Mengenal Gray Baby Syndrome, Sindrom yang Bisa Sebabkan Kematian pada Bayi
Setiap ibu hamil menginginkan bayi yang sehat. Inilah sebabnya para ibu hamil biasanya mempersiapkan perawatan prenatal dengan baik, termasuk dari dokter.
Para calon ibu juga tidak segan mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan kehamilan yang sehat. Tindakan pencegahan ini termasuk menjaga pola makan sehat, olahraga teratur, dan menghindari alkohol, obat-obatan terlarang, termasuk merokok.
Namun, sekalipun persiapan saat hamil tampaknya sudah cukup matang, paparan terhadap obat-obatan tertentu tetap dapat membahayakan kesehatan calon bayi.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk berbicara dengan dokter sebelum minum obat, jika Moms hamil atau berpikir untuk hamil. Banyak resep dan obat bebas yang aman dikonsumsi saat hamil.
Namun, obat-obatan lain dapat menyebabkan cacat lahir yang serius atau masalah kesehatan pada bayi. Salah satunya gray baby syndrome.
Baca Juga: Edwards Syndrome Pada Bayi, Apa Penyebab dan Gejalanya?
Penyakit satu ini mungkin jarang terdengar, bahkan mungkin Anda baru pertama kali mendengarnya. Namun, gray baby syndrome ini ternyata bisa sangat berbahaya bagi bayi prematur dan juga bayi pada umumnya lho Moms.
Yuk kita simak lebih jauh penjelasan soal penyakit ini.
Apa Itu Gray Baby Syndrome ?
Foto: parenting.firstcry.com
Gray baby syndrome adalah kondisi langka yang dapat mengancam jiwa pada bayi dan anak-anak hingga usia 2 tahun. Kondisi ini merupakan efek samping potensial dari antibiotik kloramfenikol.
Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai infeksi, seperti meningitis bakteri. Beberapa dokter merekomendasikan perawatan ini ketika infeksi tidak merespons antibiotik lain, seperti penisilin.
Antibiotik ini berbahaya bagi bayi karena tingkat toksisitasnya yang tinggi. Sayangnya, bayi tidak memiliki enzim hati yang diperlukan untuk memetabolisme dosis besar obat ini. Karena tubuh kecil mereka tidak dapat memecah obat, tingkat toksik antibiotik dapat menumpuk di aliran darah mereka.
Gray baby syndrome dapat berkembang jika antibiotik diberikan langsung kepada bayi. Mereka mungkin juga berisiko terkena penyakit ini jika antibiotik diberikan kepada ibu mereka selama masa persalinan atau di beberapa fase selama kehamilan.
Gray baby syndrome bukan satu-satunya efek samping kloramfenikol. Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua, obat dapat menyebabkan efek samping serius dan ringan lainnya, termasuk:
- muntah
- demam
- sakit kepala
- ruam tubuh
Baca Juga: Bayi Terlalu Banyak Di Stroller, Waspadai Container Baby Syndrome
Gray baby syndrome juga dapat menyebabkan efek samping yang lebih serius, termasuk:
- kelemahan yang tidak biasa
- kebingungan
- pandangan yang kabur
- sariawan
- perdarahan yang tidak biasa
- anemia (penurunan sel darah merah)
- infeksi
Gejala Gray Baby Syndrome
Foto: babycentre.co.uk
Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Sumatera Utara (USU), apabila kadar toksik kloramfenikol menumpuk di aliran darah Si Kecil, gejala-gejalanya biasanya muncul dalam dua hingga sembilan hari.
Gejalanya dapat bervariasi, tetapi Moms mungkin bisa memperhatikan beberapa di antaranya seperti:
- Muntah-muntah
- Kulit berwarna abu-bau
- Tonus tubuh lemah
- Hipotensi (tekanan darah rendah)
- Cyanosis, bibir dan kulit kebiru-biruan .
- Hipotermia
- Kolaps kardiovaskular
Baca Juga: Simak 5 Cara Merawat Bayi dengan Pierre Robin Syndrome
Itulah penjelasan mengenai gray baby syndrome yang perlu Moms ketahui. Jika Si Kecil memiliki gejala gray baby syndrome setelah terpapar kloramfenikol, segera dapatkan bantuan medis ya Moms.
Karena kalau dibiarkan, sindrom ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu beberapa jam. Waspada ya Moms!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.