Hb Rendah pada Ibu Hamil: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi
Saat Moms mengandung buah hati, ada banyak kondisi yang mungkin terjadi, salah satunya kondisi Hb rendah pada ibu hamil.
Ketika mengalami kondisi ini, darah Moms tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke tubuh termasuk janin dalam kandungan.
Selama kehamilan, tubuh Moms menghasilkan lebih banyak darah untuk mendukung pertumbuhan janin.
Menurut UCSF Medical Center, jika Moms tidak mendapatkan cukup zat besi atau nutrisi lain, tubuh mungkin tidak dapat menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat darah tambahan ini.
Itu normal untuk mengalami anemia ringan ketika Moms sedang hamil.
Namun, Moms bisa saja mengalami anemia yang lebih parah sebab tidak hanya kekurangan zat besi dan vitamin.
Hb rendah pada ibu hamil dapat membuat Moms merasa lelah dan lemah.
Jika kondisi parah dan tidak segera diobati, ini dapat meningkatkan risiko komplikasi serius seperti kelahiran prematur.
Baca Juga: Mimisan pada Ibu Hamil: Penyebab, Cara Mengatasi, dan Pencegahannya
Penyebab Hb Rendah pada Ibu Hamil
Hemoglobin (Hb) rendah pada ibu hamil dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
1. Kekurangan Zat Besi
Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat, terutama pada trimester kedua dan ketiga.
Jika asupan zat besi tidak mencukupi atau tubuh tidak dapat menyerap zat besi dengan baik, maka dapat menyebabkan anemia defisiensi besi pada ibu hamil.
2. Kekurangan Vitamin B12 dan Asam Folat
Kekurangan vitamin B12 dan asam folat juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil.
Kekurangan vitamin B12 lebih umum terjadi pada vegetarian dan vegan yang tidak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin B12.
Sedangkan kekurangan asam folat sering terjadi pada ibu hamil yang kurang mengonsumsi sayuran hijau, buah-buahan, dan sereal yang diperkaya asam folat.
3. Gangguan Ginjal
Ginjal berfungsi untuk memproduksi hormon erythropoietin yang merangsang produksi sel darah merah.
Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka dapat mengganggu produksi erythropoietin dan menyebabkan anemia.
4. Hamil Anak Kembar
Ibu hamil dengan kehamilan kembar memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami anemia karena kebutuhan nutrisi yang lebih banyak.
5. Gangguan Autoimun
Beberapa gangguan autoimun seperti lupus dan anemia sel sabit dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil.
6. Perdarahan
Perdarahan selama kehamilan, terutama pada trimester kedua dan ketiga, dapat menyebabkan anemia jika kehilangan darah yang cukup banyak.
Gejala Hb Rendah pada Ibu Hamil
Hb rendah pada ibu hamil dapat disertai dengan beberapa gejala, antara lain:
- Kelelahan
- Pusing
- Sesak napas
- Kulit, bibir, dan kuku pucat
- Denyut jantung cepat
- Sulit konsentrasi
Pada tahap awal kekurangan hemoglobin, Moms mungkin tidak memiliki gejala yang jelas.
Banyak dari gejala Hb rendah yang mungkin tidak dialami saat hamil.
Jadi, pastikan untuk mendapatkan tes darah rutin untuk memeriksa anemia pada pemeriksaan kandungan rutin.
Baca Juga: 17 Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil, Bye Anemia!
Cara Mengatasi Hb Rendah pada Ibu Hamil
Ibu hamil memerlukan lebih banyak volume darah merah sebesar 50% dari pada biasanya.
Untuk memproduksi sel darah merah ini tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi, asam folat, dan juga vitamin B12.
Perbanyak juga asupan vitamin C seperti jus jeruk, jus tomat, atau stroberi.
Nutrisi ini bisa membantu tubuh dalam menyerap zat besi, Moms.
Dengan asupan nutrisi yang cukup, tubuh bisa membentuk lebih banyak hemoglobin dalam darah untuk mengikat oksigen.
Nah, ketika gejala Hb rendah pada ibu hamil timbul, Moms bisa mengatasinya dengan konsumsi makanan yang mengandung zat besi.
Selain dari makanan, ibu hamil juga bisa mengonsumsi multivitamin yang mengandung zat besi dan asam folat sebagai suplemen tambahan.
Namun jika ibu hamil tidak merespons terapi suplemen zat besi secara oral, dokter dapat menyarankan zat besi intravena (infus).
American Journal of Perinatology bahkan menyebutkan bahwa perempuan yang menerima zat besi melalui infus, lebih sering mencapai target hemoglobin yang diinginkan secara lebih cepat dan dengan efek samping yang lebih sedikit.
Baca Juga: 7 Penyebab Muntah Darah saat Hamil dan Cara Mengatasinya, Moms Perlu Tahu!
Cara Mencegah Hb Rendah pada Ibu Hamil
Konsumsi makanan kaya zat besi seperti daging, ayam, ikan, telur, kacang kering, dan biji-bijian menjadi hal penting bagi ibu hamil.
Bentuk zat besi dalam produk daging, yang disebut heme ini lebih mudah diserap daripada zat besi dalam sayuran.
Hb rendah pada ibu hamil juga dapat dicegah dengan menambah jumlah daging yang Moms konsumsi.
Ini merupakan cara termudah untuk meningkatkan zat besi.
Namun, banyak olahan daging yang kurang tepat sehingga justru zat besi tidak didapatkan dengan maksimal.
Dikarenakan sulit mendapatkan zat besi yang cukup dari makanan, Moms mungkin perlu mengonsumsi suplemen zat besi.
Suplemen yang dianjurkan yaitu harus mengandung 40-100 mg unsur besi.
Moms bisa mengonsumsi suplemen zat besi setiap hari atau beberapa kali setiap hari.
Konsultasikan hal ini dengan dokter kandungan Moms agar kondisi Hb rendah pada ibu hamil dapat teratasi secara tepat, ya.
Baca Juga: Keluhan Ibu Hamil pada Trimester 1 Hingga 3, Yuk Cari Tahu!
Bolehkah Ibu Hamil dengan Hb Rendah Melahirkan Normal?
Hb rendah pada ibu hamil seringkali dianggap sebagai kondisi kesehatan yang mengkhawatirkan.
Tidak sedikit pula ibu hamil yang bertanya-tanya, apakah boleh melahirkan normal saat Hb rendah?
Untuk kasus ibu hamil dengan Hb rendah dengan diagnosis anemia ringan, maka sang ibu masih dapat melahirkan secara normal.
Namun ketika ibu hamil memiliki hb rendah dibawah 8.5g/dL dan termasuk anemia kronis, maka berdiskusi dengan dokter adalah pilihan terbaik.
Dengan begitu, ibu hamil dapat mencari tahu proses melahirkan yang dianjurkan sesuai dengan kondisi kesehatan.
Biasanya, ibu hamil dengan Hb rendah memiliki kemungkinan lahir cesar.
Bahkan, beberapa ibu hamil dengan Hb rendah dan anemia kronis juga lebih mungkin melahirkan secara prematur.
Baca Juga: Mengulik ICP (Intrahepatic Cholestasis of Pregnancy), Masalah Hati pada Ibu Hamil
Risiko Melahirkan Normal dengan Hb Rendah
Kadar hemoglobin pada ibu hamil memang akan cenderung lebih rendah karena darah yang terbentuk diserap banyak untuk janin.
Jadi, kebutuhan zat besi Moms pun juga meningkat. Namun, jangan sampai hemoglobin rendah ini disepelekan, ya, Moms.
Ketika ibu hamil memiliki Hb rendah dan didiagnosis anemia ringan, Moms tetap bisa melahirkan normal.
Meski begitu, melahirkan normal dengan Hb rendah bisa menyebabkan berbagai risiko seperti berikut ini.
1. Kesulitan Melahirkan
Dengan Hb rendah, perempuan bisa sangat kelelahan dalam melewati proses melahirkan secara normal.
Ketika melahirkan normal Moms tentu dituntut untuk memiliki fisik yang kuat, namun kondisi tubuh Hb rendah tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu.
Daya tahan pun bisa menurun sehingga dapat lebih cepat terkena infeksi.
Dengan kondisi fisik yang lelah, bisa jadi akan berpengaruh pada psikis dan membuat ibu yang melahirkan mengalami postpartum depression.
Postpartum despression atau depresi pascamelahirkan adalah penyakit mental serius yang melibatkan otak dan memengaruhi perilaku serta kesehatan fisik Moms.
Depresi setelah melahirkan yang juga dikenal sebagai baby blues dapat membuat Moms merasa sedih, datar, atau kosong.
Perasaan yang tidak kunjung hilang ini tentu dapat mengganggu kehidupan Moms sehari-hari dalam mengurus Si Kecil.
Untuk dapat mengatasinya, Moms perlu melakukan konseling dengan profesional kesehatan mental.
Biasanya, psikolog atau psikiater akan menyarankan Moms mengikuti sesi terapi dan minum obat-obatan.
Jangan lupa untuk mencari dukungan dari orang terdekat seperti suami atau orang tersayang sehingga Moms bisa melewatinya.
2. Mengalami Pendarahan
Melahirkan baik secara normal maupun caesar berisiko untuk mengalami pendarahan.
Namun pada ibu hamil dengan Hb rendah, lebih berisiko terjadi pendarahan pada kelahiran normal daripada ibu hamil dengan Hb normal.
Ibu yang melahirkan dapat dinyatakan mengalami pendarahan hebat ketika ia kehilangan darah lebih dari 32 ons.
Pendarahan hebat sangat membahayakan, karena bisa memicu perubahan signifikan pada detak jantung atau tekanan darah.
Penurunan tekanan darah yang tajam usai melahirkan dapat membatasi aliran darah ke otak dan organ lainnya.
Ini disebut syok, dan bisa menyebabkan kematian.
Oleh karenanya, pendarahan usai melahirkan disebut sebagai keadaan darurat medis dan perlu segera ditangani.
3. Bayi Lahir Prematur
Hb rendah pada ibu hamil tidak hanya memengaruhi kondisi Moms, tetapi juga berdampak bagi bayi.
Salah satu risiko Hb rendah pada ibu hamil, yaitu Moms bisa saja melahirkan bayi prematur.
The Journal of Maternal-fetal & Neonatal Medicine menyebutkan bahwa, anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak anemia.
Journal of the Balkan Medical Union pun menegaskan, semakin rendah kadar hemoglobin ibu hamil, semakin besar pula persentase terjadinya persalinan prematur.
Tentunya, bayi yang lahir sebelum mencukupi usia persalinan (kurang dari usia 37 kehamilan) akan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan.
Umumnya, semakin dini bayi lahir, semakin tinggi risiko komplikasinya sehingga Moms perlu waspada.
Beberapa potensi komplikasi bayi prematur dalam jangka pendek, yaitu:
- Masalah pernapasan
- Kelainan paru-paru
- Masalah jantung
- Kelainan otak
- Masalah pada kemampuan tubuh dalam mengontrol suhu
- Gangguan pencernaan
- Masalah metabolisme
- Permasalahan pada sistem kekebalan tubuh.
Dalam jangka panjang, bayi yang lahir prematur juga lebih mungkin untuk mengalami:
- Kelumpuhan otak
- Kemampuan belajarnya terganggu
- Masalah penglihatan dan pendengaran
- Kerusakan gigi
- Masalah perilaku dan psikologis
- Potensi mengalami gangguan kesehatan kronis
4. Bayi Mengalami Anemia dan Gangguan Tumbuh Kembang
Bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil dengan Hb rendah dan anemia juga berisiko akan mengalami anemia kekurangan zat besi.
Akibatnya, bayi dengan anemia defisiensi besi dapat mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya.
Misalnya anak lebih berisiko mengalami penurunan aktivitas motorik, interaksi sosial, dan perhatian pada tugas.
Jadi, hal ini juga bisa berpengaruh pada kemampuan belajarnya kelak, Moms.
Apabila tidak ditangani dengan tepat, anemia pada anak bisa berkembang semakin kronis.
Bahkan, dapat menyebabkan gangguan perkembangan jangka panjang dan permanen.
Oleh karena itu, anemia pada anak perlu mendapatkan perawatan segera.
Salah satunya dengan memberikan suplemen zat besi yang diminum dalam bentuk cair atau pil selama minimal 3 bulan.
Untuk membantu zat besi diserap ke dalam tubuh, hindari mengonsumsi zat besi dengan antasida, susu, atau teh karena mengganggu kemampuan tubuh menyerap zat besi.
Konsumsi suplemen zat besi sebelum makan.
Anemia yang sangat parah mungkin hanya dapat diatasi dengan zat besi atau transfusi darah melalui jalur infus.
5. Meningkatkan Risiko Kematian
Risiko melahirkan normal dengan Hb rendah selanjutnya adalah kematian.
Pada kasus anemia berat, efek gagal jantung selama persalinan menjadi penyebab utama kematian.
Anemia dalam kehamilan adalah salah satu masalah medis paling umum yang dapat ditemui pada ibu hamil.
Menurut Pakistan Journal of Medical Sciences, anemia defisiensi besi menjadi salah satu penyebab utama ibu meninggal saat melahirkan.
"Kami sekarang telah menunjukkan (lewat penelitian) bahwa jika seorang perempuan mengalami anemia berat pada titik manapun dalam kehamilannya atau dalam tujuh hari setelah melahirkan, ia berisiko lebih tinggi untuk meninggal,” ujar Dr. Jahnavi Daru dari Queen Mary University of London.
Baca Juga: 5 Gejala Hipertiroid saat Hamil, Wajib Diperhatikan!
Itu dia Moms, penjelasan seputar Hb rendah pada ibu hamil.
Jangan sepelekan kondisi ini ya, Moms, karena akibatnya bisa fatal bagi ibu hamil maupun bayinya.
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30121943/https:/d.docs.live.net/7de0d9b55097f8d0/Documents/Custom%20Office%20Templates
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30522368/
- https://umbalk.org/relationship-between-anemia-and-spontaneous-preterm-birth/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4928413/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.