Waspada 8 Efek Buruk Junk Food pada Kesehatan
Ayam goreng tepung, burger dengan banyak isian, pizza, kentang goreng, dan masih banyak jenis junk food lainnya adalah makanan lezat yang paling sering dipesan dari restoran cepat saji.
Setidaknya, beberapa restoran tersebut pasti ada di sekitar tempat tinggal Moms sekarang.
Karena rasanya enak dan Moms bisa tinggal pesan lewat smartphone untuk dikirim ke rumah, makanan ini kerap kali jadi pilihan saat Moms sedang bingung ingin makan apa.
Namun, junk food adalah makanan yang seharusnya menjadi pilihan terakhir.
Pasalnya, sudah banyak sekali penelitian yang menyebutkan bahwa makanan ini membawa lebih banyak efek negatif daripada manfaatnya untuk kesehatan.
Berikut ini adalah informasi seputar junk food dan bahayanya untuk kesehatan. Disimak yuk, Moms!
Baca Juga: Bolehkah Membiarkan Anak Makan Junk Food?
Apa Itu Junk Food?
Dalam bukunya ensiklopedia karya Andre F. Smith mendefinisikan junk food adalah produk-produk komersial, termasuk permen, roti, es krim, makanan ringan asin, dan minuman ringan, yang memiliki sedikit atau tidak ada nilai gizi tetapi memiliki banyak kalori, garam, dan lemak.
Meskipun tidak semua makanan cepat saji adalah junk food, namun sebagian besar adalah junk food. Sementara itu, makanan cepat saji sendiri adalah makanan yang disajikan segera setelah dipesan.
Semakin banyak junk food yang Moms dan anggota keluarga konsumsi, semakin kecil kemungkinan mengonsumsi nutrisi penting yang diandalkan tubuh.
Baca Juga: Bolehkah Membiarkan Anak Makan Junk Food?
Bahaya Junk Food untuk Kesehatan
Tak hanya pemborosan, makan junk food setiap hari juga akan menyebabkan efek negatif yang sangat merugikan bagi kesehatan, baik untuk anak maupun orang dewasa, misalnya:
1. Mengganggu Sistem Pencernaan dan Kardiovaskular
Foto: pixabay.com
Kebanyakan makanan junk food, termasuk minuman dan makanan pendamping, sarat dengan karbohidrat dengan sedikit atau bahkan tanpa serat.
Ketika sistem pencernaan memecah makanan ini, karbohidrat dilepaskan sebagai glukosa (gula) ke dalam aliran darah. Akibatnya gula darah akan meningkat.
Pankreas juga akan merespons lonjakan glukosa dengan melepaskan insulin, dan insulin akan mengangkut gula ke seluruh tubuh, terutama ke sel-sel yang membutuhkannya sebagai energi.
Saat tubuh menggunakan atau menyimpan gula, gula darah pun kembali normal.
Proses gula darah ini sangat diatur oleh tubuh, dan selama Moms sehat, organ dapat menangani lonjakan gula ini dengan baik.
Namun, sering makan karbohidrat dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan lonjakan berulang dalam gula darah.
Seiring waktu, lonjakan insulin ini dapat menyebabkan respons insulin normal tubuh melemah. Ini kemudian meningkatkan risiko resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan penambahan berat badan.
Baca Juga: Benarkah Daun Insulin Bisa Mengatasi Diabetes?
Ada beberapa komposisi yang menjadikan junk food sangat berbahaya, antara lain:
- Gula dan Lemak
Makanan cepat saji biasanya mengandung banyak gula. Tidak hanya itu berarti kalori ekstra, tetapi juga sedikit nutrisi. The American Heart Association (AHA) menyarankan hanya makan 100 hingga 150 kalori gula tambahan per hari atau sekitar enam sampai sembilan sendok teh.
Banyak minuman cepat saji saja mengandung lebih dari 12 ons. Satu kaleng soda 12 ons mengandung 8 sendok teh gula. Itu sama dengan 140 kalori, 39 gram gula, dan tidak ada yang lain.
Lemak trans adalah lemak yang diproduksi selama pemrosesan makanan dan tidak ada jumlah lemak trans yang baik atau sehat.
Makan makanan yang mengandungnya dapat meningkatkan LDL (kolesterol jahat), menurunkan HDL (kolesterol baik), dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
- Sodium
Kombinasi lemak, gula, dan banyak natrium (garam) bisa membuat makanan cepat saji lebih enak bagi sebagian orang.
Namun, pola makan tinggi natrium dapat menyebabkan retensi air, itulah sebabnya Moms mungkin merasa kembung setelah makan makanan cepat saji.
Pola makan tinggi natrium juga berbahaya bagi penderita kondisi tekanan darah. Sodium dapat meningkatkan tekanan darah dan memberi tekanan pada jantung dan sistem kardiovaskular.
Perlu diingat bahwa AHA juga merekomendasikan orang dewasa untuk makan tidak lebih dari 2.300 miligram natrium per hari.
Baca Juga: 6 Alasan Moms Harus Membatasi Junk Food Saat Hamil, Simak di Sini!
2. Junk food Mengganggu Kinerja Otak dalam Pembelajaran
Foto: pixabay.com
Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition pada tahun 2011 menunjukkan bahwa orang sehat yang makan junk food hanya selama 5 hari menunjukkan hasil yang buruk pada tes kognitif yang mengukur perhatian, kecepatan, dan suasana hati.
Disimpulkan bahwa makan junk food hanya selama lima hari secara teratur dapat merusak daya ingat.
Ini mungkin berasal dari fakta bahwa pola makan yang buruk atau beracun dapat menyebabkan reaksi kimia tertentu yang menyebabkan peradangan di area hipokampus otak yang berhubungan dengan memori dan pengenalan khusus.
Pola makan yang tinggi gula dan lemak juga dapat menekan aktivitas peptida otak yang disebut BDNF (faktor neurotropik yang diturunkan dari otak) yang membantu pembelajaran dan pembentukan memori.
Selain itu, otak mengandung sinapsis yang bertanggung jawab untuk pembelajaran dan memori sehingga makan terlalu banyak kalori dapat mengganggu produksi dan fungsi sinapsis yang sehat.
3. Meningkatkan Risiko Demensia
Foto: pixabay.com
Bahaya junk food selanjutnya adalah meningkatkan risiko demensia pada lansia.
Moms mungkin tahu bahwa insulin diproduksi di pankreas dan membantu pengangkutan glukosa untuk bahan bakar tubuh.
Insulin juga diproduksi di otak yang membantu membawa sinyal antara sel saraf dan membentuk ingatan.
Sebuah studi yang dilakukan di Brown University menunjukkan bahwa terlalu banyak makanan berlemak dan yang manis-manis secara substansial dapat meningkatkan kadar insulin dalam tubuh.
Seperti dalam kasus diabetes tipe 2, dengan tingkat insulin yang lebih tinggi, otak berhenti merespons hormon ini dan menjadi resisten terhadapnya.
Hal ini dapat membatasi kemampuan Moms untuk berpikir, mengingat, atau membuat ingatan, sehingga meningkatkan risiko demensia.
Peneliti Suzanne de la Monte, M.D., seorang profesor patologi, neurologi, dan bedah saraf di Rhode Island Hospital dan Alpert School of Medicine di Brown University adalah orang pertama yang mengungkap hubungan ini.
Setelah penemuan ini, kebanyakan ilmuwan menyebut Alzheimer sebagai salah satu bentuk diabetes otak.
Baca Juga: 4 Trik Agar Anak Mengurangi Makan Junk Food
4. Menyebabkan Perubahan Kimiawi yang Mengarah pada Depresi
Foto: pixabay.com
Banyak penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak sebenarnya mengubah aktivitas kimiawi otak sehingga lebih bergantung pada makanan tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Montreal pada tikus menunjukkan bahwa mereka menderita gejala penarikan diri setelah diet junk food mereka dihentikan.
Pada manusia, gejala putus zat ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi stres, membuat merasa tertekan dan pada akhirnya akan kembali ke makanan tersebut untuk menghibur diri sendiri dan menangani perasaan tersebut.
Jadi makanan junk food bisa menjebak Moms dalam lingkaran setan bahkan sebelum Moms menyadarinya.
Selain itu, dengan mengonsumsi terlalu banyak makanan cepat saji, Moms mungkin kehilangan nutrisi penting seperti asam amino triptofan, yang mana ini bisa mengarah pada peningkatan perasaan depresi.
Baca Juga: 5 Makanan untuk Mengatasi Baby Blues, Bisa Membantu Mencegah Depresi!
5. Memiliki Efek Buruk untuk Sistem Pernapasan
Foto: Orami Photo Stock
Kelebihan kalori dari junk food dapat menyebabkan penambahan berat badan. Hal ini dapat menyebabkan obesitas.
Melansir Healthline, obesitas meningkatkan risiko masalah pernapasan, termasuk asma dan sesak napas.
Berat badan ekstra dapat memberi tekanan pada jantung dan paru-paru dan gejalanya mungkin muncul bahkan dengan sedikit tenaga. Moms juga mungkin mengalami kesulitan bernapas saat berjalan, menaiki tangga, atau berolahraga.
Untuk anak-anak, risiko masalah pernapasan sangat jelas. Satu studi menemukan bahwa anak-anak yang makan junk food setidaknya tiga kali seminggu lebih mungkin untuk mengembangkan asma.
6. Efek pada sistem integumen (kulit, rambut, kuku)
Foto: Orami Photo Stock
Makanan yang Moms makan dapat memengaruhi penampilan kulit, lho.
Dahulu, cokelat dan makanan berminyak seperti pizza menjadi penyebab munculnya jerawat, tetapi menurut Mayo Clinic, penyebab utamanya adalah karbohidrat.
Makanan kaya karbohidrat menyebabkan lonjakan gula darah, dan lonjakan kadar gula darah yang tiba-tiba ini dapat memicu jerawat. Makanan tersebut termasuk tepung putih, serta karbohidrat kosong yang bisa ditemukan dalam kentang goreng.
Oleh karenanya, Moms harus mengimbangi dengan makanan yang membantu melawan jerawat.
Anak-anak dan remaja yang makan junk food setidaknya tiga kali seminggu juga lebih mungkin untuk mengembangkan eksim, menurut sebuah penelitian.
Eksim adalah kondisi kulit yang menyebabkan iritasi pada kulit yang meradang dan gatal.
7. Efek pada sistem rangka (tulang)
Foto: Orami Photo Stock
Karbohidrat dan gula dalam junk food dan makanan olahan dapat meningkatkan asam di mulut. Asam ini dapat merusak email gigi. Saat email gigi menghilang, bakteri dapat bertahan, dan gigi berlubang dapat berkembang.
Obesitas juga dapat menyebabkan komplikasi dengan kepadatan tulang dan massa otot. Orang yang obesitas memiliki risiko lebih besar untuk jatuh dan patah tulang. Maka, penting untuk terus berolahraga untuk membangun otot, yang menopang tulang, dan menjaga pola makan yang sehat untuk meminimalkan pengeroposan tulang.
8. Menyebabkan Sembelit
Foto: Orami Photo Stock
Serat makanan (umumnya ditemukan dalam sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, dan biji-bijian) memainkan peran dominan dalam sistem pencernaan.
Sedangkan junk food memiliki kandungan yang bisa menghambat sistem pencernaan karena lemak, garam, serta zat-zat lainnya yang megganggu kinerja usus serta perut.
Oleh karenanya, baik untuk Moms mengonsumsi banyak serat agar seimbang dengan konsumsi junk food.
Serat membantu menjaga saluran pencernaan Moms dapat bekerja dengan baik karena mengantarkan limbah keluar dari tubuh.
Ini dapat membantu menurunkan kolesterol dan menjaga kadar gula darah tetap normal
Baca Juga: Buat yang Mau Diet, Ini 5 Makanan Yang Lebih Tinggi Potassiumnya Daripada Pisang
Ketidakseimbangan asam lemak adalah alasan lain mengapa orang yang mengonsumsi lebih banyak junk food berisiko lebih tinggi mengalami depresi.
Itulah beberapa bahaya junk food untuk kesehatan, jadi apakah Moms masih ingin sering-sering makan junk food?
Sebaiknya mulai dikurangi ya Moms, dan pilihlah makanan yang lebih sehat untuk mencegah penyakit yang tidak diinginkan.
- https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/sugar/added-sugars
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6146358/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4551511/
- https://www.healthline.com/health/fast-food-effects-on-body#respiratory-system
- https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/carbohydrates/art-20045705
- https://www.healthline.com/health/fast-food-effects-on-body
- https://www.eatthis.com/what-happens-to-your-body-when-you-eat-fast-food/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.