Makrosomia, Saat Bayi Lahir dengan Berat Melebihi Batas Normal
Janin dalam kandungan dalam beberapa kasus berpotensi mengalami kelebihan bobot. Makrosomia adalah istilah yang menggambarkan bayi yang lahir dengan ukuran jauh lebih besar dibandingkan rata-rata usia kehamilan.
Bagi wanita hamil sangat perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai makrosomia.
Berikut ini penyebab, gejala, dan risiko makrosomia dalam kehamilan.
Baca Juga: Bayi Lahir Besar, Apa Penyebab dan Risikonya?
Penyebab dan Faktor Risiko Makrosomia dalam Kehamilan
Makrosomia adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh faktor genetik serta kondisi ibu, seperti riwayat penyakit tertentu.
Adapun penyebab makrosomia dan faktor yang meningkatkan risiko yaitu sebagai berikut, seperti dikutip dari buku Fetal Macrosomia.
1. Diabetes pada Ibu
Makrosomia janin lebih mungkin terjadi jika Moms menderita diabetes sebelum kehamilan (diabetes pra-kehamilan) atau selama kehamilan (diabetes gestasional).
Jika diabetes tidak terkontrol dengan baik, bayi cenderung memiliki bahu yang lebih besar dan jumlah lemak tubuh yang lebih besar daripada bayi yang ibunya tidak menderita diabetes.
Baca Juga: 3 Makanan untuk Ibu Hamil dengan Diabetes Gestasional
2. Pernah Mengalami Makrosomia Janin Sebelumnya
Penyebab lainnya adalah jika sebelumnya Moms pernah melahirkan bayi yang besar. Hal ini membuat Moms berisiko lebih tinggi untuk mengalami makrosomia saat hamil lagi.
Namun, kondisi ini tak selalu terjadi pada kehamilan seterusnya ya Moms.
Konsultasikan dengan dokter untuk mencegah kondisi hal yang serupa seperti kehamilan sebelumnya.
3. Obesitas pada Ibu
Mengutip dari BioMed Research International, makrosomia janin lebih mungkin terjadi jika Moms mengalami obesitas.
Memiliki gaya hidup tidak sehat dengan makan terlalu banyak selama masa kehamilan akan membuat bayi lahir dengan berat melebihi batas normal.
Ada baiknya ibu hamil lebih memperhatikan lagi pola makan yang lebih sehat.
4. Memiliki Anak Laki-laki
Dalam Mayo Clinic, penyebab berat bayi terlalu berlebih adalah karena faktor jenis kelamin pada anak.
Bayi laki-laki biasanya memiliki berat sedikit lebih banyak dari bayi perempuan.
Sebagian besar bayi yang beratnya lebih dari (4.500 gram atau 4,5 kg) adalah bayi laki-laki.
Baca Juga: Secondary Infertility: Kenapa Kehamilan Kedua Lebih Susah?
5. Kelahiran Tertunda
Jika kehamilan Moms berlanjut lebih dari dua minggu setelah hari perkiraan lahir, bayi Moms berisiko lebih tinggi mengalami makrosomia janin.
Hal ini juga dipengaruhi dari usia ibu hamil itu sendiri. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun lebih cenderung memiliki bayi yang didiagnosis dengan makrosomia janin.
Baca Juga: Bisa Sebabkan Obesitas, Ini Bahaya MPASI Dini Pada Bayi
Gejala Makrosomia dalam Kehamilan
Makrosomia dalam kehamilan menjadi salah satu masalah kesehatan yang sulit dideteksi dan didiagnosis selama kehamilan.
Maka dari itu, ibu hamil perlu mengetahui tanda dan gejala yang biasanya muncul.
1. Tinggi Fundus yang Besar
Selama kunjungan prenatal, dokter akan mengukur tinggi fundus atau jarak dari bagian atas rahim ke tulang kemaluan.
Ketinggian fundus yang lebih besar, dapat menjadi salah satu pertanda bahwa bayi yang sedang dikandung mengalami tanda makrosomia janin.
2. Cairan Ketuban Berlebih
Selain tinggi fundus, terlalu banyak ketuban atau cairan yang mengelilingi dan melindungi bayi selama kehamilan juga bisa menjadi tanda yang perlu diwaspadai.
Ultrasonografi dapat memberikan gambaran kasar tentang berat badan bayi serta tingkat cairan ketuban.
Cairan ketuban yang berlebih, suatu kondisi yang dikenal sebagai polihidramnion, sering dikaitkan dengan makrosomia.
Bayi yang lebih besar akan buang air kecil dalam jumlah yang lebih banyak dan berarti lebih banyak urine atau cairan ketuban.
Baca Juga: Ini yang Harus Kita Lakukan Saat Berat Badan Janin Berlebihan
Risiko Makrosomia dalam Kehamilan
Dilansir dari American College of Obstetricians and Gynecologists, makrosomia bisa memicu berbagai masalah dalam kehamilan.
Berikut beberapa risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
1. Persalinan yang Sulit
Makrosomia dapat menyebabkan bayi terjepit selama proses persalinan, mengalami cacat lahir, atau memerlukan penggunaan forsep maupun alat vakum selama persalinan.
Bayi juga berpotensi cedera saat lahir, yang paling sering dialami adalah distosia bahu.
Makrosomia dalam kehamilan dapat menyebabkan bayi melukai jalan lahir atau merobek jaringan vagina dan otot-otot antara vagina dan anus.
Sehingga, terkadang diperlukan prosedur operasi caesar.
Baca Juga: Operasi Caesar Membuat Tubuh Ibu Lemah, Mitos atau Fakta?
2. Perdarahan
Perdarahan setelah melahirkan juga dapat terjadi karena makrosomia meningkatkan risiko otot-otot rahim hingga tidak berkontraksi dengan benar setelah persalinan.
Ibu yang sebelumnya menjalani operasi caesar juga memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami ruptur uteri.
Ini adalah komplikasi yang jarang terjadi, yakni robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
3. Gula Darah Rendah
Setelah bayi makrosomik lahir, ia mungkin membutuhkan perawatan singkat di NICU karena gula darahnya cenderung rendah, kuning, atau kesulitan bernapas.
Melansir Cleveland Clinic, bayi yang didiagnosis dengan makrosomia janin lebih mungkin dilahirkan dengan kadar gula darah yang lebih rendah dari biasanya.
Meski berisiko memiliki kadar gula darah rendah, ia juga dapat memiliki risiko obesitas seiring bertambahnya usia.
4. Berisiko Mengalami Sindrom Metabolik
Selain pada ibu, risiko bayi yang lahir dengan makrosomia yaitu mengalami sindrom metabolik selama masa kanak-kanak.
Kelompok kondisi sindrom metabolik ini termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kelebihan lemak di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol abnormal.
Seiring bertambahnya usia anak, sindrom ini dapat meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.
5. Traumatis pada Ibu Hamil
Melansir studi yang diterbitkan dalam Dove Press, risiko robekan vagina pasca melahirkan, dapat memengaruhi psikologis seorang wanita.
Robekan perineum meningkat 1,5 kali lipat menjadi 2 kali lipat pada kasus makrosomia. Hal ini dapat menjadi pengalaman traumatis pada ibu hamil.
Risiko ini tampaknya lebih tinggi pada wanita Asia, Filipina, dan India dibandingkan pada wanita Kaukasia.
Perbedaan etnis tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan tipe tubuh dan perbedaan anatomi perineum.
Trauma perineum mayor, termasuk robekan derajat ketiga dan keempat, dapat menyebabkan inkontinensia anal jangka panjang yang signifikan, yang dapat berdampak negatif pada kualitas hidup wanita.
Baca Juga: Ini Ciri-ciri Jahitan Lepas Pasca Melahirkan Normal, Moms Wajib Tahu!
Cara Mencegah Makrosomia
Untuk mencegah makrosomia, sebaiknya ibu hamil melakukan beberapa hal berikut.
- Mengontrol berat badan dengan makan makanan sehat dan bergizi seimbang sesuai porsinya.
- Mengelola diabetes baik sebelum kehamilan maupun saat hamil.
- Rutin melakukan olahraga ringan selama hamil seperti berjalan kaki atau prenatal yoga.
- Rutin memeriksakan diri ke dokter, apalagi jika sudah mengalami tanda-tanda dari makrosomia.
Nah, itulah penjelasan mengenai makrosomia pada janin. Jadi, Moms perlu menjaga kehamilan sebaik-baiknya sehingga menurunkan risiko bayi mengalami kondisi ini, ya!
- https://www.uptodate.com/contents/fetal-macrosomia
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4273542/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fetal-macrosomia/symptoms-causes/syc-20372579
- https://www.acog.org/patient-resources/faqs/pregnancy/obesity-and-pregnancy
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17795-fetal-macrosomia
- https://www.dovepress.com/fetal-and-maternal-complications-in-macrosomic-pregnancies-peer-reviewed-fulltext-article-RRN
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.