Kebiasaan Menggigit Kuku Berhubungan dengan Kesehatan Mental, Ini Penjelasannya!
Sebagian besar orang menganggap menggigit kuku merupakan kebiasaan buruk. Tetapi, baru-baru ini psikiater mengategorikan kebiasaan menggigit kuku sebagai bentuk masalah kesehatan mental.
Dikutip dari NPR.org, American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), menglasifikasikan kebiasaan menggigit kuku sebagai gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Kebiasaan menggigit kuku memang tidak berbahaya, tetapi bisa membahayakan kesehatan seseorang. Selain itu, kebiasaan menggigit kuku juga bisa menyebabkan infeksi kulit, meningkatkan risiko masuk angin dan infeksi lainnya akibat kuman kuku.
Gangguan kompulsif obsesif atau OCD ini termasuk gangguan kecemasan. Banyak orang yang menderita OCD terganggu oleh kebiasaan, pikiran dan ketakutan yang sulit dikendalikan.
Kemudian, seseorang dengan kondisi ini butuh melakukan ritual atau rutinitas tertentu sebagai sarana untuk menjaga ketenangan seseorang atau situasi tersebut.
Baca Juga: Apakah Anak yang Menderita OCD Bisa Sembuh Saat Dewasa?
Kebiasaan Menggigit Kuku
Foto: pexels.com
Melansir dari Case Report in Dentistry, kebiasaan menggigit kuku juga bisa disebut onychophagia yang sering menyebabkan kerusakan pada kuku. Gejalanya bersifat psikologis dan fisik.
Orang yang memiliki kebiasaan onychophagia kronis biasanya juga mengalami gejala lain seperti:
- Perasaan gelisah atau tegang sebelum menggigit
- Perasaan lega atau kesenangan setelah menggigit
- Perasaan malu dan bersalah sering dikaitkan dengan penampilan kerusakan fisik pada kulit dan kuku yang disebabkan oleh gigitan
- Kerusakan jaringan pada jari, kuku dan kutikula
- Cedera mulut, masalah gigi, abses dan infeksi
Kebiasaan menggigit kuku biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, yang paling umum terjadi selama masa remaja dan bisa berlanjut hingga dewasa.
Pada beberapa orang, onychophagia atau kebiasaan menggigit kuku mungkin ada hubungan dengan genetik. Selain itu, tingkat gangguan mood dan gangguan kecemasan yang lebih tinggi juga membuat mereka cenderung memiliki kebiasaan ini.
Kebiasaan menggigit kuku juga sering dikaitkan dengan kecemasan, karena kebiasaan ini dianggap bisa mengurangi stres, ketegangan dan kebosanan.
Sementara itu, menggigit kuku yang terjadi tanpa gejala kondisi kejiwaan lain bisa dikaitkan dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), oppositional defiant disorder, separation anxiety, enuresis, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Baca Juga: Cek! 5 Kondisi Kuku yang Menunjukkan Ada Penyakit di Tubuh
Perawatan Mengatasi Kebiasaan Menggigit Kuku
Foto: pexels.com
Adapun cara kuno untuk mengatasi kebiasaan menggigit kuku, seperti mengoleskan produk atau sesuatu yang pahit pada kuku. Cara ini bisa membantu seseorang agar tidak suka menggigit kuku.
Selain itu, Moms juga bisa menggunakan cara lain untuk menghalangi kontak antara mulut dengan kuku, seperti memakai sarung tangan atau perangkat yang menahan gigitan.
Dalam kondisi yang lebih parah, perawatannya fokus pada mengurangi atau menghilangkan faktor emosional yang terkait dengan menggigit kuku.
Perawatan ini termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dengan pelatihan pembalikan kebiasaan dan relaksasi otot progresif atau terapi penerimaan komitmen (ACT) dengan teknik yang dikenal sebagai decoupling gerakan.
Baca Juga: Cara Memotong Kuku Bayi yang Benar Agar Tak Melukai Jarinya
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.