Waspadai Penyakit Klamidia, Rentan Mengganggu Kesuburan!
Penyakit klamidia merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Infeksi ini seringkali tidak menimbulkan gejala yang berarti sehingga kadang terlewat dan tidak ditangani sesegera mungkin.
Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini mengganggu kesuburan pria mapun wanita, dan mempersulit penderitanya untuk memiliki keturunan.
Klamidia adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri.
Biasanya pemilik kondisi ini tidak akan mengalami gejala pada tahap awal. Kondisi ini baru akan terasa gejalanya pada minggu 1 hingga minggu ketiga.
Faktanya, 90% perempuan dan 70% laki-laki dengan IMS tidak memiliki gejala. Namun, kondisi ini bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani.
Klamidia yang tidak cepat diobati bisa menyebabkan komplikasi. Jadi, sangat penting untuk memeriksakan diri secara rutin untuk menghindari penyakit kelamin.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sebanyak 1,7 kasus penyakit ini dilaporkan pada tahun 2017.
Meski demikian, angka sebenarnya dari infeksi ini mungkin hampir 3 juta kasus jika dijumlahkan dengan kasus yang tidak dilaporkan.
Dari studi lain yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), perempuan dengan usia 15 - 24 tahun memiliki persentase tertinggi terinfeksi klamedia.
CDC merekomendasikan perempuan di usia 25 tahun ke bawah yang sudah aktif secara seksual untuk memeriksakan kesehatan organ vitalnya setiap tahun.
Fakta Penyakit Klamidia
Gejala penyakit klamidia seharusnya dapat terdeteksi mulai dari satu hingga tiga minggu setelah seseorang terinfeksi.
Namun, dikutip dari WebMD, 75% wanita dan 50% pria yang terinfeksi penyakit klamidia tidak menunjukkan adanya gejala.
Pada wanita, penyakit ini memiliki gejala seperti keputihan abnormal dengan bau tidak sedap hingga pendarahan di antara waktu menstruasi.
Lalu, periode menstruasi yang sangat menyakitkan, sakit perut disertai demam, nyeri saat berhubungan seks dan buang air kecil, hingga munculnya rasa gatal di dalam atau sekitar vagina.
Sedangkan pada pria, gejala penyakit ini meliputi cairan jernih atau putih dari ujung penis hingga rasa sakit ketika buang air kecil.
Ada juga rasa terbakar atau gatal di sekitar pembukaan penis hingga rasa nyeri dan pembengkakan di sekitar testis.
“Jika hasil tes menunjukkan positif penyakit klamidia, biasanya harus minum antibiotik,” ungkap Jill Rabin, MD mengutip Everyday Health.
Dia adalah co-chief divisi perawatan ambulatori untuk program kesehatan perempuan dan layanan bantuan perawatan prenatal di Northwell Health, New Hyde Park, New York.
Penyakit ini sebenarnya mudah disembuhkan, tapi jika dibiarkan berlarut-larut, penyakit chlamydia mengganggu kesuburan pria maupun wanita.
Baca Juga: Infeksi Saluran Kemih: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatan
1. Klamidia Mengganggu Kesuburan Wanita
Jika tidak diberi pengobatan yang tepat, infeksi klamidia dapat menyebabkan penyakit inflamasi panggul.
Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada tuba falopi (tabung yang menghubungkan ovarium ke rahim) atau bahkan penyakit ini mengganggu kesuburan wanita menjadi lebih sulit hamil.
Selain itu, penyakit klamidia juga dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik (ketika implan telur dibuahi dan berkembang di luar rahim).
Selanjutnya, penyakit klamidia dapat menyebabkan kelahiran prematur dan infeksi ini juga dapat diturunkan dari Moms kepada bayi saat melahirkan.
Hal ini rentan menyebabkan infeksi mata, kebutaan, hingga pneumonia pada bayi baru lahir.
Baca Juga: Chancroid, Infeksi Menular Seksual yang Menyebabkan Luka pada Alat Kelamin
2. Gejala Klamidia pada Perempuan
Klamidia sering diketahui sebagai infeksi diam-diam. Hal tersebut karena orang dengan klamidia kemungkinan tak merasakan gejala apapun.
Jika seorang perempuan melakukan kontak dengan pengidap IMS, mungkin gejalanya baru hadir beberapa minggu kemudian.
Biasanya gejala perempuan yang terkena klamidia adalah;
- Sakit saat berhubungan seksual
- Keputihan
- Sensasi terbakar saat buang air kecil
- Sakit di perut bagian bawah
- Pembengkakakn serviks
- Perdarahan di antara menstruasi
Baca Juga: 3 Penyebab Nyeri Ovulasi, Benarkah Bisa Sebabkan Wanita Sulit Hamil?
3. Penyakit Klamidia Mengganggu Kesuburan Pria
Tidak hanya pada wanita, penyakit ini juga dapat mengganggu kesuburan pria jika penyakit tersebut tidak diobati dengan tepat.
Menurut penelitian Human Reproduction, pasangan yang berpartisipasi dalam penelitian ini, sepertiganya kurang berhasil mencapai kehamilan jika pasangan prianya memiliki sejarah infeksi chlamydia.
Pada pria, penyakit klamidia dapat menyebabkan beberapa kondisi berikut:
- Uretritis nongonococcal (Ngu) atau infeksi uretra yang merupakan saluran untuk mengeluarkan urine
- Infeksi epididimis, saluran yang membawa sperma dari testis
- Proctitis, peradangan rektum
"Infeksi penyakit klamidia pada pria jelas sesuatu yang harus dipertimbangkan, ketika pasangan pertama kali ingin melihat kemungkinan infertilitas," ungkap tim peneliti Jan Olofsson, MD, PhD, dikutip dari WebMD.
Baca Juga: Kenali Prosedur Tes HIV di Puskesmas, Yuk Cegah HIV/AIDS Sejak Dini!
4. Gejala Klamdia pada Laki-laki
Seperti yang sudah disebutkan, kondisi ini mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala penyakit ini juga akan berbeda nih, Moms dan Dads!
Berikut gejala yang bisa dialami oleh laki-laki penderita klamidia!
- Keluar cairan dari penis
- Rasa terbakar saat buang air kecil
- Luka di penis yang terasa gatal atau terbakar
- Sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar
- Klamidia bisa menginfeksi dubur dan ditandai dengan keluarnya cairan atau darah dari dubur
Baca Juga: Penyebab Haid Tidak Teratur dan Cara Mengatasinya, Catat Moms!
Klamidia saat Hamil
Perlu diwaspadai, Moms. Klamidia juga bisa menyerang kandungan ketika sedang hamil.
Jika hal ini terjadi, Moms perlu cepat diobati dan ditangani agar tidak terjadi hal yang di luar keinginan.
Jika penderita klamidia saat hamil tidak cepat ditangani, bisa menyebabkan kehamilan ektopik, nyeri panggul kronis, serta infertilitas di kemudian hari.
Karenanya, dokter sangat merekomendasikan ibu hamil untuk menjalani skrining infeksi ini.
Tak sampai sana Moms, ketika melahirkan, bayi juga kemungkinan bisa terinfeksi selama masa persalinan.
Si Kecil bisa mengalami infeksi mata atau pneumonia dan mungkin memerlukan antibiotik untuk menyembuhkannya.
Baca Juga: 5 Infeksi yang Rentan Terjadi saat Hamil, Waspada!
Supaya Moms terhindar dari klamidia, diimbau untuk menghindari kontak dengan pembawa bakteri tersebut dan menjalani hidup sehat ya.
Penyakit ini bisa dialami oleh siapa saja yang berada di usia reproduksi dan aktif melakukan hubungan seksual, Moms.
Nah, dampak lanjutan pada janin yang terkena infeksi bakteri klamidia adalah ada kemungkinan janin tidak berkembang, mengalami cacat, atau terjadi kematian.
American Pregnancy Association mengatakan bahwa bayi dalam kandungan bisa tertular infeksi dari ibu pada proses persalinan atau transmisi perinatal.
Penyakit klamidia berbahaya jika dibiarkan. Jadi, sering cek ke dokter dan jaga selalu kesehatan, ya!
- https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-complications/chlamydia-during-pregnancy/
- https://www.cdc.gov/std/chlamydia/stdfact-chlamydia-detailed.htm
- https://www.cdc.gov/std/prevention/screeningreccs.htm
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.