Gangguan Sensorik pada Balita dan Pengaruhnya dalam Aktivitas Sehari-hari
Jika salah satu indera mengalami gangguan maka sebuah informasi tidak bisa terproses dengan baik.
Menurut penelitian yang silakukan Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Dr. Cipto Mangunkusumo, gangguan pemrosesan informasi terbagi menjadi tiga tipe yakni Sensory Modulation Disorder (SMD), Sensory-based motor disorder (SBMD), dan Sensory discrimination disorder (SDD).
Adanya gangguan pemrosesan informasi bisa berakibat pada terganggunya perkembangan anak, salah satunya adalah keterlambatan berbicara atau speech delay.
Kaitan speech delay dengan adanya gangguan pemrosesan informasi adalah ketika anak mengalami salah satu tipe gangguan pemrosesan informasi, ciri utama pada anak adalah anak tidak bisa fokus pada satu hal, sehingga ketika anak tidak bisa fokus maka pemrosesan informasi tidak bisa bekerja secara maksimal.
Gangguan Modulasi Sensori (SMD) pada Anak
Foto: Orami Photo Stock
Anak yang memiliki gangguan modulasi sensori (SMD), ia kesulitan dalam mengolah informasi menjadi perilaku respon yang tepat terhadap intensitas informasi sensori yang masuk. Gangguan modulasi sensori ada 3 macam, apa saja? Berikut ulasannya.
Baca Juga: Gangguan Perkembangan Balita 1-5 Tahun, Moms Harus Waspada ya!
1. Hipersensitif
Anak yang mengalami hipersensitif akan bereaksi berlebihan terhadap pengalaman sensori yang kebanyakan anak lain bereaksi biasa saja.
Misalnya hipersensitif terhadap sentuhan, ketika ada sehelai rambut menempel di tangan, ia bisa berteriak dan merasakan tidak nyaman secara berlebihan.
2. Hiposensitif
Anak yang mengalami hiposensitif, ia kurang merespon atau bahkan tidak memperhatikan rangsangan sensori dari lingukungan sama sekali. Akibatnya anak cenderung menjadi apatis dan tidak memiliki dorongan untuk eksplorasi.
3. Sensation Seeking
Anak dengan sensation seeking seringkali merasa tidak puas dengan rangsangan sensori yang ada. Ia akan cenderung mencari aktivitas yang menimbulkan sensasi lebih, seperti berputar-putar hingga pusing, tapi justru ia menyukai sensasi pusing tersebut.
Seorang anak bisa mengalami lebih dari salah satu gangguan modulasi sensori sekaligus, misalnya seorang anak takut dengan suara vaccum cleaner (hipersensitif), tapi ia suka dikelitiki dan juga sangat suka berputar-putar (sensation seeking).
Gangguan modulasi sensori pada anak ini terkadang cukup membuat orang tua resah karena tidak sedikit anak yang mengalami masalah ini cenderung hiperaktif, mudah tantrum dan sukar untuk dikendalikan.
Apalagi jika anak yang mengalami keterlambatan bicara tentu akan kesulitan dalam mengekspresikan apa yang dirasakannya sehingga yang bisa dengan mudah ia lakukan adalah mengamuk.
Baca Juga: Cara Mengatasi Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK) pada Anak, Yuk Coba!
Tanda-tanda Anak Mengalami Gangguan Sensori
Foto: Orami Photo Stock
Ada beberapa tanda anak mengalami gangguan sensori yang perlu Moms ketahui. Berikut daftarnya.
- Terlalu peka atau kurang peka terhadap sentuhan, suara, cahaya, rasa, bau serta pergerakan
- Kesulitan regulasi perilaku dan emosi: tantrum, impulsif, tidak sabar, mudah frustrasi
- Sangat aktif atau sangat minim bergerak
- Sukar fokus
- Cenderung memiliki energi yang berlebih
- Memiliki keterampilan motorik yang kurang baik
Nah, itulah jenis-jenis gangguan sensori dan gejalanya. Jika Moms melihat gejala tersebut pada Si Kecil, segera konsultasikan dengan dokter anak tumbuh kembang ya.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.