4 Ciri Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga
Jika selama ini Moms akrab dengan istilah kekerasan fisik dan kekerasan seksual, pernahkah mendengar sebutan kekerasan finansial?
The Organization Purple Purse menyebut sama seperti jenis kekerasan pada umumnya, kekerasan finansial adalah pola perilaku kasar yang digunakan untuk mengendalikan dan mengintimidasi pasangan dalam hal keuangan.
Seringkali kekerasan finansial ini berhubungan dengan cara pelaku mencegah korban memperoleh, menggunakan, dan menyimpan sumber keuangan.
Pelaku kekerasan finansial tidak hanya berasal dari salah satu pasangan yang memang bekerja untuk mencari nafkah.
Bisa saja hal ini terjadi di salah satu pihak yang memang ingin memanipulasi keuangan keluarga agar pasangannya bisa menggunakan uang tersebut semaunya.
Baca Juga: Dampak Kekerasan Rumah Tangga Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Ciri Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga
Untuk lebih jelasnya, Moms, yuk telusuri ciri kekerasan finansial pada artikel di bawah ini.
1 . Kontrol Berlebihan terhadap Akses Keuangan
Foto: unsplash.com
Apakah pasangan Moms atau Dads memutuskan secara sepihak penggunaan uang tunai dan kartu kredit atau debit untuk kebutuhan sehari-hari?
Apakah Moms atau Dads perlu meminta izin untuk menghabiskan uang yang dihasilkan sendiri atau salah satu pihak meminta tanda terima untuk setiap pembelian?
Jika iya, maka menurut Office on Women's Health, Moms sedang mengalami kekerasan finansial.
Perjanjian mengenai pengelolaan keuangan sehari-hari dilakukan oleh salah satu pihak memang tidak salah, tapi pasangan disarankan untuk dapat memiliki akses informasi keuangan dan bersama-sama serta bersinergi memutuskan bagaimana cara membelanjakan uang.
Jika ada di antara salah satu pihak entah itu Moms atau Dads yang mendominasi kontrol pengeluaran dengan memberi uang saku, mencegah pembelian barang kebutuhan atau meminta tanda terima atas uang yang dibelanjakan, ini merupakan tanda kekerasan finansial dalam rumah tangga.
Baca Juga: Waspada ‘Selingkuh’ Keuangan di Rumah Tangga, Apa Maksudnya?
2. Menghabiskan Uang Tanpa Diketahui Pasangan
Foto: unsplash.com
Pelaku kekerasan finansial melibatkan aspek penyalahgunaan keuangan dengan menghabiskan uang tanpa sepengetahuan pasangan, apalagi jika uang tersebut dihasilkan secara bersama-sama.
Kontrol seperti ini adalah cara untuk menghindari tanggung jawab keuangan pada diri sendiri. Kesenjangan pengetahuan ini dapat menjadi bumerang, Moms.
Akibatnya, salah satu pihak tidak dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli kebutuhan atau keinginannya sehingga berpotensi menimbulkan perdebatan di masa depan.
Kekerasan finansial dalam hal ini sebenarnya dapat dihindari dengan keterbukaan finansial, secara terbuka mendiskusikan kebutuhan dan keinginan dalam rumah tangga agar tidak terjadi kesalahpahaman.
3. Mengerdilkan Kemampuan Mengelola Keuangan
Foto: unsplash.com
Jennifer White-Reid, Vice President dari Domestic Violence Program di Urban Resource Institute menyebutkan salah satu kekerasan finansial tersirat adalah dengan merusak kepercayaan salah satu pihak atas uang yang dikelola.
Sasarannya adalah kemampuan seseorang untuk mencapai keamanan dari sisi finansial hingga jangka panjang.
Pelaku kekerasan finansial dalam hal ini seringkali menyebut pasangannya bodoh dalam hal mengelola keuangan secara efektif sehingga dengan kata lain hal ini bisa menjadi pelecehan dalam bentuk verbal.
Kekerasan seperti ini membuat korban akan terus meragukan kemampuannya dalam mengelola keuangan dan membatasi diri dari pengeluaran yang sebenarnya dibutuhkan ketika berumah tangga.
Maka, penting untuk saling belajar satu sama lain dalam hal mengatur keuangan.
Baca Juga: Dampak Kekerasan Rumah Tangga Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
4. Menyebabkan Terlilit Utang
Foto: unsplash.com
Apakah pasangan mendaftarkan kartu kredit atau pinjaman dengan nama Moms atau Dads dengan memaksa untuk menandatangani dokumen finansial? Atau pasangan ternyata menolak dengan keras untuk membayar utangnya?
Jika pasangan sudah mulai menggunakan pemaksaan seperti kekerasan fisik hingga ancaman demi untuk membeli sesuatu, maka hal ini sudah termasuk kekerasan finansial yang cukup berat.
Keputusan finansial baik jangka pendek ataupun panjang haruslah melibatkan persetujuan dari dua belah pihak untuk bekerjasama membayar dalam bentuk tunai atau pinjaman.
Disarankan untuk tidak menandatangani dokumen dengan gegabah meskipun hal itu dianjurkan oleh pasangan yang Moms dan Dads cintai.
Usahakan untuk berdiskusi lebih dahulu, karena ada baiknya untuk tidak menambah utang tanpa persetujuan salah satu pihak.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.