23 Agustus 2023

Moms, Hindari Ekspektasi Pernikahan yang Tidak Realistis Ini

Ekspektasi dalam pernikahan yang tinggi bisa menimbulkan masalah!

Sebelum menikah dan hidup bersama, nyatanya kedua belah pihak pasti punya ekspektasi pernikahan yang cukup tinggi.

Namun sayangnya, pada kenyataannya pernikahan tidak selamanya lancar.

Sebuah hubungan bisa berjalan dengan lancar apabila kedua belah pihak bisa saling memahami, toleransi, dan bisa berkomunikasi dengan baik.

Nah, terkadang salah satu hal yang bisa memecah belah hubungan ialah ekspektasi pernikahan yang tidak realistis antara Moms dan Dads.

Tingginya ekspektasi pernikahan ini cukup punya dampak buruk.

Karena selain akan sering kecewa, Moms pun akan sering membandingkan pasangan dengan orang lain.

Baca Juga: Agar Pernikahan Langgeng, Ikuti 5 Tips Komunikasi dengan Pasangan Seperti Ini

Berbagai Ekspektasi Pernikahan yang Tidak Realistis

Lantas, seperti apa saja ekspektasi pernikahan yang tidak realistis? Ini beberapa contohnya:

1. Berharap Selalu Bersama 24/7

Pasangan Suami Istri
Foto: Pasangan Suami Istri (Orami Photo Stock)

Menurut dr. Chloe Carmichael, PhD, terapis hubungan di New York City dan penulis Dr Chloe’s 10 Commandments of Dating, hubungan cenderung berhasil apabila kedua belah pihak bisa mempertahankan tingkat kemandirian dan kehidupan pribadi masing-masing.

Hal ini menciptakan jarak yang sehat sehingga melahirkan keinginan untuk selalu berdekatan.

Moms harus bisa memiliki keinginan untuk punya teman dan kehidupan sendiri di luar hubungan dan juga mendorong Dads untuk sama-sama melakukannya.

Namun, apabila Moms dan Dads memang tidak suka bergaul dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama 24 jam, hal itu tidak masalah.

Namun, pastikan Moms dan Dads berada di pemahaman yang sama, sehingga ke depannya tidak menimbulkan masalah apabila mau memiliki me time.

2. Berharap Pasangan Meminta Maaf Lebih Dulu

Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)
Foto: Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)

Ekspektasi pernikahan ini merupakan masalah besar menurut dr. Chloe.

Pasalnya, jika kebiasaan ini sudah terbentuk seiring berjalannya waktu, maka lama kelamaan akan menjadi pola dalam suatu hubungan.

Terkadang dalam pernikahan, satu pihak jadi terbiasa dengan pihak lain yang selalu mengalah lebih dulu.

Lama-lama pihak ini akan jadi terbiasa, selalu merajuk, dan percaya bahwa pasangannya akan selalu datang, tidak peduli bagaimana mereka bertindak atau apa akar permasalahannya.

Padahal, nyatanya tidak ada jaminan bahwa pasangan yang mengalah tersebut akan selalu ada di sisi Moms atau Dads selamanya.

Jadi, hindari ekspektasi pernikahan yang satu ini dan mulailah minta maaf apabila bersalah.

Baca Juga: 10+ Benda yang Jadi Inspirasi Hantaran Pernikahan

3. Berharap Pasangan Tidak Memiliki Teman Lawan Jenis

Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)
Foto: Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)

Ini juga menjadi salah satu ekspektasi pernikahan yang harus Moms akhiri.

Memang banyak orang yang tidak nyaman apabila pasangannya punya teman dekat lawan jenis.

Meskipun Moms dan Dads saling mempercayai satu sama lain, tetapi perasaan kurang nyaman ini hadir karena sifat alami manusia dan hal tersebut wajar.

“Tetapi melarang seseorang untuk tidak berteman dengan lawan jenis, itu tidak sepenuhnya adil, terutama jika mereka sudah membuktikan pada Anda bahwa Anda tidak punya alasan kuat untuk cemburu,” ujar dr. Chloe.

Pasangan yang saling menghargai dan mencintai akan menghormati satu sama lain.

Sehingga meskipun ada kesempatan dalam banyak waktu, jika ia memang menghargai pasangannya, perselingkuhan tidak akan terjadi, Moms.


4. Berharap Pasangan Selalu Tahu Isi Pikiran Kita

Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)
Foto: Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)

Percaya bahwa Moms dan Dads saling mengerti satu sama lain sehingga bisa memahami dan mengantisipasi kebutuhan satu sama lain adalah salah satu tanda hubungan yang kuat.

Tetapi, ketika berharap Dads harus selalu tahu pikiran Moms, inilah ekspektasi pernikahan yang harus Moms akhiri karena terbukti tidak baik.

"Berekspektasi pasangan untuk membaca pikiran akan menyebabkan miskomunikasi dan kebingungan. Penting untuk mengekpresikan diri secara jelas dan membiarkan pasangan tahu apa yang Anda pikirkan serta rasakan," papar life coach, Crystie Lim, dilansir dari Lifehack.

"Sadari bahwa pasangan bukanlah orang yang sama dengan Anda. Kunci untuk hubungan yang bahagia dan sehat adalah komunikasi yang baik," tambahnya.

Baca Juga: Kesepian Menyebabkan Kematian? Begini Penjelasan dari Ahli

5. Berharap Pasangan Berpenampilan Sempurna

Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)
Foto: Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)

Apabila minat Moms dan Dads hanya terletak pada penampilan pasangan saja, Moms dan Dads akan benar-benar kecewa.

Sebab, penampilan seiring waktu akan memudar.

Berharap pasangan bisa mengurus diri dengan baik itu lain soal dengan berharap pasangan Moms bisa mirip Liam Hemsworth atau Katie Holmes.

6. Berubah Untukmu

Pasangan Bertengkar
Foto: Pasangan Bertengkar (Orami Photo Stock)

Jika ingin memiliki ikatan pernikahan yang bahagia, Moms juga harus membuang jauh ekspektasi pernikahan satu ini.

Pernikahan membutuhkan banyak kesabaran dan ketahanan.

Terutama ketika Moms menikah dengan pria yang memiliki nilai yang sama sekali berbeda dan mulai berharap bisa mengubahnya.

Sayangnya, ketika dua kebiasaan dan kepribadian yang berbeda hidup bersama, hal itu memperlihatkan sisi baik dan buruk dari masing-masing orang.

Mencoba mengubah suami sama sulitnya dengan mencoba mengubah diri sendiri.

Ini adalah proses yang tidak mustahil tetapi mungkin sulit untuk dicapai.

Saat Moms berhenti mengharapkan suami berubah, Moms akan mulai berfokus pada hal-hal positif daripada hal-hal negatif.

Baca Juga: 10+ Cara Mengatasi Suami Selingkuh dan Berbohong, Yuk Simak!

Cara Menghilangkan Ekspektasi Pernikahan

Pasangan Bermesraan
Foto: Pasangan Bermesraan (Freepik.com/pressfoto)

Jika Moms siap mempelajari cara melepaskan ekspektasi pernikahan, maka Moms telah membuat langkah penting pertama ke arah yang lebih baik.

Nah, berikut cara untuk menghilangkan ekspektasi pernikahan dan menerima suami apa adanya:

1 . Sampaikan dengan Jelas Hal yang Moms Inginkan

Daripada terjebak dalam ekspektasi pernikahan yang tingi, coba identifikasi sendiri hal yang Moms inginkan dari pasangan.

Mungkin Moms sedang ingin kencan malam agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu berduaan dengan pasangan.

Tapi, jika pergi keluar mungkin bukan pilihan, Moms bisa melihat pilihan lain.

Setelah Moms mengetahui apa yang diinginkan, Moms dapat melanjutkan ke langkah berikutnya dan memberitahukannya kepada pasangan.

Ingat, pasangan tidak bisa membaca pikiran Moms. Masalah dengan ekspektasi pernikahan muncul saat Moms mengharapkan mereka mengetahui apa yang Moms inginkan.

Jadi, terbukalah tentang apa yang Moms inginkan dan alasannya.


2. Milikilah Sedikit Keyakinan

Seiring berjalannya waktu, Moms dan Dads tetap harusmemercayai satu sama lain agar hubungan tetap langgeng. Jadi, milikilah sedikit keyakinan!

Kalian sudah sejauh ini bersama, kan? Ambil tangan pasangan dan lakukan saja.

Saat kalian berdua menghadapi situasi, tempat, usaha, atau apa pun yang baru, cobalah untuk fokus pada fakta bahwa kalian berdua mengalaminya bersama.

Milikilah sikap bahwa “apapun yang akan terjadi, terjadilah.”

Tentu saja, ini akan membuat Moms siap menghadapi hal yang terburuk dan terhindar dari ekspektasi pernikahan yang terlalu tinggi.

3. Fokus pada Hari Ini

Ketika Moms terlalu sibuk mencari tahu apa yang akan terjadi besok, Moms kehilangan hal-hal menakjubkan yang dapat terjadi di sini dan saat ini.

Mungkin Moms gugup karena suami akan pergi untuk perjalanan bisnis yang panjang.

Alih-alih memikirkan semua harapan tentang bagaimana Moms akan mengucapkan selamat tinggal dan kapan harus menelepon satu sama lain, fokuslah pada hari ini.

Moms masih bersama sekarang, jadi manfaatkan sebaik-baiknya.

Jangan biarkan ekspektasi pernikahan merusak kebahagiaan yang bisa Moms miliki sekarang.

4 . Ambil Kendali atas Kebahagiaan Sendiri

Banyak orang menjalin hubungan dengan harapan pasangannya akan membuat mereka bahagia.

Namun, ini adalah ekspektasi pernikahan yang tidak realistis.

Bergantung pada pasangan untuk kebahagiaan Moms sendiri adalah salah satu contoh ekspektasi yang terlalu tinggi.

Kebahagiaan Moms harus datang dari dalam, bukan dari pasangan.

Alih-alih mengandalkan pasangan untuk kebahagiaan, fokuslah untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup sendiri.

Geluti hobi dan minat, habiskan waktu bersama teman dan keluarga, dan jaga diri sendiri sebaik mungkin.

5. Jangan Terburu-buru

Sangat mudah untuk terjebak dalam kegembiraan suatu hubungan ketika itu baru dimulai.

Nah, meski Moms sudah membayangkan banyak hal untuk dilakukan bersama, penting untuk dicatat bahwa hubungan akan lebih matang jika dibiarkan berjalan dengan sendirinya.

Berikan waktu agar segala sesuatunya jatuh pada tempatnya dan masuk akal.

Terburu-buru dalam setiap aspek dalam suatu hubungan atau pernikahan hanya akan memperumit masalah bagi kalian berdua.

Memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dalam suatu hubungan hanya akan menimbulkan kebencian nantinya.

Baca Juga: 3 Hal Terlarang dalam Pertengkaran Rumah Tangga Menurut Islam, Catat!

Moms, itulah ekspektasi dalam hubungan pernikahan yang tidak realistis dan cara untuk menghilangkannya.

Mudah-mudahan Moms dan Dads bisa menyadari hal tersebut ya, sehingga bisa terhindar dari masalah-masalah besar yang akan timbul apabila kebiasaan ini tidak diperbaiki.

  • https://www.marriage.com/advice/therapy/5-ways-to-stop-the-expectations-trap/
  • https://amomseverydayjourney.com/2021/07/18/when-i-stopped-expecting-so-much-from-my-husband/
  • https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/relationships/love-sex/things-you-shouldnt-expect-from-your-husband/photostory/89386268.cms?picid=89386281

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.