8 Gejala Usus Buntu pada Anak, Termasuk Sulit Buang Angin!
Usus buntu atau apendisitis merupakan kondisi pembengkakan yang menyakitkan dan infeksi pada usus buntu. Waspada jika ini menyerang anak, sehingga Moms perlu tahu gejala usus buntu pada anak.
Apabila tidak dirawat sesegera mungkin, usus buntu bisa pecah atau bocor.
Akibatnya pun bisa fatal. Karena itu, penting bagi Moms untuk mengetahui gejala usus buntu pada anak.
Dilansir dari WebMD, radang usus buntu terjadi ketika usus buntu tersumbat, seringkali oleh tinja, benda asing, atau kanker.
Penyumbatan juga bisa terjadi karena infeksi, di mana usus buntu membengkak sebagai respons terhadap infeksi di dalam tubuh.
Dr. William O'Brien, MD mengatakan, setiap orang punya risiko rendah, sekitar 7%, untuk memiliki penyakit usus buntu selama hidup mereka.
Namun, usus buntu paling umum terjadi pada anak-anak, rentang usia 10–19 tahun.
"Faktanya, usus buntu merupakan alasan paling umum untuk melakukan operasi darurat pada anak-anak," ujar dr. O'Brien.
Setelah tersumbat, usus buntu akan meradang dan membengkak, sebab bakteri mulai menyebar dengan cepat.
Saat pembengkakan bertambah parah, suplai darah ke apendiks akan terhenti, sedangkan semua organ dalam tubuh butuh asupan darah yang cukup bila ingin tetap sehat.
Saat aliran darah berkurang ke apendiks inilah, radang usus buntu terjadi.
Baca Juga: 14 Cara Mencegah dan Menghilangkan Stretch Mark pada Ibu Hamil, Sudah Tahu, Moms?
Gejala Usus Buntu pada Anak
Berdasarkan studi di Italian Journal of Pediatrics, secara keseluruhan, 1–8% dari anak-anak yang mengalami sakit perut memiliki usus buntu akut.
“Orang tua harus lihat bagaimana tingkat rasa sakit anak. Jika anak mengeluh sakit perut, namun masih bermain, tertawa dan makan, kemungkinan itu bukan masalah serius,” kata William J. Cochran, dokter anak di Pennsylvania.
Radang usus buntu tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tapi bisa juga terjadi pada anak-anak.
Gejala pada tiap anak bisa bervariasi, tetapi tetap perhatikan dan waspadai beberapa gejala usus buntu pada anak di bawah ini, Moms.
1. Nyeri di Perut
Rasa nyeri di perut jadi gejala usus buntu pada anak yang paling umum.
Dilansir dari St. Louis Children's Hospital, rasa sakit mungkin mulai di area sekitar pusar, pindah ke sisi kanan bawah pusar atau sebaliknya.
Seringkali, rasa sakit ini jadi lebih buruk seiring berjalannya waktu.
Nyeri akan lebih terasa apabila anak bergerak, menarik napas dalam-dalam, disentuh, mengejan, atau batuk dan bersin.
Apabila usus buntu sudah pecah, rasa nyeri bisa terjadi di seluruh perut.
2. Kehilangan Nafsu Makan
Kehilangan nafsu makan jadi salah satu gejala usus buntu pada anak yang patut diwaspadai.
Radang usus buntu kadang berdampak pada saluran pencernaan sehingga nafsu makan bisa menurun.
Baca Juga: 16 Rekomendasi Produk Frisian Flag yang Bernutrisi dan Menyehatkan
3. Mual dan Muntah
Gejala lain yang bisa ikut menyertai adalah mual dan muntah.
Selain bisa berdampak pada saluran pencernaan, radang usus buntu pun bisa berdampak ke sistem saraf yang memungkinkan Si Kecil mengalami mual dan muntah.
4. Kesulitan Buang Angin
Melansir dari The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, bila Si Kecil mengeluh kesulitan buang angin atau kentut, Moms wajib waspada karena ini juga jadi salah satu gejala usus buntu pada anak.
Usus buntu bisa berdampak pada gangguan pencernaan seperti sembelit atau diare.
Menjadi salah satu gejala usus buntu pada anak, bila anak susah kentut, itu berarti sudah terjadi penyumbatan pada sebagian atau seluruh usus sehingga angin tidak bisa keluar.
5. Demam
Tubuh memiliki sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan penyakit. Bila anak memiliki penyakit di dalam tubuhnya, sudah dipastikan ia akan mengalami demam.
Radang usus buntu bisa menyebabkan demam ringan dengan suhu berkisar 37–38 derajat Celcius.
Bila semakin parah, demam bisa meningkat disertai denyut jantung yang kian cepat.
Baca Juga: Review Hand Sanitizer Instance oleh Moms Orami, Aromanya Tidak Menyengat
6. Kebingungan dan Disorientasi
Radang usus buntu juga dapat menyebabkan Si Kecil mengalami bingung dan disorientasi.
Hal itu menjadi pertanda, infeksi di tubuh Si Kecil semakin memburuk.
Pasalnya, infeksi menguras banyak energi di tubuh, termasuk oksigen.
Dalam kondisi seperti itu, otak jadi kekurangan pasokan oksigen sehingga fungsi otak jadi terganggu.
7. Diare dan Sembelit
Gejala usus buntu pada anak selanjutnya adalah mengalami diare dan sembelit.
Biasanya gejala ini dibarengi dengan sakit perut yang parah selama 2–3 hari.
Tak kalah penting, pantau jika ada lendir di tinja Si Kecil disertai sakit perut di sebelah kanan karena bisa jadi, usus buntu sudah pecah.
8. Nyeri Saat Buang Air Kecil
Gejala usus buntu pada anak juga dapat ditandai dengan nyeri saat buang air kecil.
Pada anak yang lebih besar, mereka mungkin bisa mengeluhkan gejala ini.
Frekuensi kencing anak juga meningkat dari biasanya sehingga mereka harus bolak-balik ke kamar mandi.
Selain itu, American Pediatric Surgical Association menerangkan bahwa perlu diketahui bahwa ada gejala awal dan gejala lanjut dari penyakit usus buntu pada anak.
- Tanda dan Gejala Awal
Saat radang pada usus buntu dimulai, ada rasa sakit di sekitar bagian tengah perut dekat pusar.
Anak mungkin mengalami penurunan nafsu makan dan merasa ingin muntah.
Gejala usus buntu pada anak di awal terjadi rasa sakit tidak pernah sepenuhnya hilang dan menjadi lebih tajam seiring waktu.
Kebanyakan anak dengan apendisitis mengalami demam 38–39 derajat Celcius.
- Tanda dan Gejala Lanjut
Lebih dari 24 jam setelah nyeri dimulai, gejala usus buntu pada anak dengan nyeri berpindah ke sisi kanan bawah perut.
Terkadang, Si Kecil mengeluh sakit perut bagian kanan bawah saat berjalan, atau menolak berdiri atau berjalan karena sakit.
Anak-anak yang lebih kecil (di bawah 5 tahun) kemungkinan lebih tinggi mengalami usus buntu karena Si Kecil mungkin tidak dapat berbicara dengan jelas tentang gejalanya.
Jika usus buntu pecah, demam tinggi mungkin bisa terjadi pada anak. Mungkin ada beberapa kali diare pada anak.
Penyebab Usus Buntu pada Anak
Setelah membahas gejala usus buntu pada anak, Moms juga harus memahami penyebabnya.
Jika ditanya seputar apa penyebab usus buntu pada anak, hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Namun, penyakit ini umumnya terjadi akibat penyumbatan di bagian usus buntunya.
Penyumbatan tersebut menyebabkan usus buntu membengkak dan meradang.
Selain itu, terdapat beberapa faktor penyebab usus buntu pada anak, seperti:
- Infeksi di bagian perut.
- Infeksi saluran pencernaan.
- Inflammatory bowel disease (radang usus).
- Munculnya parasit yang tumbuh di dalam usus buntu.
- Penumpukan feses di dalam usus buntu.
Moms harus mewaspadai penyebab usus buntu pada anak.
Sebab, apabila tidak mendapat penanganan yang tepat, usus buntu bisa pecah sehingga menyebabkan infeksi menyebar dan semakin parah.
Cara Mengatasi Usus Buntu pada Anak
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai cara mengatasi usus buntu pada anak.
Mengutip University of Rochester Medical Center Rochester, perawatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum Si Kecil.
Apendisitis adalah keadaan darurat medis. Kemungkinan usus buntu akan pecah dan menyebabkan infeksi yang serius dan mematikan.
Untuk alasan ini, penyedia layanan kesehatan mungkin akan menyarankan agar anak menjalani operasi untuk mengangkat usus buntu.
Sebagai cara mengatasi gejala usus buntu pada anak, ia mungkin diberi antibiotik dan cairan melalui infus sebelum operasi dimulai.
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk apendisitis.
Tetapi untuk beberapa anak, penyedia layanan kesehatan mungkin memberikan antibiotik sebagai pengganti operasi.
Dalam jurnal Canadian Family Physician, apendisitis akut adalah kegawatdaruratan bedah yang paling umum pada anak-anak.
Apendisitis terjadi sepanjang masa kanak-kanak dan dewasa, tetapi kejadiannya paling tinggi di antara usia 10 dan 19 tahun.
Apendiks dapat diangkat dengan dua cara:
1. Operasi Terbuka atau Tradisional
Pada cara mengatasi gejala usus pada anak ini, Si Kecil akan diberi anestesi.
Potongan atau sayatan dibuat di sisi kanan bawah perut. Dokter bedah menemukan usus buntu dan mengangkatnya.
Jika usus buntu pecah, selang kecil dapat dipasang untuk mengeluarkan nanah dan cairan lain dari perut.
Pintasan akan dikeluarkan dalam beberapa hari, saat ahli bedah merasa infeksinya sudah hilang.
2. Operasi Laparoskopi
Si Kecil diberi anestesi dalam prosedur ini. Metode ini menggunakan beberapa sayatan kecil dan kamera yang disebut laparoskop untuk melihat ke dalam perut.
Alat bedah ditempatkan melalui satu atau lebih sayatan kecil. Laparoskop dimasukkan melalui sayatan lain.
Metode ini biasanya tidak dilakukan jika apendiks sudah pecah.
3. Penggunaan Antibiotik
Mengutip Children's National, setelah operasi, anak tidak diperbolehkan makan atau minum apapun dalam jangka waktu tertentu agar usus bisa sembuh.
Cairan diberikan ke dalam aliran darah melalui tabung plastik kecil yang disebut infus sampai anak Moms diizinkan untuk mulai minum cairan.
Seorang anak yang apendiksnya pecah harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada anak yang melakukan operasi usus buntu sebelum pecah.
Beberapa anak perlu minum antibiotik untuk jangka waktu tertentu setelah pulang.
Sebagai rangkaian cara mengatasi gejala usus buntu pada anak, Si Kecil juga akan menerima antibiotik dan obat-obatan untuk membantunya merasa nyaman melalui infus.
4. Pola Makan dengan Konsumsi Cairan
Pada akhirnya, anak-anak akan diizinkan untuk minum cairan bening (seperti air, minuman olahraga, atau jus apel), dan kemudian secara bertahap beralih ke makanan padat.
Baca Juga: 114 Daftar Surat Alquran dan Artinya serta Keutamaan Membaca Alquran yang Wajib Dipahami
Cara Mencegah Usus Buntu pada Anak
Sayangnya, Healthline menerangkan tidak ada cara pasti untuk mencegah terjadinya gejala usus buntu pada anak.
Namun, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan risikonya pada anak.
Risiko radang usus buntu dapat menurun jika anak rutin mengonsumsi makanan yang mengandung serat, di antaranya:
Mengonsumsi makanan yang berserat tinggi dan cukup minum air putih dapat mencegah konstipasi (sembelit) dan menghindari penumpukan feses.
Penumpukan feses ini dipercaya sebagai salah satu penyebab usus buntu yang umum terjadi.
Maka dari itu, biasakan anak untuk mengonsumsi buah dan sayur yang mengandung serat sejak dini agar risiko usus buntu dapat dihindari.
Baca Juga: 8 Cara Menaikkan Hb pada Ibu Hamil, Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi, Moms!
Hubungi dokter segera jika Si Kecil mengalami tanda atau gejala usus buntu pada anak.
Ini adalah kondisi serius yang membutuhkan perawatan medis, dan tidak aman mengandalkan pengobatan rumahan untuk mengobatinya.
Bila Si Kecil menjalani operasi untuk mengangkat usus buntu, dokter mungkin meresepkan antibiotik dan pereda nyeri untuk mendukung proses pemulihan.
Selain minum obat sesuai resep, Moms bisa melakukan beberapa langkah untuk membantu memulihkan tubuh.
Seperti banyak beristirahat, minum banyak cairan, berjalan-jalan santai setiap hari, serta jaga lokasi sayatan bedah bersih dan kering.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin mendorong anak untuk menyesuaikan pola makan.
Jika anak merasa mual setelah operasi, makan makanan lunak seperti roti dan nasi mungkin membantu.
Moms, itulah beberapa gejala usus buntu pada anak yang wajib diwaspadai.
Segera ajak Si Kecil berobat ke dokter, ya, apabila ia sudah menunjukkan beberapa gejala di atas.
- https://www.healthline.com/health/appendicitis#prevention
- https://childrensnational.org/visit/conditions-and-treatments/stomach-digestion-gi/appendicitis
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6189881/
- https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentTypeID=90&ContentID=P01981
- https://www.eapsa.org/parents/learn-about-a-condition/a-e/acute-(early)-appendicitis/
- https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/appendicitis/symptoms-causes
- https://www.stlouischildrens.org/conditions-treatments/appendicitis
- https://ijponline.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13052-017-0335-2
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.