Penyakit Kanker Ovarium, Bisakah Dialami oleh Bayi?
Moms, media sosial lagi heboh mengenai kanker ovarium yang dialami bayi usia 19 bulan di Sabah, Malaysia.
Jika pada umumnya kanker lebih sering ditemukan pada usia dewasa, bagaimana jika ternyata yang mengalaminya adalah anak-anak.
Kasus Kanker Ovarium pada Anak
Kanker ovarium pada anak ramai menjadi perbincangan usai berita tentang anak berusia 19 bulan yang didiagnosis kanker ovarium.
Melansir dari harian Sinar Daily di Malaysia, anak tersebut didiagnosis kanker ovarium stadium 3, kondisi yang sangat jarang terjadi pada anak seusia itu.
Ibunya mengungkap bahwa gejala awalnya adalah anaknya itu mengalami perut kembung, sembelit, dan kurang aktif.
Setelah pemeriksaan lebih lanjut, dokter menemukan adanya tumor di ovarium sepanjang 13,5 cm yang memerlukan tindakan operasi segera.
Bayi tersebut telah menjalani operasi pengangkatan ovarium kanan.
Baca Juga: Moms, Pahami Cara Membaca Hasil USG Kista Ovarium
Kanker Ovarium pada Bayi
Kasus kanker ovarium pada anak di Malaysia tersebut dialami oleh anak yang berusia 19 bulan.
Pada umumnya, anak tersebut bukan lagi bayi, karena sebutan bayi biasanya merujuk pada anak usia 0-12 bulan.
Namun, tentu kecemasan para orang tua lebih kepada jika anak 19 bulan itu bisa kena kanker ovarium, bagaimana dengan anak yang usianya lebih kecil lagi?
Melansir Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kanker anak adalah kanker yang menyerang anak berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Menurut Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (SriKanDI) tahun 2005-2007, perkiraan angka kejadian kanker anak (0-17 tahun) sebesar 9 per 100.000 anak, atau di antara 100.000 anak terdapat 9 anak yang menderita kanker.
Pada anak usia 0-5 tahun angka kejadiannya lebih tinggi yaitu 18 per 100.000 anak, sedangkan pada usia 5-14 tahun 10 per 100.000 anak.
Mengutip dari Dana-Farber Cancer Institute, sebelum menjadi kanker, tumor ovarium memang bisa terbentuk saat anak masih bayi.
Tumor ovarium merupakan 1% dari semua tumor ganas yang ditemukan pada anak-anak antara bayi baru lahir hingga usia 17 tahun.
Pada anak perempuan yang berusia di bawah 8 tahun, 4 dari 5 tumor ovarium bersifat jinak (nonkanker).
Tumor ini memang bisa berkembang menjadi ganas atau kanker. Namun, memang sangat langka terjadi pada anak.
Penyebabnya yang memungkinkan hal ini terjadi adalah mutasi gen yang diwariskan, atau adanya riwayat keluarga kanker ovarium.
Pada anak-anak dan remaja, penyakit ini memiliki tingkat penyembuhan yang jauh lebih tinggi daripada kanker ovarium pada orang dewasa.
Ovarium merupakan organ yang menyimpan dan melepaskan sel telur serta menghasilkan hormon wanita.
Kondisi ini umumnya memang terjadi pada perempuan dengan usia yang lebih dewasa, sehingga jika terjadi pada bayi ada kemungkinan disebabkan faktor genetik.
Dapat juga karena mutasi sel dapat menyebabkan kanker pada usia yang sangat muda.
Gejala Kanker Ovarium
Kanker ovarium stadium awal mungkin tidak memiliki gejala apa pun. Hal ini membuat kanker tersebut sulit terdeteksi.
Lagi pula, gejala dari kanker ovarium memang tidak selalu mudah untuk dikenali.
Bahkan, terkadang, beberapa gejala yang dirasakan mirip dengan kondisi umum, seperti iritasi usus besar.
Namun, meski sulit dideteksi, Moms harus waspada apabila mengalami gejala berikut ini:
- Perut sering kembung
- Cepat merasa kenyang saat makan
- Kesulitan makan
- Sering buang air kecil
- Rasa sakit atau ketidaknyamanan di perut atau panggul
Ada pula beberapa gejala kanker ovarium lain yang mungkin terjadi, yaitu:
- Nyeri punggung bawah
- Nyeri saat berhubungan
- Sembelit
- Gangguan pencernaan
- Kelelahan
- Perubahan siklus menstruasi
- Penambahan berat badan
- Penurunan berat badan
- Pendarahan vagina
- Sakit punggung yang semakin parah
Jika Moms mengalami beberapa gejala di atas dan terjadi lebih dari 2 minggu, sebaiknya segera berobat ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Jangan abai dan menganggap sepele, karena kanker ovarium adalah penyakit berbahaya yang bisa merenggut nyawa apabila tidak segera diatasi.
Baca Juga: Ciri-Ciri Wanita Hormon Tinggi Estrogen dan Testosteron
Penyebab Kanker Ovarium
Melansir Healthline, para ilmuwan masih belum mengetahui penyebab kanker ovarium secara pasti.
Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang diduga turut meningkatkan risiko terjadinya penyakit tersebut.
Faktor risiko kanker ovarium, antara lain:
- Wanita lanjut usia
- Riwayat keluarga dengan kanker ovarium
- Kelebihan berat badan atau obesitas
- Terapi penggantian hormon pasca menopause
- Endometriosis
- Usia saat menstruasi dimulai dan berakhir
- Belum pernah hamil
Faktor penyebab lainnya adalah adanya perubahan gen yang terkait dengan sindrom Lynch dan gen BRIP1, RAD51C dan RAD51D.
Risiko terkena kanker di ovarium semakin tinggi seiring bertambahnya usia.
Kanker ovarium jarang terjadi pada wanita di bawah 40 tahun. Sebagian besar kanker di ovarium berkembang setelah menopause.
Setengah dari semua kasus kanker ovarium ditemukan pada wanita berusia 63 tahun atau lebih.
Satu hal yang perlu Moms ingat, memiliki faktor risiko hanya akan meningkatkan kemungkinan hadirnya sel kanker.
Bukan berarti, dengan memiliki faktor risiko tersebut, Moms pasti akan mengalami kanker ovarium.
Bagaimanapun juga, kanker ada penyakit misterius sehingga sangat sulit untuk diprediksi.
Jenis Kanker Ovarium
Tak hanya terdiri dari satu jenis saja, ternyata kanker pada ovarium terbagi ke dalam beberapa jenis, lho.
Jenis kanker di ovarium diklasifikasikan melalui sel tempat kanker dimulai.
Dengan mengetahui jenis kanker ovarium ini dapat membantu dokter menentukan perawatan terbaik.
1. Kanker Ovarium Epitel
Jenis kanker ini menjadi salah satu jenis kanker ovarium yang paling umum ditemukan.
Jenis ini sering tidak memiliki gejala pada tahap awal.
Kebanyakan orang tidak terdiagnosis sampai mereka berada pada stadium lanjut penyakit.
2. Kanker Sel Germinal Ovarium
Memiliki perbedaan dengan jenis sebelumnya, pada jenis ini sel kanker berkembang dari sel-sel yang membuat telur.
Mereka umumnya terjadi pada wanita muda atau remaja dan paling sering terjadi pada wanita berusia 20-an.
Kanker pada ovarium jenis ini memiliki ukuran yang cukup besar dan cenderung tumbuh dengan cepat.
3. Kanker Sel Stroma Ovarium
Jenis ketiga dari kanker ovarium adalah kanker sel stroma. Sel kanker pada jenis ini berkembang dari sel-sel ovarium.
Kanker sel stroma ovarium jarang terjadi dan tumbuh lambat. Mereka mengeluarkan estrogen dan testosteron.
Kondisi wanita dengan kelebihan testosteron dapat menyebabkan jerawat dan pertumbuhan rambut wajah.
Terlalu banyak estrogen dapat menyebabkan pendarahan rahim.
Sehingga, gejala-gejala ini bisa sangat terlihat ketika menderita kanker jenis ovarium sel stroma.
Baca Juga: Kenali 13 Ciri Rahim Bersih setelah Keguguran Tanpa Kuret
Diagnosis Kanker Ovarium
Untuk mengetahui kanker ovarium harus dimulai dengan riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik untuk kanker ovarium umumnya harus mencakup pemeriksaan panggul dan dubur.
Selain itu melakukan beberapa pemeriksaan darah juga untuk mendiagnosis kanker ovarium.
Tes yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker ovarium meliputi:
- Tes hitung darah lengkap
- Tes untuk antigen kanker 125 tingkat
- Tes untuk kadar HCG
- Tes untuk alfa-fetoprotein
- Tes untuk tingkat dehidrogenase laktat
- Tes untuk kadar inhibin, estrogen, dan testosteron
- Tes fungsi hati untuk menentukan apakah kanker telah menyebar
- Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah kanker telah menghalangi aliran urin atau menyebar ke kandung kemih dan ginjal
Selain itu, beberapa acara lainnya yang dapat mendiagnosis atau memeriksa tanda-tanda kanker ovarium:
1. Biopsi
Biopsi merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mengecek sel kanker.
Selama proses biopsi, sampel jaringan kecil diambil dari ovarium untuk mencari sel kanker.
Ini dapat dilakukan dengan jarum yang dipandu oleh CT scan atau ultrasound.
2. Tes Radiologi
Ada beberapa jenis tes radiologi atau pencitraan yang dapat mencari sel kanker pada ovarium, seperti CT scan, MRI, dan PET scan.
Baca Juga: Kanker Payudara: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Komplikasi Kanker Ovarium yang Umum Terjadi
Kanker ovarium juga dapat memicu komplikasi dan gangguan masalah kesehatan lainnya.
Beberapa komplikasi umum dari kanker ovarium stadium lanjut meliputi:
- Gangguan Pencernaan
Dalam Journal of Pain and Symptomps Management menilai bahwa sekitar 75% wanita melaporkan gejala tubuh mudah lelah.
Mual, muntah, atau sembelit ini adalah efek samping gangguan pencernaan yang umum.
Selain itu, ada juga risiko penumpukan cairan berlebih di jaringan tubuh dapat menyebabkan pembengkakan di kaki atau daerah panggul.
Tak jarang, dari mereka juga mengalami anemia atau jumlah sel darah yang rendah dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri.
- Gangguan Organ Lain
Bisa terjadi asites, yakni ini adalah kumpulan cairan di rongga perut yang disebabkan oleh kanker.
Gejala asites mungkin termasuk pembengkakan, kembung, sesak napas, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, atau kelelahan yang memburuk.
Pada beberapa wanita, juga berisiko alami komplikasi tumor pada kandung kemih.
Tumor ini dapat menyumbat usus atau kandung kemih. Ini dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan dan mungkin memerlukan prosedur lanjutan.
- Masalah Nutrisi
Masalah nutrisi menjadi komplikasi yang sulit dihindari ketika mengalami pengobatan kanker.
Jika Moms tidak dapat makan sendiri karena efek samping kanker atau kekurangan gizi, Moms mungkin mengalami nutrisi parenteral.
Ini artinya, melibatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui infus.
Selain itu, bisa juga terjadi efusi pleura atau penumpukan cairan antara selaput tipis yang melapisi paru-paru dan bagian dalam rongga dada.
Ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan gejala lainnya.
Baca Juga: 10 Manfaat Buah Pare untuk Kesehatan, Bisa Lawan Kanker!
Cara Mengobati Kanker Ovarium
Cara mengobati kanker ovarium akan dilakukan tergantung pada jenis dan stadium kanker yang dialami pasien.
Secara umum, beberapa cara mengobati kanker di ovarium, meliputi:
1. Operasi
Operasi atau pembedahan dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis, menentukan stadium kanker dan berpotensi untuk mengangkat kanker.
Sepanjang proses operasi, ahli bedah akan berusaha untuk mengangkat seluruh jaringan kanker pada ovarium.
Jika menderita kanker stadium 1, operasi dapat mencakup:
- Pengangkatan ovarium yang terkena kanker dan biopsi ovarium lainnya
- Pengangkatan jaringan lemak, atau omentum yang menempel pada beberapa organ perut
- Pengangkatan kelenjar getah bening perut dan panggul
- Biopsi jaringan lain dan pengumpulan cairan di dalam perut
2. Operasi Kanker Ovarium Tingkat Lanjut
Namun, jika memiliki kanker ovarium dengan stadium lanjut seperti stadium 2, 3, dan 4 dokter akan menyarankan untuk melakukan operasi kanker tingkat lanjut.
Sayangnya pembedahan lebih luas ini dapat membuat wanita tidak bisa memiliki anak.
Beberapa jenis operasi tingkat lanjut ini termasuk:
- Pengangkatan rahim
- Pengangkatan kedua ovarium dan saluran tuba
- Pengangkatan omentum
- Pengangkatan sebanyak mungkin jaringan yang memiliki sel kanker
- Biopsi jaringan apa pun yang mungkin bersifat kanker
3. Kemoterapi
Setelah melalui proses pembedahan biasanya pasien akan melanjutkan pengobatan dengan kemoterapi.
Pada kemoterapi, obat-obatan akan diberikan secara infus atau melalui perut. Ini disebut pengobatan intraperitoneal.
Namun biasanya, selama proses kemoterapi memiliki beberapa efek samping meliputi:
- Mual
- Muntah
- Rambut rontok
- Kelelahan
- Masalah tidur
Baca Juga: Pentingnya Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks, Catat!
Cara Mencegah Kanker Ovarium
Kanker di ovarium jarang menunjukkan gejala pada stadium awal.
Hal ini membuat sebagian orang tidak dapat mengetahui bahwa dirinya memiliki sel kanker yang hidup di ovariumnya.
Terlepas dari itu, hingga saat ini tidak ada cara yang pasti untuk mencegah kanker ovarium.
Namun, para dokter dan ilmuwan meyakini bahwa hal-hal di bawah ini dapat membantu menurunkan risiko kanker ovarium:
- Minum pil KB
- Melahirkan
- Menyusui
- Ligasi tuba
- Histerektomi
Perlu diperhatikan bahwa ligasi tuba dan histerektomi hanya boleh dilakukan untuk alasan medis yang jelas.
Baca Juga: 5 Manfaat Alga Merah, Potensi Jadi Obat Kanker!
Demikian jabaran fakta mengenai kanker ovarium. Penyakit ini harus diwaspadai, karena bisa sangat membahayakan keselamatan.
Pahami gejalanya dan segera hubungi dokter jika Moms merasakan gejala yang mungkin berkaitan dengan kanker ovarium.
Semakin dini dideteksi dan diobati, kemungkinan untuk sembuh akan semakin tinggi!
- https://www.cancer.org/research/cancer-facts-statistics/all-cancer-facts-figures/cancer-facts-figures-2018.html#:~:text=2018%20Special%20Section%3A%20Ovarian%20Cancer&text=In%202018%2C%20there%20will%20be%20approximately%2022%2C240%20new%20cases%20of,of%20the%20disease's%20low%20survival.
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cancer/symptoms-causes/syc-20375941
- https://www.nhs.uk/conditions/ovarian-cancer/
- https://www.healthline.com/health/ovarian-cancer#prevention
- https://www.jpsmjournal.com/article/S0885-3924(07)00319-3/fulltext
- https://www.dana-farber.org/cancer-care/types/childhood-ovarian-tumors#:~:text=Ovarian%20tumors%20can%20form%20in,between%20birth%20and%20age%2017.
- https://www.sinardaily.my/article/222137/focus/national/19-month-old-battles-stage-three-ovarian-cancer
- https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/kenali-gejala-dini-kanker-pada-anak
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.