Melahirkan dengan Induksi Persalinan, Apa Aman bagi Janin?
Moms pasti sering mendengar tentang induksi persalinan. Induksi memang digunakan untuk mempercepat kelahiran.
Namun, hal ini tidak bisa sembarang dilakukan karena induksi tidak dapat dilakukan oleh semua ibu hamil.
Induksi persalinan hanya boleh dilakukan bila ada indikasi khusus yang mengganggu proses normal kehamilan.
Jika Moms sedang hamil, penting memahami mengapa dan bagaimana induksi persalinan dilakukan sehingga Moms dapat mempersiapkan diri.
Ternyata metode ini juga memiliki syarat serta risikonya, lho Moms. Yuk kita simak penjelasannya di bawah ini.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Sekolah Internasional di Jakarta yang Terbaik
Pengertian Induksi
Induksi adalah stimulasi kontraksi rahim selama kehamilan sebelum persalinan dimulai dengan sendirinya untuk mencapai kelahiran pervaginam.
Dokter biasanya merekomendasikan induksi persalinan karena berbagai alasan, terutama jika ada kekhawatiran terhadap kesehatan ibu atau kesehatan bayi.
Salah satu faktor terpenting dalam memprediksi kemungkinan keberhasilan metode ini adalah seberapa lunak dan distensi serviks (pematangan serviks).
Dalam beberapa kasus, metode ini dilakukan untuk alasan nonmedis, seperti tinggal jauh dari rumah sakit.
Ini disebut induksi elektif. Induksi elektif tidak boleh terjadi sebelum 39 minggu kehamilan.
Baca Juga: Pengganti Jamur Enoki, Ini 12 Jenis Jamur yang Bisa Dimakan
Syarat Induksi
Untuk menentukan Moms perlu melakukan induksi persalinan atau tidak, dokter akan mengevaluasi beberapa faktor.
Dokter akan mengecek kesehatan Moms, kesehatan bayi di dalam kandungan, usia kehamilan, berat, posisi bayi, dan status serviks Moms.
Berikut ini syarat induksi persalinan yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Usia Kehamilan
Syarat melakukan metode ini yang pertama adalah usia kehamilan melewati 1 hingga 2 minggu dari perkiraan. Pada umumnya, waktu perkiraan kelahiran bayi berada di antara usia kehamilan 38–42 minggu.
Melansir An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, induksi dilakukan ketika usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu. Usia kehamilan tersebut memiliki beragam risiko, seperti bayi lahir dalam keadaan meninggal.
Dokter biasanya langsung merekomendasikan ibu hamil untuk melakukan metode ini dengan infus prostaglandi atau oksitosin vagina demi keselamatan ibu dan janin.
2. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban setiap saat sebelum persalinan dimulai. Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul kontraksi.
Jika tidak ada kontraksi dalam waktu 6 sampai 12 jam, hal itu meningkatkan risiko masalah seperti:
- Infeksi intra-amniotik (infeksi selaput yang mengandung janin) dan infeksi pada janin
- Janin berada dalam posisi abnormal
- Pelepasan dini plasenta (plasenta abruption)
- Infeksi rahim dapat menyebabkan demam, keputihan yang berat atau berbau busuk, atau sakit perut.
3. Tekanan Darah Tinggi
Dokter akan merekomendasikan melakukan metode ini, jika Moms memiliki kompilasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi selama kehamilan meningkatkan risiko preeklamsia, kelahiran prematur, solusio plasenta, dan kelahiran sesar.
Baca Juga: Obat Kontrasepsi Microgynon: Fungsi, Dosis, dan Efek Sampingnya
4. Memiliki Infeksi Rahim
Chorioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terjadi sebelum atau selama persalinan. Kondisi tersebut terjadi ketika bakteri menginfeksi korion, amnion, dan cairan ketuban di sekitar janin.
Melansir Clinics in Perinatology, induksi menjadi pilihan bagi ibu hamil yang memiliki chorioamnionitis.
Sebab, metode tersebut bisa menghindari risiko kesehatan bayi, seperti terlahir dalam keadaan meninggal, prematur, sepsis neonatal, penyakit paru-paru kronis, cedera otak yang menyebabkan cerebral palsy, dan cacat perkembangan saraf lainnya.
5. Janin Berhenti Berkembang
Pembatasan pertumbuhan janin pada akhir kehamilan dikaitkan dengan peningkatan morbiditas perinatal seperti:
- Gawat janin
- Hipoglikemia
- Kejang
- Masalah perilaku
- Palsi serebral
- Penyakit kardiovaskular
- Kematian perinatal.
Dokter kandungan sering menginduksi persalinan dalam kasus hambatan pertumbuhan intrauterin karena takut janin prematur dan kemudian lahir meninggal.
6. Jumlah Air Ketuban Tidak Cukup
Cairan ketuban sangat penting. Ini membantu janin berkembang dengan baik. Tidak memiliki cukup cairan ketuban adalah suatu kondisi yang disebut sebagai oligohidramnion.
Salah satu penyebab potensial adalah kebocoran cairan ketuban yang terus menerus karena selaput ketuban telah pecah.
Baca Juga: Pendarahan Saat Hamil, Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya
Jika air ketuban tidak cukup beragam nutrisi, hormon, dan sel yang berfungsi untuk mendukung perkembangan janin.
7. Plasenta Terlepas
Plasenta adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan. Solusio plasenta terjadi ketika plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum kelahiran.
Solusio plasenta dapat membuat bayi kekurangan oksigen dan nutrisi dan menyebabkan pendarahan hebat pada ibu. Dalam beberapa kasus, induksi persalinan diperlukan.
8. Obesitas
Obesitas pada ibu hamil dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi terkait kehamilan untuk ibu dan bayi.
Hal ini dikaitkan dengan peningkatan kebutuhan untuk induksi persalinan, maupun tingkat operasi caesar yang lebih tinggi.
Baca Juga: Upacara Ngaben, Tradisi Ritual 'Pembakaran' Jenazah di Bali
Metode Induksi Persalinan
Jika Moms membutuhkan induksi, dokter atau perawat biasanya melakukan beberapa metode sebagai berikut.
1. Pematangan Serviks
Umumnya serviks akan terbuka dengan sendirinya setelah Moms siap untuk melahirkan.
Namun, jika serviks tidak menunjukkan tanda-tanda dilatasi dan penipisan (pelunakan, pembukaan, penipisan) untuk memungkinkan bayi keluar dari rahim dan memasuki jalan lahir, dokter akan melakukan pematangan.
Dokter akan menerapkan bentuk topikal dari hormon prostaglandin (baik gel atau supositoria vagina) ke leher rahim. Serviks Moms akan diperiksa setelah beberapa jam.
Seringkali cara ini akan cukup untuk memulai persalinan dan kontraksi. Namun, jika prostaglandin melakukan tugasnya untuk mematangkan serviks tetapi kontraksi belum dimulai, prosesnya berlanjut ke langkah-langkah berikut.
2. Pengupasan Membran
Jika kantong air (kantung ketuban) masih utuh, dokter mungkin memulai persalinan dengan menggesekkan jarinya melintasi selaput halus yang menghubungkan kantung ketuban.
Hal ini menyebabkan rahim melepaskan prostaglandin, sama seperti jika persalinan dimulai secara alami yang pada gilirannya akan menyebabkan serviks melunak dan kontraksi dimulai.
Proses ini tidak selalu bebas rasa sakit, dan meskipun tidak dimaksudkan untuk memecah air ketuban.
3. Pecahnya Membran
Jika serviks sudah mulai melebar dan menipis dengan sendirinya tetapi air ketuban belum pecah, dokter akan memulai kontraksi dengan memecahkan selaput secara artifisial.
Dengan kata lain, dokter akan memecahkan kantong air yang mengelilingi bayi secara manual menggunakan alat yang terlihat, seperti kait rajutan panjang dengan ujung yang tajam.
Mungkin terasa tidak nyaman, tetapi seharusnya tidak menyakitkan.
4. Pitosin
Jika baik gel prostaglandin maupun pengelupasan atau pecahnya membran tidak menyebabkan kontraksi teratur dalam beberapa jam, dokter akan perlahan-lahan memberi Moms obat Pitocin (bentuk sintetis dari hormon oksitosin yang terjadi secara alami) melalui infus untuk menambah kontraksi.
Ketika Pitocin digunakan, kontraksi yang biasanya dimulai sekitar 30 menit kemudian akan lebih kuat, lebih teratur dan lebih sering daripada yang dimulai secara alami.
Baca Juga: Kupas Tuntas Soal Malnutrisi pada Anak, dari Gejala hingga Cara Mencegahnya
Hal yang Bisa Dilakukan saat Proses Induksi
Waktu induksi tidak bisa diperkirakan, ada yang sebentar, ada pula yang memerlukan waktu yang lama.
Bagi Moms yang mungkin harus menjalani proses induksi lama, pasti bosan dong jika tidak ada kegiatan yang dilakukan.
Agar Moms tidak bosan, beberapa cara di bawah ini bisa ditiru. Apa saja? Yuk Moms disimak.
1. Menonton Film Favorit
Menjelang persalinan apalagi kelahiran anak pertama, biasa orang tua akan menjadi sedikit panik dan khawatir.
Apalagi jika tidak ada tanda persalinan meskipun sudah diinduksi.
Nah agar Moms bisa lebih tenang dan tidak khawatir lagi, menonton film favorit sambil melakukan proses induksi adalah salah satu kegiatan seru yang bisa dilakukan.
Agar lebih seru, jangan lupa ajak Dads nonton bersama juga. Pasti proses induksi hingga melahirkan akan berjalan dengan tenang dan lancar.
2. Jalan-jalan di Sekitar Rumah Sakit
Kegiatan seru sambil menunggu proses induksi selanjutnya adalah berjalan-jalan di sekitar rumah sakit.
Baca Juga: Meski Memiliki Manfaat, Simak 5 Bahaya Water Birth
Selain seru, cara ini juga bisa membantu mempercepat pembukaan persalinan lho Moms.
Tidak perlu terlalu lama. Cukup luangkan waktu 15-30 menit saja untuk jalan-jalan sebentar.
Ajak Dads sekalian untuk menjaga Moms kalau-kalau ada keadaan darurat ya.
3. Mengonsumsi Makanan Favorit
Nah, selanjutnya daripada hanya bengong saja tanpa aktivitas yang berarti selama menjalani proses induksi, mengonsumsi makanan favorit Moms pasti akan menyenangkan.
Cobalah minta tolong pada Dads untuk membelikan makanan favorit Moms.
Selain membuat Moms bahagia, cara ini akan memberikan energi saat persalinan nanti.
4. Olahraga Ringan
Olahraga ringan juga bisa Moms lakukan sambil menunggu pembukaan untuk proses persalinan.
Bahkan bisa dibilang cara ini sangat disarankan untuk para Moms.
Lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki, naik turun tangga, atau jongkok dan berdiri sesekali.
“Olahraga seperti berjalan kaki, jogging, atau menuruni tangga dapat membantu bayi turun ke panggul bawah karena efek gravitasi,” ungkap Dr. Lynn Simpson, dokter kandungan di New York.
Baca Juga: Hukum Adopsi Boneka Arwah atau Spirit Doll dalam Islam, Umat Muslim Wajib Tahu!
Risiko Induksi
Induksi persalinan sama seperti tindakan medis lainnya, yaitu memiliki risiko. Dengan beberapa metode, rahim dapat dirangsang secara berlebihan, menyebabkannya berkontraksi terlalu sering.
Terlalu banyak kontraksi dapat menyebabkan beberapa risiko jika menjalani intervensi medis ini, seperti:
- Induksi gagal
Sekitar 75 persen ibu yang baru pertama kali diinduksi akan berhasil melahirkan pervaginam.
Ini berarti bahwa sekitar 25 persen dari wanita ini, yang sering memulai dengan serviks yang belum matang, mungkin memerlukan operasi caesar. Dokter akan mendikusikan perlunya operasi caesar.
- Detak jantung rendah
Obat-obatan yang digunakan untuk menginduksi persalinan oksitosin atau prostaglandin, dapat menyebabkan kontraksi abnormal atau berlebihan, yang dapat mengurangi suplai oksigen bayi di dalam rahim dan menurunkan detak jantung bayi.
- Infeksi
Beberapa metode ini, seperti memecahkan selaput ketuban dapat meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan bayi di dalam rahim.
- Ruptur uteri
Ini adalah komplikasi yang jarang namun serius di mana rahim dirobek sepanjang garis bekas luka dari operasi caesar sebelumnya atau operasi rahim besar.
Operasi caesar darurat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Rahim Moms mungkin perlu diangkat.
- Perdarahan setelah melahirkan
Induksi persalinan meningkatkan risiko otot rahim Moms tidak akan berkontraksi dengan baik setelah melahirkan (atonia uteri), yang dapat menyebabkan pendarahan serius setelah melahirkan.
Baca Juga: 5 Resep Roti Sobek Lembut ala Bakery, Inspirasi untuk Modal Bisnis
Melakukan induksi persalinan adalah keputusan yang serius. Moms dapat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk membuat pilihan terbaik ya!
- https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1471-0528.1997.tb12022.x#:~:text=In%20cases%20where%20the%20pregnancy,42%20weeks%20(294%20days).
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3008318/
- https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/labor-and-delivery/in-depth/inducing-labor/art-20047557
- https://www.acog.org/womens-health/faqs/labor-induction
- https://www.healthline.com/health/pregnancy/inducing-labor
- https://www.healthline.com/health/pregnancy/how-to-prepare-for-labor-induction
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.