3 Kelainan Tulang Penyebab Bayi Sulit Belajar Duduk Tegak
Sejak usianya hampir 9 bulan, Moms perlu memperhatikan Si Kecil, apakah ia tidak dapat duduk dengan dukungan.
Perkembangan setiap bayi memang berbeda-beda, tetapi tidak ada salahnya Moms mewaspadai kemungkinan tanda keterlambatan keterampilan motorik kasar.
Tanda-tanda lain kemungkinan keterlambatan motorik pada usia 9 bulan, seperti dikutip dari Healhline, meliputi otot kaku atau kencang, gerakan tubuh lunglai, hanya meraih mainan dengan satu tangan tidak memiliki kontrol kepala yang kuat, dan tidak mampu membawa benda ke mulut.
Intervensi sangat dibutuhkan atas keterlambatan perkembangan ini, untuk diketahui apakah ada kelainan tulang bayi, atau penyebab lain.
Menurut National Institutes of Health (NIH), bayi memiliki tonggak perkembangan sesuai usia. Umumnya, pada enam bulan, seorang bayi dapat merangkak dan pada satu tahun, dapat berjalan.
Meskipun satu bayi dapat berkembang beberapa bulan lebih cepat dari yang lain, biasanya tidak ada alasan untuk khawatir tentang keterlambatan bayi dalam perkembangan kecuali keterlambatannya berlebihan atau berkepanjangan.
Baca Juga: 3 Tips Menghindari Kelainan Tulang pada Anak, Yuk Lakukan!
Kelainan Tulang Penyebab Bayi Sulit Belajar Duduk Tegak
Salah satu penyebab keterlambatan perkembangan bayi, terutama kemampuan duduk tanpa sokongan, adalah kelainan tulang bayi. Beberapa bayi memang terlahir dengan kelainan tulang tertentu yang bsia berdampak pada perkembangannya.
Apa saja kelainan tulang penyebab bayi sulit belajar duduk tegak? Berikut ulasannya.
1. Kelainan Tulang Spinal Muscular Atrophy
Foto: Orami Photo Stock
Atrofi otot tulang belakang (spinal muscular atrophy/SMA) adalah suatu kondisi genetik yang menyebabkan kelemahan dan atrofi otot (ketika otot semakin kecil).
SMA dapat memengaruhi kemampuan anak untuk merangkak, berjalan, duduk, dan mengendalikan gerakan kepala. SMA parah dapat merusak otot yang digunakan untuk bernafas dan menelan.
Ada empat jenis SMA. Beberapa muncul lebih awal dan lebih parah dari yang lain. Semua jenis SMA membutuhkan perawatan berkelanjutan oleh tim perawatan medis.
Tidak ada obat untuk SMA, tetapi perawatan dapat membantu anak-anak dengan SMA menjalani kehidupan yang lebih baik.
Di SMA, saraf yang mengontrol kekuatan dan gerakan otot rusak. Saraf ini (disebut neuron motorik) ada di sumsum tulang belakang dan bagian bawah otak.
Mereka tidak dapat mengirim sinyal dari otak ke otot untuk membuatnya bergerak. Karena otot tidak bergerak, mereka menjadi lebih kecil (atau atrofi).
Pengujian genetik orang dengan SMA dan orang tua mereka dapat membantu menentukan seberapa besar kemungkinan seseorang memiliki anak dengan SMA.
Tanda-tanda SMA dapat bervariasi. Beberapa bayi dengan SMA tidak belajar berguling atau duduk pada usia yang diharapkan. Anak yang lebih besar, mungkin jatuh lebih sering daripada anak-anak pada usia yang sama atau kesulitan mengangkat barang.
Anak-anak dengan SMA dapat mengalami skoliosis (tulang belakang melengkung) jika otot punggung lemah. Jika SMA parah, anak mungkin tidak bisa berdiri atau berjalan dan mungkin butuh bantuan untuk makan dan bernapas.
Baca Juga: Ini Penyebab Kelainan Tulang pada Anak dan Dampaknya, Catat!
2. Kelainan Tulang Osteogenesis Imperfecta
Foto: Orami Photo Stock
Osteogenesis imperfecta (OI) adalah kelainan tulang (genetik) langka yang ada saat lahir. Ini juga dikenal sebagai penyakit tulang rapuh.
Dijelaskan peneliti India Mala Dharmalingam, seorang anak yang lahir dengan OI mungkin memiliki tulang lunak yang mudah patah (patah), tulang yang tidak terbentuk secara normal, dan masalah lainnya.
Gejala dan jenisnya bervariasi, mulai dari anak bertengkorak lunak, wajah berbentuk segitiga, tulang tangan dan kaki yang tidak sama panjang, sampai tulang yang sama sekali lunak.
Osteogenesis imperfecta adalah kondisi yang rumit. Meskipun tidak ada obat untuk kelainan tulang yang sering disebut brittle bone ini, ada beberapa metode untuk membantu mengelola gejala gangguan ini.
Seperti pemasangan brace, terapi fisio, dan manajemen kemampuan tumbuh kembang yang sesuai dengan usia anak.
3. Kelainan Tulang Spina Bifida
Foto: Orami Photo Stock
Banyak gangguan tulang belakang bawaan terkait dengan spina bifida. Bayi yang lahir dengan spina bifida aperta atau myelomeningocele mungkin memiliki cacat di punggungnya.
Kondisi di mana kulit di atas sumsum tulang belakang tidak terbentuk dengan benar dan saraf terbuka.
Penjajaran tulang belakang yang tidak normal juga kerap dikaitkan dengan ketidakmampuan bayi saat duduk.
Abnormalitas pada penyelarasan tulang belakang dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan fungsi dan pembatasan pernapasan.
Seperti di antaranya kifosis atau bungkuk ke depan, lordosis, punggung melengkung ke belakang, dan skoliosis atau tulang belakang menekuk ke samping.
Sejumlah tes akan dilakukan jika Moms membawa bayi belum bisa duduk, untuk ditemukan kelainan tulang bayi secara bawaan.
Tes dapat terdiri dari pemeriksaan klinis, tes pencitraan, (CT Scan, MRI, dan EOS), hingga tes urin.
Ada banyak pilihan perawatan untuk anak-anak. Perawatan umumnya berfokus pada mengurangi rasa sakit, memulihkan fungsi, dan memperbaiki kelainan yang berbahaya. Pada beberapa kasus, dilakukan penggunaan brace, yang menjaga tulang belakang tetap sejajar saat anak tumbuh.
Namun tidak dimungkiri dibutuhkan operasi. Seperti untuk menangani skoliosis yang butuh pelayanan multidisiplin, kelainan sumsum tulang belakang, atau saraf.
Baca Juga: 3 Kelainan Bentuk Tulang Belakang pada Anak, Yuk Cari Tahu!
Nah Moms, itulah beberapa kelainan tulang bayi yang bisa menyebabkan Si Kecil kesulitan belajar duduk. Jika Si Kecil menunjukkan tanda-tanda kesulitan belajar duduk, segera periksakan ke dokter ya.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.