8 Jenis Keputihan Berdasarkan Warna dan Teksturnya, Waspada!
Keputihan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap perempuan. Faktanya, setiap jenis keputihan memiliki penyebab dan arti berbeda, lho.
Ada banyak faktor yang dapat membuat Moms mengalami keputihan. Hal itu bisa disebabkan oleh makanan, gaya hidup hingga terlalu banyak pikiran.
Keputihan yang normal adalah tanda dari fungsi tubuh yang sehat. Ini adalah cara tubuh membersihkan dan melindungi vagina.
Biasanya, keluarnya cairan dari vagina ini akan meningkat seiring dengan gairah seksual dan ovulasi.
Namun, meski keputihan adalah hal yang wajar, tak jarang Moms merasa keputihan menjadi hal yang mengganggu.
Tidak hanya itu, jika tidak ditangani dengan baik, keputihan juga bisa berbahaya bagi kesehatan, Moms!
Baca Juga: 16 Rekomendasi Popok Bayi Terbaik, Anti Bocor dan Anti Ruam
Jenis Keputihan Berdasarkan Warna dan Tekstur
Ada beberapa jenis keputihan yang dirasakan oleh perempuan. Jenis keputihan ini dikategorikan berdasarkan warna dan konsistensinya.
Beberapa jenis keputihan sebenarnya masuk dalan kategori normal kecuali terlihat tanda-tanda yang tidak biasa.
Beberapa jenis keputihan tersebut di antaranya:
1. Cairan Berwarna Putih
Jenis keputihan ini biasanya terlihat seperti sedikit cairan putih, terutama pada awal atau akhir siklus menstruasi dan termasuk hal yang normal.
2. Putih dan Kental
Namun, jika keputihan disertai dengan gatal dan memiliki konsistensi atau terlihat seperti keju yang kental, itu tidak normal dan perlu perawatan.
Jenis keputihan ini mungkin merupakan tanda infeksi jamur.
3. Jernih dan Berair
Cairan yang jernih dan encer adalah hal yang normal.
Itu bisa terjadi kapan saja setiap bulan. Ini mungkin akan terasa lebih banyak setelah berolahraga.
4. Bening dan Elastis
Ketika terlihat cairan bening dan elastis dan seperti lendir dan bukan berair, ini menunjukkan bahwa perempuan kemungkinan besar sedang ovulasi.
Warna dan tekstur seperti ini adalah jenis keputihan yang normal.
5. Cokelat atau Berdarah
Keputihan berwarna cokelat atau berdarah biasanya normal, terutama bila terjadi selama atau tepat setelah siklus menstruasi.
Keluarnya cairan yang terlambat di akhir periode bisa terlihat cokelat, bukan merah.
Jika keputihan berdarah setelah hubungan seks dan mungkin menandakan adanya trauma, infeksi, atau kondisi medis lain.
Perempuan mungkin juga mengalami sedikit keluarnya darah di antara periode yang disebut flek.
Inilah pentingnya melakukan pemeriksaan panggul dan pap smear tahunan.
Dokter kandungan biasanya akan memeriksa kelainan serviks selama prosedur ini.
6. Kuning atau Hijau
Saat keputihan berwarna kuning atau hijau, terutama jika kental, tebal, atau disertai dengan bau yang tidak sedap, ini tidak normal.
Jenis keputihan ini mungkin merupakan tanda infeksi trikomoniasis.
Jenis keputihan ini biasanya menyebar melalui hubungan seksual.
7. Berwarna Abu-abu
Keputihan berwarna abu-abu dan berbau tidak sedap bisa menunjukkan bacterial vaginosis, suatu kondisi yang terjadi karena ketidakseimbangan bakteri di vagina.
8. Keputihan Berbusa
Jenis keputihan berbusa sering kali menandakan infeksi, seperti trichomoniasis.
Trichomoniasis biasanya disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis dan merupakan penyakit menular seksual (PMS), yang artinya dapat ditularkan melalui kontak seksual.
Baca Juga: 13 Penyebab Mual Setelah Berhubungan Intim, Cari Tahu Yuk!
Penyebab Keputihan
Keputihan bisa terjadi karena adanya perubahan hormon setelah ovulasi.
Hal ini juga disebabkan karena progesteron pada tubuh meningkat.
Adanya keputihan ini sebenarnya tidak berbahaya, terlebih apabila terjadi saat menjelang memasuki periode menstruasi.
Setelah mengetahui jenis keputihan yang biasa terjadi, berikut ini adalah beberapa penyebab keputihan yang harus Moms tahu!
1. Kehamilan
Selama masa kehamilan, ada perubahan hormon yang menyebabkan Moms akan mengalami keputihan.
Ini tentu tidak berbahaya, jenis keputihan ini justru dalam rangka menjaga infeksi dari kandung kemih.
Jumlah keputihan pun akan meningkat hingga menjelang melahirkan, dan hal ini merupakan hal yang wajar terjadi.
2. Stres
Keputihan juga dapat terjadi bila Moms mengalami stres.
Ini bisa terjadi karena hormon dalam tubuh menjadi tidak seimbang akibat terlalu banyak pikiran.
Meski kondisi ini tidak berbahaya, Moms harus tetap menghindari hal-hal yang akan menyebabkan stres agar tidak merasakan keputihan berlebih.
3. Aktivitas Seksual
Apabila aktivitas seksual dilakukan secara berlebihan, sel-sel mati akan meningkat dan otomatis juga akan menyebabkan keputihan.
Jadi, sebaiknya lakukan aktivitas seksual secara normal agar Moms tidak perlu berurusan dengan meningkatnya keputihan.
4. Penggunaan Pantyliner
Ternyata, penggunaan pantyliner juga bisa menghalangi sirkulasi udara di area vagina Moms.
Akibatnya, vagina akan menjadi lembab dan berkeringat.
Hal ini bisa menyebabkan keputihan yang berlebih dan akan menyebabkan rasa tidak nyaman.
Sebaiknya mulai sekarang kurangi penggunaan pantyliner jika tidak terlalu membutuhkan, ya.
5. Makanan yang Dikonsumsi
Ternyata, penyebab keputihan bisa berasal dari makanan lho, Moms.
Jenis makanan seperti gorengan, buah yang dikeringkan, keju, nanas, makanan kaleng, makanan pedas hingga gula adalah penyebab keputihan semakin meningkat.
Tak ada studi yang membuktikan secara nyata, namun sebaiknya dihindari risikonya ya, Moms.
6. Bakterial Vaginosis
Ini adalah infeksi bakteri yang cukup umum.
Bakterial vaginosis menyebabkan peningkatan keputihan yang memiliki bau yang kuat, busuk, dan terkadang amis, meskipun tidak menimbulkan gejala dalam beberapa kasus.
Perempuan yang melakukan seks oral atau yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular infeksi ini.
Baca Juga: 14+ Cara Menghilangkan Bau Vagina, Mudah dan Ampuh!
7. Trikomoniasis
Ini adalah adalah jenis infeksi lain yang disebabkan oleh protozoa atau organisme bersel tunggal.
Infeksi biasanya menyebar melalui hubungan seksual, tetapi juga dapat ditularkan dengan berbagi handuk atau pakaian renang.
Ini menghasilkan cairan kuning atau hijau yang memiliki bau busuk.
Nyeri, radang, dan gatal juga merupakan gejala umum, meskipun beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun.
8. Infeksi Jamur
Ini adalah infeksi dari jamur yang menghasilkan cairan putih seperti keju selain merasakan sensasi terbakar dan gatal.
Kehadiran jamur di vagina sebenarnya normal, tetapi berbahaya jika pertumbuhannya berlipat ganda di luar kendali dalam situasi tertentu.
9. Gonore dan Klamidia
Gonore dan klamidia adalah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat mengeluarkan cairan abnormal.
Biasanya gejala jenis keputihan ini berwarna kuning, kehijauan, atau keruh.
10. Penyakit Radang Panggul (PID)
Ini adalah infeksi yang sering menyebar melalui hubungan seksual.
Penyakit radang panggul terjadi ketika bakteri menyebar ke vagina dan ke organ reproduksi lainnya.
Ini dapat menghasilkan cairan yang berat dan berbau busuk.
11. Human Papillomavirus (HPV) atau Kanker Serviks
Ini merupakan infeksi yang disebarkan melalui hubungan seksual dan dapat menyebabkan kanker serviks.
Meskipun mungkin tidak ada gejala, jenis kanker ini dapat mengeluarkan cairan darah, berwarna coklat, atau encer dengan bau yang tidak sedap.
Kanker serviks dapat dengan mudah diskrining dengan pap smear tahunan dan pengujian HPV, dikutip Centers for disease Control and Prevention (CDC) .
Baca Juga: 8 Manfaat Probiotik Bagi Tubuh dan Sumber Makanan Terbaiknya
Cara Mengatasi Keputihan
Bagi Moms yang ingin mencoba langkah awal mengatasi keputihan, mungkin bisa mencoba beberapa hal berikut ini:
1. Menjaga Kebersihan Organ Intim
Jika Moms ingin terbebas dari keputihan yang tidak nyaman, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan vagina.
Hindari penggunaan sabun dengan bahan kimia yang keras atau wewangian yang kuat, karena ini dapat mengganggu keseimbangan pH alami vagina.
Cukup bersihkan area organ intim Moms menggunakan air bersih yang mengalir.
Gunakan juga pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun yang lembut dan dapat menyerap kelembapan.
Selain itu, gantilah pakaian dalam setidaknya sekali sehari atau lebih sering jika diperlukan.
Hal ini membantu menjaga kebersihan dan mencegah pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
2. Perhatikan Penggunaan Produk Organ Intim
Keseimbangan pH yang sehat dalam vagina penting untuk mencegah infeksi dan keputihan.
Jadi, hindari penggunaan produk perawatan vagina yang tidak diperlukan seperti pewarna atau pewangi vagina.
Ini dapat menyebabkan iritasi dan mengganggu keseimbangan pH alami vagina.
Ganti juga pantyliner, pembalut atau tampon secara teratur selama menstruasi.
Hindari menggunakan pantyliner, pembalut atau tampon terlalu lama.
Ini karena organ intim bisa menjadi lebih lembap dan hal ini dapat menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan bakteri.
3. Kenakan Pakaian Longgar dan Menyerap Keringat
Pakaian dalam yang ketat atau terbuat dari bahan sintetis cenderung memerangkap kelembapan di sekitar area vagina.
Hal ini dapat menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan bakteri atau jamur.
Dengan mengenakan pakaian dalam yang longgar, udara dapat mengalir bebas dan membantu mengurangi kelembapan berlebih.
Pakaian dalam yang tidak ketat juga dapat mengurangi gesekan dan iritasi pada kulit sensitif di sekitar area vagina.
Salah satu pilihan pakaian dalam terbaik yang bisa Moms pilih yaitu berbahan katun.
Bahan katun yang lembut dan tidak mengiritasi dapat memberikan kenyamanan dan mencegah iritasi yang dapat memicu keputihan.
Baca Juga: Alami Vagina Lembab? Ini Penyebab dan Perawatannya!
4. Modifikasi Gaya Hidup
Keputihan pada wanita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan hormon, infeksi, atau gangguan keseimbangan flora bakteri di vagina.
Namun dengan menjaga gaya hidup sehat, Moms dapat mengurangi risiko keputihan dan menjaga kesehatan vagina secara keseluruhan.
Ada banyak pola hidup sehat yang berkontribusi positif bagi kesehatan organ intim Moms.
Misalnya dengan menjaga kebersihan vagina, serta memperhatikan pola makan sehat dan mengelola stres dengan baik.
Selain itu, jangan lupa melakukan urinasi dan mencuci area vagina secara lembut setelah berhubungan seks.
Cara ini dapat membantu menghilangkan bakteri yang masuk ke dalam vagina dan mengurangi risiko terjadinya infeksi.
5. Konsultasi dengan Profesional
Apabila jenis keputihan yang Moms alami termasuk abnormal dan mengganggu aktivitas harian, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional, ya.
Dokter atau profesional kesehatan reproduksi akan melakukan evaluasi yang tepat.
Tugas mereka juga mendiagnosis penyebab keputihan yang tidak normal, dan memberikan pengobatan yang sesuai berdasarkan kondisi Moms.
Baca Juga: 15 Cara Merangsang Wanita, Dads Perlu Tahu agar Hubungan Intim Semakin Bergelora untuk Berdua
Itulah sekilas tentang jenis keputihan dan cara mengatasinya.
Keputihan bisa menimbulkan penyakit lho Moms, jadi jangan lupa untuk cepat menanganinya, ya.
Jika kondisi lebih buruk, segera hubungi dokter sebelum terlambat!
- https://www.healthline.com/symptom/vaginal-discharge#causes
- https://www.cdc.gov/hpv/parents/cancer.html?CDC_AA_refVal=https%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Fhpv%2Fparents%2Fscreening.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.