5 Jenis Aritmia pada Anak, Ternyata Gejalanya Tidak Selalu Terlihat
Aritmia pada anak adalah kondisi irama detak jantung abnormal, di mana tubuh anak mengirimkan sinyal elektrik abnormal karena berbagai sebab.
Irama detak jantung abnormal bisa terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia), atau tidak teratur.
Saat irama detak jantung tidak normal, jantung tidak bisa memompa cukup darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh.
Itu artinya otak, paru-paru, dan organ vital lain bisa tidak berfungsi dengan baik atau rusak karena tidak mendapatkan cukup darah.
Namun, di antara berbagai jenis aritimia yang umum dialami oleh anak, beberapa di antaranya masih termasuk normal dan tidak berbahaya.
Jenis Aritmia pada Anak
Supaya lebih jelas, silakan simak dulu penjelasan tentang berbagai jenis aritmia pada anak berikut ini ya, Moms.
1. Takikardi Supraventrikular
Foto: parenting.firstcry.com
Menurut American Heart Association, takikardi supraventrikular (SVT) adalah jenis aritmia pada anak yang paling sering ditemui.
Kondisi ini terjadi akibat sinyal elektrik abnormal dari ruang atas jantung (atria), sehingga mengganggu sinyal yang datang dari sinoatria.
Gangguan sinyal elektrik ini membuat jantung anak berdetak lebih cepat dari normal.
Anak yang mengalami SVT mungkin akan menunjukkan gejala seperti jantung berdebar keras dan kencang, detak jantung menjadi lebih cepat secara mendadak dan acak, nyeri dada, dan pusing.
Baca Juga: Gejala dan Penyebab Aritmia pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu!
2. Sindrom QT Panjang
Foto: mydr.com.au
Jenis aritmia pada anak ini juga terjadi akibat gangguan sistem kelistrikan di jantung, di mana ventrikel jantung membutuhkan waktu lebih lama untuk membuka dan menutup.
Sindrom QT panjang (LQTS) bisa dialami oleh anak sehat karena faktor keturunan, tapi bisa juga terjadi sebagai efek samping dari konsumsi obat tertentu.
Seperti dijelaskan dalam laman Boston Children’s Hospital, LQTS seringkali terjadi tanpa gejala.
Namun, bisa juga disertai dengan gejala seperti palpitasi atau detak jantung cepat, pingsan setelah melakukan aktivitas fisik berat atau mengalami tekanan emosional, kejang, dan serangan jantung.
3. Kontraksi Prematur
Foto: clevelandclinic.org
Kontraksi prematur atau berlebih juga bisa membuat detak jantung anak tidak teratur, dan bisa dimulai dari ruang jantung (atria) ataupun ventrikel.
Saat terjadi kontraksi prematur di salah satu ruang jantung, akan terjadi jeda yang membuat detak jantung selanjutnya menjadi lebih kuat. Kondisi ini biasanya menimbulkan sensasi jantung berdebar (skip a beat) atau berdesir.
Kontraksi prematur biasanya terjadi tanpa sebab dan hilang sendiri tanpa perlu ditangani secara khusus, tapi pada beberapa kasus juga bisa disebabkan oleh penyakit atau cidera pada jantung.
Baca Juga: Bisakah Aritmia Jantung Disembuhkan?
4. Takikardia Sinus
Foto: webmd.com
Menurut sebuah studi yang dilansir oleh National Institutes of Health, jenis aritmia pada anak ini termasuk normal dan cukup sering ditemui.
Pada sebagian besar kasus, takikardia sinus terjadi saat anak sedang demam, merasa bersemangat, atau berolahraga, tapi bisa juga disebabkan oleh meningkatnya aktivitas tiroid atau anemia.
Umumnya takikardia sinus ditandai dengan gejala palpitasi, kelelahan, dan pingsan., kondisi ini biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah penyebabnya ditangani dengan baik.
5. Sindrom Wolff-Parkinson-White
Foto: clevelandclinic.org
Ini adalah jenis aritmia anak yang disebabkan oleh malfungsi jalur kelistrikan antara atria dan ventrikel, sehingga sinyal elektrik mencapai ventrikel terlalu cepat dan kemudian “dipantulkan” kembali ke atria, sehingga jantung jadi berdetak terlalu cepat.
Sekitar 15% anak penderita sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW) memiliki masalah jantung lain, di mana anomali Ebstein atau malformasi jantung kongenital adalah yang paling umum.
Sekitar 50% kasus WPW pada anak akan membaik dengan sendirinya, tapi pada beberapa kasus juga bisa memicu terjadinya serangan jantung mendadak.
Aritmia pada anak seringkali luput dari perhatian, karena Si Kecil mungkin kesulitan menggambarkan dengan tepat kondisi tidak biasa yang dirasakan tubuhnya.
Baca Juga: Mengenali Gejala Penyakit Jantung Bawaan pada Anak
Untuk itu, sebaiknya orang tua selalu jeli memperhatikan keluhan seperti jantung berdebar atau pusing, ataupun jika muncul gejala lain seperti wajah pucat, gelisah, dan tidak nafsu makan.
Menurut Moms, apa saja yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung anak?
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.