Kopi untuk Anak Kejang, Mitos Atau Fakta, Ya?
Memberikan kopi untuk anak kejang, pasti sudah sering Moms atau Dads dengar. Bahkan, bisa jadi sudah pernah dipraktikkan.
Coba ingat-ingat kembali, apakah pernah Moms atau Dads memberikan kopi pada Si Kecil untuk mencegah kejang?
Mengingat kejang pada anak dapat terjadi secara tiba-tiba dan kopi menjadi minuman yang mudah ditemukan di rumah.
Namun, apakah benar kopi efektif dalam mencegah kejang pada Si Kecil?
Kopi untuk Anak Kejang, Apakah Mitos Belaka?
Foto: Orami Photo Stock.
Kejang terjadi ketika ada aktivitas listrik yang abnormal pada sel-sel otak.
Siapa pun bisa mengalami kejang, akan tetapi bayi dan anak-anak bisa menjadi salah satu kelompok yang paling sering mengalaminya.
Kondisi ini mulai terjadi pada 4 minggu pertama dalam kehidupan bayi.
Kejang bisa berlangsung selama beberapa menit dan terjadi sekali, tanpa menyebabkan kerusakan.
Biasanya hal ini tidak perlu dikhawatirkan orangtua.
Akan tetapi, Moms dan Dads boleh memeriksakan Si Kecil ke dokter untuk memastikan kondisinya lebih lanjut.
Kejang yang terjadi secara mendadak kadang membuat orantua panik. Agar tidak terjadi lagi, orantua sengaja memberikan kopi untuk Si Kecil.
Tindakan pencegahan ini beredar luas di masyarakat, dan telah banyak dipraktikkan.
Padahal, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa kopi untuk anak kejang bisa mencegah terjadinya kondisi serupa di kemudian hari.
Baca juga: Bayi Kejang saat Tidur, Apa Penyebabnya?
Fakta Mengenai Kopi untuk Anak Kejang
Foto: Orami Photo Stock.
Kopi memang memiliki segudang manfaat, mengingat ada kandungan antioksidan di dalamnya.
Menurut situs Cleveland Clinic, kopi dapat menurunkan risiko gagal jantung, penyakit Alzheimer, dan kanker usus. Manfaatnya ini bisa didapat jika kopi diminum secara rutin dan tepat.
Sebaliknya, bisa juga jadi bumerang jika diminum berlebihan atau tidak pada waktunya. Contohnya, membuat perut mulas, sakit kepala, atau susah tidur karena kandungan kafeinnya.
Nah, di antara banyak informasi mengenai kopi, salah satunya yang cukup umum beredar di kalangan ibu adalah bisa mencegah terjadinya kejang pada bayi.
Eits, tunggu dulu. Jangan asal menelan mentah-mentah mengenai infomasi kopi untuk bayi kejang ini karena sebenarnya hanyalah mitos.
Pasalnya, sejauh ini tidak ada bukti yang mendukung pada jurnal ilmiah dan dokter tidak merekomendasikan cara ini.
Studi pada jurnalEpilepsy and Behavior, menjelaskan efektivitas kafein yang terkandung pada kopi dalam mencegah kejang pada anak sangatlah langka.
Sebaliknya, pemberian kafein secara berlebihan malah bisa memperparah kejang. Efeknya ini bisa terjadi demikian pada beberapa orang, bisa juga Si Kecil.
Baca juga: 6 Pertolongan Pertama Kejang Demam pada Anak yang Bisa Moms Lakukan
Memberi Kopi untuk Anak Kejang Bukan Tindakan yang Tepat
Foto: Orami Photo Stock.
Selain tidak terbukti, pemberian kopi pada anak malah bisa menimbulkan masalah. Apalagi, pada anak yang masih kecil.
Pada kasus ringan, kopi mungkin bisa menyebabkan Si Kecil diare.
Kafein pada kopi memiliki efek dosis-respons. Karena anak-anak lebih kecil dalam ukuran tubuh, dibutuhkan lebih sedikit kafein untuk mempengaruhi fungsi tubuh mereka.
Itu artinya, anak-anak berisiko kelebihan kafein dari kopi jika mengonsumsinya.
Secara pasti, memang tidak diketahui dampak kafein pada bayi dan anak-anak.
Akan tetapi, pada orang dewasa, kelebihan kafein bisa menimbulkan kondisi berikut ini.
- Menimbulkan kecemasan.
- Meningkatkan denyut jantung.
- Menaikkan tekanan darah.
- Memicu refluks asam lambung.
- Mengganggu tidur.
- Menyebabkan keracunan kafein jika dosisnya sangat tinggi.
Melihat efeknya ini tentu membuat Moms dan Dads kembali mempertimbangkan pemberian kopi untuk anak kejang.
Untuk lebih lanjut, konsultasikan pada dokter yang menangani kondisi Si Kecil.
Baca juga: Jangan Buang Ampas Kopi atau Teh, Ternyata Ini 12 Manfaatnya
Lantas, Apa yang Bisa Moms Lakukan?
Foto: Orami Photo Stock.
Terjadinya kejang biasanya ada pemicunya. Nah, mengetahui pemicunya adalah cara tepat untuk mencegah terjadinya kejang pada anak ketimbang memberinya kopi.
Biasanya, anak mengalami kejang saat ia terkena demam. Moms bisa memberikannya obat pereda demam, seperti paracetamol atau membawanya ke dokter.
Pada beberapa kasus, kejang juga bisa terjadi karena kurang tidur, kelaparan, dan terus melihat lampu berkedip.
Bila ini pemicunya, pastikan Si Kecil agar tidur cukup, makan, dan menjauhi lampu berkedip.
Jika Si Kecil memang sering mengalami kejang, bawa ia ke dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mengetahui penyebab yang mendasarinya.
Dokter mungkin meminta anak untuk menjalani berbagai tes kesehatan, seperti:
- Tes darah dan tes urine (kencing) untuk mencari infeksi atau penyakit.
- Electroencephalography untuk mengukur aktivitas gelombang otak.
- Pemindaian CAT, MRI, dan PET/MRI untuk mendapatkan gambar otak yang sangat detail.
Baca juga: Fakta dan Mitos Pertumbuhan Gigi Pertama Bayi, Catat Moms!
Selain demam, kejang pada anak yang terjadi terus-menerus bisa menjadi tanda dari rendahnya kadar natrium dalam darah, adanya tumor di otak, mengalami cedera otak, atau infeksi lainnya.
Jika penyakit di atas adalah satu penyebabnya, dokter akan merekomendasikan pengobatan, berupa obat-obatan maupun operasi.
Dengan begitu, frekuensi kejang dapat berkurang bahkan dihindari.
Di samping itu, Moms dan Dads juga akan diarahkan bagaimana merawat anak yang sering mengalami kejang.
Penting bagi Moms untuk mengenali kejang biasa dengan kejang yang berkaitan dengan masalah kesehatan serius.
Jadi, jangan sepelekan kejang yang terjadi pada anak. Terutama bila ia sering mengalaminya atau durasinya berlangsungnya kejang cukup mengkhawatirkan.
- https://www.epilepsybehavior.com/article/S1525-5050(17)30788-6/fulltext
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/baby-seizure#causes
- https://www.epilepsyscotland.org.uk/12-most-common-seizure-triggers/
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/9-reasons-why-the-right-amount-of-coffee-is-good-for-you
- https://www.hopkinsallchildrens.org/ACH-News/General-News/Is-Coffee-Bad-for-Kids
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.