5 Hal yang Pasti Dialami oleh Pasangan Beda Agama
Hubungan romansa beda agama memang masih dianggap sensitif dalam lingkungan Indonesia.
Untuk mengatasinya, salah satu solusi ialah membuat salah satu pasangan berpindah keyakinan agar pernikahannya bisa lebih mudah secara hukum dan diterima dalam masyarakat.
Namun, pada dasarnya, Patricia A. Fishman dalam penelitian disertasinya yang dikeluarkan oleh Northern Illinois University menyebut, pasangan yang berbeda keyakinan memiliki pola komunikasi yang lebih baik untuk memutuskan hal-hal yang penting dibanding pasangan dengan keyakinan yang sama.
Hal yang Dialami Pasangan Beda Agama
Lantas, hal-hal apa saja yang pasti akan dialami oleh pasangan beda agama? Simak ulasan lengkapnya di bawah ya, Moms.
1. Tak Langsung Direstui oleh Orang Tua
Foto: freepik.com
Dalam adat istiadat Indonesia, pernikahan beda agama masih dianggap sensitif untuk dibicarakan sehingga banyak yang akhirnya memilih untuk merelakan keyakinannya demi mendapatkan status pernikahan.
Umumnya, pasangan beda agama tak langsung direstui oleh orang tua karena mereka masih terpaku pada doktrin pernikahan ‘sepemahaman’.
Hal yang paling fatalnya, orang tua bisa saja memutuskan hubungan dengan anaknya yang menikah dengan pasangan pilihannya hanya karena berbeda keyakinan.
Namun hal ini belum tentu juga terjadi, apabila sedari awal keluarga memang sudah hidup di lingkungan yang beraneka ragam.
Semakin hegemoni orang-orang yang berada di sekitar keluarga, cara pandangnya melihat suatu pernikahan beda agama juga akan berubah.
2. Bahan Pembicaraan Lingkungan Sekitar
Foto: freepik.com
Meskipun keluarga tidak mempermasalahkan pernikahan antar pasangan beda agama, kemungkinan besar lingkungan sekitar akan menjadikan hubungan pernikahan beda agama sebagai topik yang sengaja dibawa di berbagai kesempatan. Dengan kata lain, dijadikan bahan gosip.
Lingkungan masyarakat yang tidak beragam adalah salah satu masalah yang membuat pembicaraan ini akhirnya menjadi cibiran.
Kebanyakan orang dari lingkungan sosial yang minim keanekaragaman masih berpikir kalau menikah dengan pasangan beda agama hanya akan memperburuk hubungan suami istri.
Hal ini terjadi karena banyaknya persepsi orang dalam berumah tangga haruslah sama keyakinannya.
3. Sulit Ketika Berhubungan dengan Legalitas
Foto: unsplash.com
Meski pernikahan beda agama adalah legal di mata hukum, namun pasangan berbeda keyakinan umumnya akan mengalaminya kesulitan pengurusan legalitas dokumen.
Maka, tak jarang banyak pasangan beda agama yang akhirnya menikah di luar negeri.
Bagian yang paling menguras tenaga adalah mengurus dokumen pemerintahan, mulai dari Kelurahan hingga Kantor Urusan Agama (KUA).
Apalagi, dilansir dari penelusuran The Law Library of Congress, KUA hanya mau melayani pasangan yang menikah dengan agama yang sama, dibuktikan dari KTP-nya.
Karena itu, mengingat belum banyak petugas yang mengetahui regulasi mengenai pernikahan beda keyakinan, segala sesuatunya jadi harus dijelaskan dan dibuktikan.
4. Beda Pandangan dalam Menghadapi Sesuatu
Foto: freepik.com
Pada dasarnya, angka perceraian akibat dari pernikahan beda agama pun masih sangat tinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri.
Banyak pasangan yang akhirnya terlibat percekcokan akibat beda pandangan dalam menghadapi situasi tertentu karena kerterlibatan unsur keyakinan di dalamnya.
Pandangan yang berbeda mungkin saja terjadi karena agama di lingkungan kita umumnya sudah mulai ditanamkan oleh orang tua sejak kecil, sehingga sulit mengubahnya.
Namun, meskipun terdapat potensi perkelahian, dengan komunikasi yang efektif hal ini mungkin tidak akan jadi masalah yang berarti.
5. Keyakinan Anak Mungkin Akan Jadi Masalah
Foto: pexels.com
Permasalahan tentang keyakinan anak bagi pasangan beda agama menjadi pertanyaan yang banyak dibicarakan di lingkungan sosial.
Pertanyaan seperti “anaknya akan diberi agama apa”, “sekolah di mana”, atau “hari raya apa yang akan dirayakan”, bisa jadi terus menerus berulang sampai Si Kecil dewasa.
Hal ini tentunya harus didiskusikan dulu lebih awal agar kedepannya tidak mengganggu psikologis anak sejak kanak-kanak.
Satu hal yang persiapannya lebih penting lagi, ketika mereka tumbuh besar dan akhirnya memilih satu keyakinan, bagaimana Moms meresponnya.
Moms dan Dads, itulah beberapa hal yang pasti dialami oleh pasangan berbeda keyakinan. Tetapi, meskipun berbeda keyakinan, komunikasi tetap menjadi kunci sebuah hubungan yang sukses.
Pasangan yang sama keyakinannya saja tetap punya rintangan tersendiri. Maka, jangan takut untuk memperjuangkan apa yang Moms dan Dads yakini dan terasa benar.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.