5 Jenis Kontrasepsi Hormonal, serta Manfaat dan Efek Sampingnya, Ada Pengaruh pada Nafsu Makan!
Sebagian besar wanita atau pasangan percaya bahwa kontrasepsi hormonal hanya memiliki satu tujuan dan fungsi, yaitu untuk mencegah kehamilan.
Meskipun sangat efektif dalam hal tersebut dibandingkan dengan jenis pencegah kehamilan lainnya, tampaknya efek dari kontrasepsi hormonal tidak hanya terbatas di situ saja.
Sebab, beberapa jenis kontrasepsi homronal bahkan dapat digunakan untuk mengobati masalah kesehatan lainnya, seperti sebagai pereda nyeri menstruasi.
Namun, meskipun memiliki manfaat yang baik, kontrasepsi hormonal tentunya juga memiliki sejumlah efek samping ketika dikonsumsi atau digunakan.
Baca Juga: 7 Alat Kontrasepsi Wanita yang Efektif Menunda Kehamilan, Pilih yang Paling Nyaman, Moms!
Jenis-jenis Kontrasepsi Hormonal
Berikut beberapa jenis KB hormonal yang bisa menjadi pilihan Moms dan pasangan dalam mencegah kehamilan.
1. Pil KB
Pil KB dikatakan sebagai kontrasepsi hormonal, karena mengandung dua jenis hormon, yaitu hormon estrogen dan progestin.
Selain kombinasi hormon tersebut, terkadang ada juga pil KB yang hanya mengandung hormon progestin saja.
Kedua hormon tersebut bekerja dengan cara mencegah ovarium (indung telur) melepaskan sel telur selama siklus menstruasi (disebut ovulasi).
Ini dilakukan dengan mengubah kadar hormon alami yang diproduksi oleh tubuh.
Progestin juga membuat lendir di sekitar leher rahim wanita menjadi kental dan lengket, sehingga membuat sperma berjalan lambat dan dapat dicegah memasuki rahim dan melakukan pembuahan.
Untuk mengonsumsinya, pil KB dapat dikonsumsi setiap hari, dan dapat mulai diminum di hari pertama haid.
2. Suntik KB
Berikutnya ada metode pencegahan kehamilan yang bersifat hormonal dan dilakukan dengan diinjeksi ke dalam tubuh.
Suntik KB dilakukan dengan menyuntikkan cairan yang mengandung hormon progestin ke dalam tubuh.
Progestin dapat menghentikan terjadinya kehamilan dengan mencegah ovulasi.
Jadi, ketika tidak ada sel telur di dalam rahim, kehamilan tidak bisa terjadi.
Sama seperti Pil KB, ini juga bekerja dengan membuat lendir serviks menjadi lebih kental.
Ketika lendir di leher rahim lebih tebal, sperma tidak bisa melewatinya. Dan ketika sperma dan sel telur tidak bisa bersatu, kehamilan tidak bisa terjadi.
Dibandingkan pil KB, suntik KB lebih praktis karena tidak dilakukan setiap hari, sebab setiap suntikan dari alat kontrasepsi ini bisa bertahan selama 8-13 minggu.
Baca Juga: Keluarga Berencana (KB): Ketahui Tujuan, Manfaat, Metode KB yang Umumnya Digunakan
3. Plester Kontrasepsi
Plester kontrasepsi juga mengandung hormon estrogen dan progestin, namun digunakan dengan cara ditempatkan pada kulit.
Patch atau plester juga harus diganti seminggu sekali agar efektivitasnya dalam mencegah kehamilan tetap ampuh.
4. KB IUD atau Spiral
Pada dasarnya, KB IUD terbagi menjadi dua jenis, ada yang mengandung hormon ada yang tidak mengandung hormon (non-hormonal).
IUD dengan hormon, mengandung hormon progesteron. IUD dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter ahli dan harus diganti setiap 3 hingga 10 tahun, tergantung pada jenisnya.
5. KB Implan
KB implan mengandung progestin yang berbentuk batang tipis dan dipasang di area lengan lengan.
Biasanya, ini ditempatkan di area bawah kulit di bagian dalam lengan atas oleh dokter.
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, kontrasepsi hormonal ini dapat bertahan hingga 3 tahun.
Baca Juga: KB Spiral: Jenis, Efek Samping, Keunggulan, dan Prosedur Pemasangan hingga Biayanya
Manfaat Kontrasepsi Hormonal
Selain mencegah kehamilan, kontrasepsi hormonal seperti pil dapat menawarkan manfaat kesehatan dan membantu memperbaiki kondisi seperti:
- Siklus haid tidak teratur.
- Sindrom pramenstruasi (PMS).
- Dismenore (kram menstruasi).
- Anemia (sel darah merah rendah).
- Gangguan disforik pramenstruasi.
- Fibroid rahim.
- Jerawat.
Selain itu, menggunakan kontrasepsi hormon juga dapat menurunkan risiko kanker endometrium, kolorektal, dan ovarium.
Hal tersebut dibuktikan dalam sebuah penelitian di The Lancet Oncology, yang mengungkapkan bahwa risiko kanker endometrium secara signifikan lebih rendah pada wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral dibandingkan pada wanita yang tidak pernah menggunakannya.
Baca Juga: 6 Pilihan KB yang Paling Aman dalam Mencegah Kehamilan dan Minim Efek Samping
Efek Samping Kontrasepsi Hormonal
Terdapat sejumlah efek samping saat menggunakan kontrasepsi hormonal, antara lain:
1. Perubahan Suasana Hati
Beberapa wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dapat berisiko mengalami perubahan suasana hati dan depresi.
Ini terjadi karena tubuh bekerja untuk menjaga keseimbangan hormon, maka ketika masuknya hormon dari kontrasepsi dapat menyebabkan gangguan sehingga menyebabkan perubahan suasana hati.
Efek samping ini juga lebih berisiko terjadi pada wanita yang sebelumnya pernah mengalami depresi.
2. Sakit Kepala Migrain
Pada beberapa wanita yang mengonsumsi kontrasepsi oral dapat merasakan sejumlah gejala sakit kepala migrain, terutama yang sebelumnya memang pernah mengalami migrain.
Baca Juga: Tubektomi, Kontrasepsi Permanen untuk Wanita: Prosedur, Keuntungan, hingga Efek Sampingnya
3. Masalah pada Kesehatan Kardiovaskular
Untuk jenis pil KB dan plester kontrasepsi rupanya penggunaannya dapat meningkatkan risiko terjadinya peningkatan tekanan darah (hipertensi).
Melansir dari Healthline, kandungan hormon dari kontrasepsi itu juga dapat membuat seseorang berisiko mengalami pembekuan darah
Namun, efek samping ini sangat jarang terjadi. Akan tetapi ketika itu terjadi, maka dapat berpotensi menjadi kondisi yang cukup serius.
Maka dari itu, metode kontrasepsi hormonal memerlukan resep dan pemantauan rutin dari dokter.
Segera kunjungi rumah sakit puskesmas terdekat bila mengalami sejumlah gejala, seperti:
- Sakit dada.
- Kesulitan bernapas.
- sakit kepala yang tiba-tiba.
- Nyeri ounggung atau rahang tiba-tiba, disertai mual, kesulitan bernapas, dan berkeringat.
4. Perut Kembung
Hormon estrogen dapat memengaruhi ginjal dan menyebabkan retensi air. Akibatnya, seseorang yang menggunakan KB hormonal dapat merasa kembung atau bahkan berat badannya bertambah.
5. Merasa Mual
Beberapa wanita yang menggunakan KB hormonal mengalami rasa mual ringan saat pertama kali menggunakan atau mengonsumsinya.
Namun, hal tersebut dapat diminimalisir, terutama untuk yang menggunakan pil KB.
Pil KB dapat diminum di malam hari atau mengonsumsinya bersamaan dengan makanan atau setelah setiap hari, dapat membantu mengurangi rasa mual.
Baca Juga: 9 Cara Memakai Kondom dengan Benar dan Tips Menggunakannya, Bisa Tambah Pelumas!
6. Bercak atau Spotting
Salah satu efek samping yang sering terjadi dari penggunaan KB hormonal adalah timbulnya bercak.
Bercak lebih sering terjadi pada bentuk kontrasepsi hormonal dengan dosis rendah, seperti IUD hormonal, implan, dan pil KB.
7. Perubahan Nafsu Makan dan Berat
Beberapa wanita mengalami perubahan nafsu makan dan berat badan saat menggunakan kontrasepsi hormonal.
Melansir dari Informed Health, beberapa wanita mengatakan bahwa berat badan mereka bertambah ketika menggunakan kontrasepsi hormonal, sementara yang lain melaporkan adanya penurunan berat badan.
Inilah sebabnya mengapa kenaikan berat badan dan penurunan berat badan terdaftar sebagai salah satu kemungkinan efek samping pada informasi produk kontrasepsi hormonal.
Itu dia Moms informasi mengenai kontrasepsi hormonal. Selain KB hormonal, ada juga KB non-hormonal, seperti IUD non-hormonal, kondom, diafragma (kondom wanita), tubektomi, dan vasektomi.
Di antara KB hormonal dan non-hormonal, Moms memilih menggunakan yang mana? Yuk bagi pengalamannya di komentar!
- https://medlineplus.gov/ency/article/007460.htm
- https://www.healthline.com/health/birth-control-effects-on-body
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26254030/
- https://www.verywellmind.com/benefits-and-side-effects-of-hormonal-birth-control-5270404
- https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/birth-control-shot
- https://www.cdc.gov/reproductivehealth/contraception/index.htm
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441582/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.