5+ Jenis Infeksi Vagina yang Umum Terjadi dan Cara Mencegahnya, Catat!
Infeksi vagina tidak boleh disepelekan. Jangan remehkan jika Moms mengalami vagina gatal atau keputihan ya, Moms!
Kedua gejala tersebut mungkin saja merupakan gejala dari infeksi vagina yang umum dialami oleh wanita.
Jika hal ini terjadi, sebaiknya Moms memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Cynthia Krause, MD, asisten profesor klinis kebidanan dan kandungan di Fakultas Kedokteran Mount Sinai di New York City mengatakan ada beberapa jenis infeksi yang umumnya menyerang vagina, misalnya infeksi jamur, bacterial vaginosis, atau trichomoniasis.
Namun sebelum membahas lebih lanjut, yuk ketahui apa itu infeksi vagina!
Baca Juga: 13 Cara Menghilangkan Bau Vagina Tak Sedap, Alami dan Aman
Apa Itu Infeksi Vagina?
Infeksi vagina adalah sebuah kondisi ketika vagina terasa gatal, terbakar, kemerahan atau keputihan.
Penyebab infeksi vagina adalah parasit, bakteri, jamur atau ragi yang berada di vagina.
Jadi, ketika terinfeksi, maka Moms bisa merasakan ketidaknyamanan di area vagina.
Dilansir dari Cleveland Clinic, infeksi vagina sendiri biasanya disebabkan oleh sesuatu yang sudah ada di dalam tubuh kita yang bernama jamur candida.
Baca Juga: Vagina Bau Amis? Ini Penyebabnya dan Cara Alami untuk Mengatasinya
Jenis Infeksi Vagina
Tapi, nyatanya jenis infeksi vagina tidak hanya tiga itu saja. Lalu, apa saja jenis-jenis umum infeksi vagina yang patut Moms waspadai? Yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini.
1. Infeksi Jamur
Jenis infeksi vagina yang paling umum adalah infeksi jamur. Gejala infeksi jamur vagina antara lain keputihan, gatal-gatal, dan vulva berwarna kemerahan.
Infeksi ini disebabkan oleh jamur genus Candida yang tumbuh secara berlebihan di daerah vagina.
Dari lebih dari 150 jenis jamur Candida, setidaknya ada 15 spesies yang menyebabkan infeksi vagina apabila tumbuh terlalu banyak.
Berdasarkan studi yang dilakukan The Lancet, 75% wanita pernah mengalami infeksi jamur pada vagina setidaknya sekali seumur hidupnya dan sekitar 40-50% wanita mengalaminya lebih dari satu kali.
Dalam jumlah normal, Candida yang ada pada tubuh tidak menyebabkan infeksi.
Namun, jamur Candida dapat tumbuh secara berlebihan akibat perubahan level hormon karena kehamilan, pil KB, atau menstruasi.
Beberapa kondisi lain yang meningkatkan risiko infeksi jamur vagina yaitu gula darah tinggi dan menurunnya kekebalan tubuh akibat sakit tertentu.
2. Bacterial Vaginosis
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Military Medical Research, sekitar 20-30% wanita pada usia reproduktif (15-44 tahun) pernah mengalami Bacterial Vaginosis.
Jenis infeksi vagina ini terjadi ketika Lactobacillus spp., bakteri baik yang ada pada vagina, digantikan oleh bakteri anaerob, seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus curtisii, M. mulieris, dan Mycoplasma hominis.
Infeksi ini ditandai dengan keluarnya cairan pekat atau cairan licin dan jernih dari vagina, disertai bau amis saat berhubungan seksual.
Wanita yang sering berganti pasangan ketika berhubungan seks, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi jenis ini.
3. Trikomoniasis
Journal of Parasitology Research menyebutkan bahwa setiap tahun ada 250 juta kasus baru yang dilaporkan sebagai trikomoniasis.
Infeksi ini disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, parasit protozoa yang menginfeksi saluran urogenital.
Gejala trikomoniasis mirip dengan infeksi vagina lainnya, yakni rasa terbakar, iritasi, kemerahan, dan pembengkakan vulva, dengan keputihan berwarna kuning keabu-abuan atau kehijauan, dan dapat juga disertai dengan bau amis. Beberapa wanita juga mengalami rasa sakit saat buang air kecil.
Trikomoniasis menyumbang hampir setengah dari infeksi menular seksual yang dapat disembuhkan menurut WHO dan penyebarannya terjadi melalui hubungan seksual.
Pada wanita, infeksi jenis ini dapat menyebabkan komplikasi serius pada kehamilan seperti ketuban pecah dini, kelahiran prematur, berat lahir bayi rendah, infertilitas, dan kanker serviks.
Baca Juga: Cairan Berlebihan Keluar Dari Vagina Saat Berhubungan Intim, Wajarkah?
4. Chlamydia Vaginitis
Klamidia adalah penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan peradangan pada vagina.
Menurut Planned Parenthood, Moms yang terkena klamidia akan mengalami rasa sakit dan perdarahan pada saat berhubungan intim.
Klamidia biasanya tidak memiliki gejala yang jelas sehingga banyak pengidap tidak dapat mendeteksinya sejak awal.
Oleh sebab itu lakukanlah tes penyakit menular seksual setidaknya satu tahun sekali untuk mencegah klamidia atau penyakit lainnya, ya.
5. Gonorrhea
Gonorrhea atau gonore merupakan infeksi menular seksual yang seringkali tidak menimbulkan gejala apapun.
Kondisi ini dapat menyebabkan keputihan, nyeri saat buang air kecil, dan nyeri saat berhubungan seks.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penularan penyakit ini melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa kondom.
Seperti klamidia, penyakit gonore tidak memiliki gejala yang jelas sehingga diperlukan pemeriksaan dokter untuk mengetahuinya.
6. Non-Infectious Vaginitis
Menurut Cynthia Krause, non-infectious vaginitis terjadi ketika kulit di sekitar vagina menjadi sensitif terhadap iritasi akibat pemakaian produk sehari-hari seperti pembalut, sabun, atau deterjen.
Kondisi ini bukanlah merupakan suatu infeksi parah dan dapat dihindari dengan tidak memakai produk-produk yang menyebabkan iritasi tersebut.
Bentuk lain dari non-infectious vaginitis disebut atrophic vaginitis. Kondisi ini biasanya terjadi karena kadar menurunnya hormon saat menopause sehingga dinding vagina menjadi lebih tipis dan kering.
Moms, itulah jenis-jenis umum infeksi vagina yang biasa terjadi pada wanita. Agar terhindar dari penyakit-penyakit di atas, sebaiknya selalu jaga kebersihan organ vital, banyak minum air putih, dan terapkan pola hidup sehat. Selain itu, jangan lupa juga untuk selalu mengecek ke dokter apabila ada yang mengganggu ya, Moms.
Baca Juga: 9 Bahan Alami untuk Mengatasi Vagina Kering, Ampuh!
Cara Mencegah Infeksi Vagina
Agar kita terhindar dari kondisi infeksi vagina, ada penting untuk menjaga kesehatan serta kebersihan area kewanitaan terutama saat menstruasi.
Ini dia beberapa cara untuk mencegah infeksi vagina:
- Ganti celana dalam 2 hingga 3 kali sehari
- Konsumsi makanan yang mengandung probiotik
- Gunakan pembersih vagina yang mengandung povidone-iodine
- Ganti pembalut secara rutin
Dengan mengonsumsi makanan probiotik hal tersebut bisa berguna untuk membantu dan mendukung bakteri baik merawat area kewanitaan.
Baca Juga: Jangan Diabaikan, Ini 13 Cara Merawat Vagina agar Tetap Sehat
Tak hanya itu, menjaga kebersihan vagia dengan baik bisa menjadi usaha untuk mengindari bakteri, jamur serta ragi hinggap dan berkembang biak di vagina atau area sekitar vagina.
Nah itu dia Moms definisi dari infeksi vagina, jenis-jenis infeksi pada vagina serta cara mencegahnya.
Jika Moms merasa tidak nyaman di area kewanitaan, atau merasakan perih serta bengkak, jangan didiamkan ya!
Moms perlu langsung memeriksakan diri ke dokter untuk diberikan penanganan lebih lanjut dan pengobatannya. Yuk, rawat vagina dengan benar agar terhindar dari infeksi vagina!
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673607609179
- https://mmrjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40779-016-0074-5
- https://www.hindawi.com/journals/jpr/2019/2069672/
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/5019-yeast-infections
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.