Mengenal Glioblastoma, Penyakit Kanker Otak yang Ganas
Glioblastoma menjadi salah satu penyakit yang menjadi sorotan publik karena pernah dialami oleh beberapa artis Indonesia.
Salah satu artis yang pernah mengalami glioblastoma adalah Agung Hercules.
Penyakit ini dikategorikan sebagai penyakit ganas karena bisa membahayakan jiwa seseorang.
Tak sedikit orang yang tidak bisa bertahan melawan penyakit glioblastoma ini.
Menurut situs www.aans.org yang merupakan American Association of Neurological Surgeons, glioblastoma bisa terjadi pada 2-3 orang dari 100.000 orang dewasa per tahunnya.
Penyakit ini lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak.
Baca Juga: 9 Makanan Sehat untuk Mencegah Kanker Serviks
Apa Itu Glioblastoma?
Foto:theconversation.com
Glioblastoma adalah jenis kanker otak stadium 4 yang terbilang cukup ganas karena bersifat agresif dan bisa mengakibatkan kematian.
Glioblastoma atau disebut dengan nama glioblastoma multiforme (GBM) ini tumbuh dan berkembang di sistem saraf pusat otak atau sumsum tulang belakang.
Oleh karena itu, keberadaannya yang terletak di lokasi yang krusial ini yang membuat glioblastoma sangat membahayakan.
GBM adalah jenis tumor otak astrositoma yang terbentuk dari sel glial yang bernama astrosit.
Sel ini berfungsi untuk mendukung kesehatan dalam sel saraf yang ada di dalam otak.
Jika sel astrosit berkembang secara abnormal, maka tumor astrositoma akan terbentuk.
Kemudian, tumbuh menjadi kanker otak stadium 4 yang cepat menyebar hingga ke jaringan otak terdekat.
GBM sering terjadi pada bagian otak depan (lobus frontal) dan otak samping (lobus temporal).
Meski demikian, tumor ini juga bisa dijumpai di bagian otak manapun, termasuk pada sumsum tulang belakang atau di bagian korpus kalosum.
Baca Juga: Kanker Payudara pada Pria, Ini Penjelasannya
Penyebab Glioblastoma
Foto: studyfinds.org
GBM bisa terjadi karena sel astrosit yang berubah menjadi tumor atau sel kanker.
Namun, masih belum dipastikan apa yang menjadi penyebabnya.
Menurut jurnal berjudul GBM Multiforme: A Review of its Epidemiology and Pathogenesis through Clinical Presentation and Treatment, penyebab dari glioblastoma hingga saat ini masih belum diketahui.
Akan tetapi, dapat dipastikan salah satu penyebab karena faktor genetik.
Ini bisa karena mutasi atau kelainan genetik dalam tubuh seseorang.
Mutasi atau kelainan genetik bisa menyebabkan sel melepaskan diri dari pertumbuhan dan siklus kematian yang normal.
Jadi, sel astrosit akan tumbuh terus-menerus alias tidak mati sebagaimana seharusnya.
Sel ini malah berkembang biak lebih banyak sehingga mengakibatkan adanya penumpukan sel tersebut yang mengakibatkan terjadinya tumor.
Sel astrosit bisa menghasilkan pembuluh darah sendiri sehingga pertumbuhannya menjadi lebih cepat.
Nah, ini salah satu alasan yang menyebabkan perkembangan glioblastoma sangat cepat.
Baca Juga: 3 Tempat Deteksi Kanker Payudara di Bandung
Walaupun penyebab dari GBM tidak diketahui secara pasti, karena diduga faktor genetik, ada beberapa faktor yang meningkatkan risikonya, yaitu:
- Memiliki usia di atas 45 tahun
- Berjenis kelamin pria
- Sering terkena paparan bahan kimia
- Sering terkena paparan radiasi di bagian kepala
- Memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami glioblastoma
- Memiliki kondisi genetik langka seperti sindrom Li-Fraumeni, neurofibromatosis tipe 1, dan sindrom Turcot.
Jika Moms memiliki hal-hal tersebut, kemungkinan untuk terkena risiko GBM semakin lebih tinggi dibanding orang-orang yang tidak memilikinya.
Baca Juga: 13 Makanan Pemicu Kanker yang Harus Dibatasi
Gejala Glioblastoma
Foto:eastcoastphysio.ie
Untuk gejalanya, glioblastoma ini memiliki gejala yang berbeda, tergantung masing-masing orang dan tingkat keparahannya.
Umumnya, gejala yang dialami, yaitu:
- Rasa sakit pada kepala yang berkepanjangan
- Penglihatan menjadi kabur atau ganda
- Merasakan mual hingga muntah setiap harinya
- Kehilangan nafsu makan
- Perubahan suasana hati dan kepribadian yang tiba-tiba
- Perubahan kemampuan berpikir
- Merasakan kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi
- Kehilangan keseimbangan atau merasa sulit berjalan
- Tubuh terasa lemah atau lemas pada bagian tertentu
- Suka lupa ingatan atau mengalami masalah pada memori
- Merasakan kejang
Gejala-gejala tersebut bisa dirasakan secara berkepanjangan.
Meski tidak semua gejala, setidaknya ada lebih dari lima gejala diatas yang dirasakan setiap harinya.
Cara Menangani Glioblastoma
Untuk cara penanganannya, GBM ini bisa ditangani dengan beberapa cara tergantung dari tingkat keparahannya.
Selain itu, bisa dikarenakan lokasi dan ukuran tumor, usia, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Tapi sebelum ditangani, biasanya dokter melakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan saraf, CT scan, MRI, hingga biopsi.
Beberapa cara penanganan glioblastoma di antaranya:
1. Melakukan Operasi
Foto:cancer.ucsf.edu
Cara penanganan dari GBM yang paling sering dilakukan adalah melakukan operasi pengangkatan tumor yang terletak pada otak.
Operasi ini banyak dilakukan karena bisa mengangkat tumor sebanyak mungkin sehingga risiko penyebaran bisa diminimalisasikan dengan lebih baik.
2. Melakukan Radioterapi
Cara yang kedua adalah melakukan radioterapi.
Radioterapi dilakukan untuk penderita kanker stadium awal atau kanker yang baru menyebar.
Namun, terapi ini juga bisa dilakukan untuk GBM dengan tujuan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi atau menghambat penyebaran dari sel tumor tersebut.
Jadi bisa dikatakan kalau radioterapi tidak bisa menyembuhkan tapi meminimalisasi proses berkembangnya tumor otak.
Proses radioterapi ini bisa menimbulkan efek samping.
Mulai dari rontoknya rambut pada bagian yang diterapi setelah 2-3 minggu setelah melakukan radioterapi.
Lalu, munculnya diare yang terjadi sekitar beberapa hari setelah radioterapi dilakukan.
Baca Juga: Kenali Penyebab dan Cara Mencegah Kanker Ovarium
3. Melakukan Kemoterapi
Foto:moffitt.org
Selain radioterapi, ada kemoterapi yang menjadi salah satu cara menangani glioblastoma.
Cara ini mampu memberantas sel-sel kanker glioblastoma di dalam tubuh penderita dengan menggunakan obat-obatan.
Proses kemoterapi biasanya berlangsung mulai dari 2-3 jam lamanya.
Namun, ada juga yang waktunya melebihi jam tersebut karena sel kanker sudah menyebar ke seluruh tubuh.
Ada beberapa efek setelah melakukan kemoterapi.
Mulai dari rasa lelah yang berlebihan, mual hingga muntah, rambut rontok, sariawan, sakit tenggorokan, diare, hingga menurunnya imunitas tubuh.
Jika dibandingkan dengan radioterapi, kemoterapi memiliki tarif harga yang lebih mahal karena bisa mencapai 2-3 kali lipat lebih dari harga radioterapi.
4. Mengonsumsi Obat
Selain ketiga hal di atas, orang yang mengalami GBM ini juga dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obatan khusus.
Setiap obat yang dikonsumsi ini harus dengan resep dokter.
Biasanya, dokter memberikan resep obat antikonvulsan yang digunakan untuk meredakan atau mengurangi rasa sakit dan kejang.
Selain itu, ada obat kortikosteroid yang digunakan untuk mengurangi pembengkakan pada otak.
Itulah sekilas pengetahuan mengenai glioblastoma yang perlu diketahui.
Meski risiko penyakit ini sangat tinggi, pencegahan tetap dapat diusahakan.
Mulai dari gaya hidup sehat, rutin berolahraga, pola makan dengan gizi seimbang, serta beristirahat yang cukup.
- https://spesialis1.ibs.fk.unair.ac.id/mengenal-glioblastoma-multiforme-tumor-ganas-pada-otak.html
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/glioblastoma/cdc-20350148
- https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Glioblastoma-Multiforme
- https://www.webmd.com/cancer/brain-cancer/what-is-glioblastoma
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5123811/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17032-glioblastoma
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.