Hiperventilasi, Kondisi Seseorang Bernapas secara Cepat dan Berlebihan
Tubuh biasanya bernafas secara otomatis, tanpa seseorang harus memikirkannya. Rata-rata, orang mengambil sekitar 12 hingga 15 napas per menit menurut lung.org. Tapi, tidak dengan seseorang dengan hiperventilasi.
Lantas, apa yang dimaksud dengan hiperventilasi? Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Hiperventilasi?
Foto: Orami Photo Stock
Hiperventilasi adalah suatu kondisi di mana Moms atau Dads maupun Si Kecil mulai napas berlebihan. Pernapasan yang sehat terjadi dengan keseimbangan yang sehat antara menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Akan tetapi, kalian mengganggu keseimbangan ini ketika terjadi hiperventilasi dengan menghembuskan napas berlebihan daripada yang dihirup. Hal ini menyebabkan pengurangan cepat karbon dioksida dalam tubuh.
Kadar karbon dioksida yang rendah menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Pengurangan suplai darah ke otak ini menyebabkan gejala seperti pusing dan kesemutan di jari. Hiperventilasi yang parah dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Bagi sebagian orang, hiperventilasi jarang terjadi. Ini hanya terjadi sebagai respons panik sesekali terhadap ketakutan, stres, atau fobia.
Penyebab Hiperventilasi
Foto ilustrasi hiperventilasi (Sumber: Orami Photo Stock)
Hiperventilasi bukanlah penyakit. Sebaliknya, itu adalah gejala dari kondisi lain atau akibat dari tekanan emosional. Kemungkinan penyebab hiperventilasi meliputi:
1. Tekanan Emosional
Salah satu penyebab hiperventilasi adalah tekanan emosional, termasuk serangan panik, takut atau cemas. Satu studi yang dikeluarkan oleh Journal of PLOS mengungkap orang yang mengalami nafas berlebihan menemukan bahwa gejala tambahan yang paling umum adalah rasa takut.
Sekitar setengah dari orang-orang dalam penelitian ini juga memiliki kondisi kejiwaan. Beberapa dokter menyebut hiperventilasi karena emosi sebagai "sindrom hiperventilasi."
Baca Juga: Penyebab Laringomalasia, Membuat Nafas Bayi Terdengar Seperti Dengkuran
2. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dalam tubuh dapat menjadi penyebab hiperventilasi. Infeksi seperti pneumonia dapat menyebabkan pembengkakan dan penumpukan cairan di paru-paru, yang dapat menyebabkan pernapasan cepat.
3. Cedera Kepala
Otak memainkan peran penting dalam mengatur pernapasan. Jika seseorang mengalami cedera kepala, dapat menyebabkan perubahan pada laju pernapasan sehingga napas berlebihan.
Gejala tambahan dari cedera kepala termasuk sakit kepala, mual, dan kebingungan. Siapa pun dengan cedera kepala serius harus segera menemui dokter.
4. Penyakit Paru-Paru
Penyakit paru-paru tertentu, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan asma, dapat membuat pernapasan menjadi lebih sulit. Saluran udara mungkin menyempit, membuat seseorang bekerja lebih keras untuk memasukkan udara ke paru-paru, yang dapat menyebabkan napas berlebihan.
Jika penyakit paru-paru menyebabkan hiperventilasi, gejalanya mungkin juga termasuk mengi, nyeri dada, dan batuk.
Baca Juga: Sering Menarik Nafas Dalam atau Mendesah? Ini Dia Penyebabnya!
5. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes. Ini dapat terjadi jika tubuh tidak memiliki cukup insulin untuk energi dan malah membakar lemak.
Jika tubuh bergantung pada lemak terlalu lama, produk sampingan yang disebut keton dapat menumpuk di dalam tubuh. Hiperventilasi adalah salah satu gejala ketoasidosis diabetikum. Gejala lain termasuk mual, haus yang berlebihan, dan sering buang air kecil.
6. Berada di Tempat Tinggi
Ketika seseorang berada di ketinggian, tekanan udara dan tingkat oksigen menurun, yang dapat membuat pernapasan lebih sulit.
Di ketinggian, paru-paru harus bekerja lebih keras untuk memasukkan oksigen ke dalam tubuh. Pada ketinggian sekitar 8.000 kaki, tingkat oksigen yang rendah dapat menyebabkan masalah pernapasan, termasuk hiperventilasi.
Pada beberapa orang, hiperventilasi dapat dimulai pada ketinggian lebih rendah dari 8.000 kaki. Misalnya, penderita asma mungkin memiliki masalah pernapasan di ketinggian yang lebih rendah.
Baca Juga: Alami Gejala Sesak Nafas Malam Hari? 8 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Cara Mengatasi Hiperventilasi
Foto ilustrasi akupuntur untuk mengatasi hiperventilasi (Sumber: Orami Photo Stock)
Konon, jika seseorang mengeluh nyeri dada yang tidak kunjung hilang, apalagi dengan riwayat penyakit jantung, ketika napas berlebihan maka segera ke rumah sakit. Namun jika menurut Moms atau Dads hiperventilasi seseorang disebabkan oleh stres atau reaksi serupa, cara mengatasi hiperventilasi berikut ini bisa membantu:
1. Mengatur Nada Bicara
Seseorang dengan sindrom hiperventilasi mungkin memiliki gangguan kecemasan yang menyebabkan perilaku tidak menentu atau berbahaya. Kebanyakan, mereka hanya takut. Gunakan suara dan sikap yang datar untuk berbicara kepada pasien. Jika Moms atau Dads tenang, orang yang mengalami napas berlebihan akan lebih mudah merasa tenang juga.
Dilansir dari John Hopkins Medicine, jaminan dari teman atau anggota keluarga dapat membantu merilekskan pernapasan Anda. Kata-kata seperti "Anda baik-baik saja," "Anda tidak mengalami serangan jantung" dan "Anda tidak akan mati" sangat membantu. Sangatlah penting bahwa orang yang membantu Moms atau Dads tetap tenang dan menyampaikan pesan-pesan ini dengan nada lembut dan santai.
2. Cari Gejala Tertentu
Lakukan yang terbaik untuk menentukan apakah orang tersebut benar-benar menderita sindrom hiperventilasi. Ada banyak penyebab sesak napas yang bisa menimbulkan pola pernapasan yang mirip. Beberapa gejala umum sindrom hiperventilasi meliputi:
- Mati rasa dan kesemutan di jari dan bibir
- Kejang di tangan dan kaki
- Peningkatan denyut jantung
- Mulut kering
Jika Moms atau Dads ragu apakah seseorang mengalami keadaan darurat medis atau tidak, berhati-hatilah dan hubungi rumah sakit.
Baca Juga: Waspadai 5+ Bahaya Alkohol untuk Pernapasan dan Tubuh!
3. Pandu Pernapasan
Jika Moms atau Dads pernah mengalami napas berlebihan sebelumnya, ia mungkin mengetahui beberapa strategi relaksasi untuk membantu mencapai ketenangan dan memulihkan pola pernapasan normal, seperti imajinasi terpandu dan latihan pernapasan dalam.
Untuk bagian yang membantu, kalian dapat mendorong orang tersebut untuk bernapas perlahan dan dalam. Salah satu triknya mintalah individu tersebut untuk menahan napasnya selama mungkin, lalu hembuskan dan tahan napas lagi. Ulangi latihan ini bersama-sama sampai pasien mulai merasa kurang cemas.
Berikut adalah beberapa latihan pernapasan yang lebih mudah untuk mencoba mengurangi stres dan mengembalikan kontrol napas yang tepat:
- Pernapasan lubang hidung alternatif
- Pernapasan yang dihitung
- Pernapasan diafragma yang penuh perhatian
- Visualisasi pernapasan
Untuk meningkatkan karbon dioksida, Moms atau Dads perlu mengambil lebih sedikit oksigen. Untuk melakukannya, Kalian dapat bernapas melalui bibir yang mengerucut seolah-olah Anda sedang meniup lilin atau dapat menutup mulut dan satu lubang hidung, bernapas melalui lubang hidung yang lain.
4. Hindari Trik "Kantong Kertas"
Jangan pernah mendesak seseorang untuk bernapas ke dalam kantong kertas. Meskipun pernah dianggap bahwa menghirup kembali udara yang dihembuskan dapat membantu memulihkan karbon dioksida yang hilang, tidak ada bukti bahwa itu benar-benar berfungsi dalam kasus sindrom hiperventilasi. Faktanya, itu dapat menyebabkan kadar oksigen yang sangat rendah menurut studi yang dikeluarkan oleh Biofeedback.
Baca Juga: Takipnea, Kondisi saat Pernapasan Cepat dan Dangkal
5. Akupuntur
Akupunktur juga dapat menjadi pengobatan yang efektif sebagai cara mengatasi hiperventilasi. Akupunktur adalah pengobatan alternatif berdasarkan pengobatan Tiongkok kuno. Ini melibatkan menempatkan jarum tipis ke area tubuh untuk mempromosikan penyembuhan. Satu studi pendahuluan menemukan bahwa akupunktur membantu mengurangi kecemasan dan keparahan hiperventilasi.
6. Ketahui Kapan Harus Mengunjungi Dokter
Jika Moms atau Dads mengalami kesulitan mengelola gejala hiperventilasi, kalian dapat mendorong mereka untuk mengunjungi dokter yang dapat mengevaluasi kembali rencana perawatan mereka secara keseluruhan, yang mungkin mencakup kombinasi terapi kognitif, teknik pengurangan stres, dan pengobatan (ansiolitik, antidepresan, litium).
Ingatlah untuk tetap tenang jika mengalami salah satu gejala hiperventilasi. Cobalah metode pernapasan di rumah untuk mengembalikan pernapasan ke jalurnya, dan pastikan untuk menemui dokter Anda.
Hiperventilasi dapat diobati, tetapi Moms atau Dads mungkin memiliki masalah mendasar. Dokter dapat membantu menemukan akar masalahnya dan menemukan perawatan yang tepat untuk napas berlebihan yang kalian rasakan.
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hyperventilation
- https://emedicine.medscape.com/article/807277-medication
- https://www.verywellhealth.com/how-to-treat-hyperventilation-syndrome-1298890
- https://medlineplus.gov/ency/article/003071.htm
- https://meridian.allenpress.com/biofeedback/article-abstract/40/4/137/113272/Pulse-Oximetry-and-Breathing-Training1?redirectedFrom=fulltext
- https://www.healthline.com/health/hyperventilation#prevention
- https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1755-5949.2011.00254.x
- https://www.webmd.com/lung/lung-hyperventilation-what-to-do
- https://www.uofmhealth.org/health-library/hypvn
- https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0129562
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/323607#treatment
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.