Mengenal Penyakit Sarampa, Sekilas Mirip Campak
Istilah sarampa sangat terkenal bagi masyarakat Gorontalo. Penyakit ini menyerang seluruh kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Sarampa tampak menyerupai penyakit campak. Namun, sarampa memiliki masa penyembuhan yang lebih cepat, yaitu selama 3 hari.
Simak lebih lanjut untuk mengetahui lebih detail, yuk!
Penjelasan Tentang Penyakit Sarampa
Seperti pada penjelasan sebelumnya, penderita kondisi ini akan mengalami ruam kulit yang disertai dengan demam tinggi.
Penyakit ini disebabkan oleh penularan virus dari satu penderita ke penderita lain.
Beberapa orang menyatakan jika virus penyebabnya adalah Human Herpesvirus 6 (HHV- 6).
Jika disebabkan oleh virus tersebut, penyakit dikenal dengan sebutan roseola.
Beberapa orang lainnya menduga jika penyakit disebabkan oleh virus paramyxovirus.
Virus tersebut adalah penyebab penyakit campak.
Keduanya menimbulkan gejala yang mirip, ditandai dengan ruam kemerahan dan rasa gatal di permukaan kulit.
Persamaan gejala tersebut membuat banyak orang tidak dapat membedakan roseola dan campak.
Selanjutnya, simak di bawah ini terkait perbedaan kedua penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus.
Perbedaan Penampilan Ruam yang Muncul
Baik roseola dan campak keduanya terlihat serupa dalam penampilan, karena biasanya muncul dengan ruam makulopapular.
Perbedaannya adalah ruam roseola biasanya lebih merah muda atau merah. Sedangkan, ruam campak terlihat merah atau cokelat.
Keduanya membingungkan jika dilihat kasat mata. Namun, ada tanda lain yang membantu membedakan antara roseola dan campak.
Ruam dari roseola dimulai di batang tubuh dan menyebar. Sedangkan ruam campak dimulai di wajah dan bergerak ke bawah.
Selain itu, anak-anak dengan roseola biasanya tampak sehat.
Sedangkan mereka yang menderita campak biasanya terlihat dan berperilaku seolah-olah mereka tidak enak badan.
Berikut ini perbedaan keduanya melansir dari Medical News Today:
1. Roseola
Roseola menunjukkan perkembangan penyakit yang unik, karena ruam muncul sesaat setelah demam berakhir. Demam akan berlangsung sekitar 3–5 hari.
Saat mereda, anak-anak akan muncul benjolan dan ruam berwarna merah muda, dengan ukuran 2–5 milimeter.
Ruam biasanya dimulai dari batang tubuh dan menyebar ke leher, wajah, kaki, juga lengan dalam waktu 24 jam.
Ruam biasanya tidak terasa gatal dan berubah menjadi keputihan ketika ditekan. Ruam biasanya hilang setelah 1-2 hari.
2. Campak
Sama halnya dengan roseola, ruam campak muncul 3-5 hari setelah gejala dimulai.
Namun, dalam kasus campak, ruam yang muncul disertai dengan gejala demam.
Meskipun terasa tidak gatal, ruam campak terdiri dari bintik-bintik merah yang berbeda.
Dimulai di sepanjang garis rambut dan kemudian menyebar ke bawah ke leher, batang tubuh, anggota badan, juga kaki.
Beberapa penderita bisa saja mengalami benjolan kecil yang menonjol. Benjolan tersebut menyatu saat ruam menyebar.
Nah, demam akan menghilang saat ruam berhenti menyebar.
Gejala yang Menyertai
Selain demam dan ruam, kedua penyakit tersebut juga disertai dengan gejala lain. Berikut ini beberapa gejala tersebut.
1. Roseola
Anak-anak yang terinfeksi roseola akan mengalami sejumlah gejala penyerta roseola, seperti:
- Demam tinggi di atas 30 derajat Celsius
- Konjungtivitis
- Bengkak di sekitar mata
- Rasa tidak enak badan
- Menjadi cepat marah
- Kehilangan selera makan
- Diare
- Batuk
- Bintik-bintik Nagayama, yaitu benjolan di mulut antara langit-langit lunak dan uvula
- Pembengkakan telinga bagian dalam
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Roseola cenderung tidak memiliki banyak komplikasi. Namun, sekitar 15 persen anak-anak dengan penyakit ini mengalami kejang karena demam tinggi. Gejala kejang meliputi:
- Pingsan
- Gerakan berkedut atau tersentak-sentak
- Sifat lekas marah
2. Campak
Penderita campak juga akan mengalami batuk, konjungtivitis, dan hidung meler bersamaan dengan ruam serta demam.
Beberapa anak akan mengalami bintik koplik 2-3 hari setelah gejala dimulai. Bintik koplik adalah bintik putih kecil yang muncul di mulut.
Dalam kasus yang jarang terjadi, campak bisa berakibat fatal dan membahayakan nyawa penderitanya.
Kebanyakan penderita yang kehilangan nyawa adalah anak-anak berusia dibawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 30 tahun.
Melansir dari National Health Service UK, berikut ini beberapa komplikasi serius dari gejala yang muncul:
- Diare dan muntah, yang dapat menyebabkan dehidrasi.
- Infeksi telinga tengah (otitis media), yang dapat menyebabkan sakit telinga.
- Infeksi mata (konjungtivitis).
- Radang kotak suara (laringitis).
- Infeksi saluran udara dan paru-paru, seperti pneumonia, bronkitis dan croup.
- Kejang demam pada anak.
Pantangan Campak
Pantangan penyakit campak pada anak meliputi beberapa hal yang harus dihindari agar gejala dan komplikasi penyakit dapat dicegah atau diperberat.
Berikut adalah beberapa pantangan yang harus diperhatikan:
- Mengonsumsi makanan berminyak: Makanan berminyak dapat memperburuk gejala campak, seperti ruam kulit dan demam.
- Bersin sembarangan: Bersin sembarangan dapat menyebarkan virus campak ke udara, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit.
- Bergantian menggunakan barang pribadi dengan orang lain: Menggunakan barang pribadi yang sama dengan orang lain dapat menularkan virus campak.
- Mengonsumsi makanan yang kurang vitamin A: Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan risiko gejala dan komplikasi campak yang parah.
- Menghindari mandi saat terpapar campak: Mandi dapat menyebarkan virus campak, sehingga disarankan untuk menghindari mandi saat terpapar penyakit ini.
- Menghindari kelebihan cairan: Diare dan muntah dapat menyebabkan penderita campak kehilangan banyak cairan, sehingga disarankan untuk menghindari kelebihan cairan.
- Menghindari aktivitas yang berat: Istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas yang berat dapat membantu mengurangi gejala campak.
Dengan menghindari pantangan-pantangan ini, risiko penularan dan komplikasi penyakit campak dapat berkurang.
Langkah Sederhana Mengatasi Roseola dan Campak
Paparan infeksi campak dapat dengan mudah dicegah melalui vaksinasi. Sedangkan roseola, belum ada vaksin yang mampu untuk mencegahnya.
Namun, jika sudah terlanjur terinfeksi satu dari ke dua penyakit tersebut, Moms harus mengobati dengan langkah yang sesuai.
Mengacu pada penyakit sarampa, berikut ini langkah alami yang dilakukan untuk mengatasinya:
1. Menggunakan Sari Bunga Teratai
Sari bunga teratai dikenal warga setempat dengan istilah kasumba turate. Pucuk bunganya kerap dijadikan sebagai obat herbal masyarakat setempat.
Tanaman ini dinilai efektif dalam mengatasi ruam yang disebabkan oleh sarampa dan cacar air.
2. Minum Air Kelapa Muda
Hingga kini, belum ada bukti medis yang menyatakan jika bahan alami tersebut mampu mengatasi ruam kulit akibat sarampa.
Referensi ini diikuti turun temurun dari orang tua, yang menilai air kelapa muda dapat menetralisir racun dari dalam tubuh.
Efek detoksifikasi tersebut dipercaya dapat menyembuhkan ruam kulit dan penyebab lain yang ditimbulkan akibat sarampa.
3. Menggunakan Kunyit
Melansir dari jurnal berjudul Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. 2nd edition, kunyit bersifat antiinflamasi.
Sifat tersebut dinilai efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh untuk melawan berbagai macam virus penyebab penyakit.
Kandungan curcumin dalam kunyit dinilai dapat mengatasi ruam sarampa pada kulit.
Kandungan antioksidan di dalamnya dinilai dapat membantu sekaligus mencegah peradangan dalam tubuh.
4. Mengonsumsi Cengkeh
Bahan alami lainnya adalah cengkeh untuk mengatasi penyakit sarampa.
Sama halnya dengan kunyit, air rebusan cengkeh memiliki sifat antiinflamasi.
Sifat tersebut dinilai efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh untuk melawan berbagai macam virus penyebab penyakit.
Baca Juga: Vaksin Campak: Manfaat, Efek Samping, dan Waktu Pemberian
Selain beberapa bahan alami tersebut, penderita disarankan untuk banyak beristirahat, cukupi asupan cairan, dan konsumsi obat penghilang rasa sakit.
Jika sejumlah langkah tersebut tidak meringankan gejala sarampa yang Moms rasakan, silahkan temui dokter untuk melakukan pemeriksaan.
Apalagi, jika penderita mengalami demam tinggi atau ruam yang menetap.
Jika dibiarkan, hal tersebut dapat membahayakan anak karena memicu kejang demam.
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/roseola-vs-measles-rash#summary
- https://www.nhs.uk/conditions/measles/complications/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92752/
- https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/pantangan-penyakit-campak-pada-anak
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.