Mengenal Prosedur Ekstraksi Vakum, Saat Persalinan Moms Terhambat
Proses persalinan normal umumnya bisa berlangsung tanpa bantuan alat khusus. Namun, untuk kasus persalinan normal yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, dokter mungkin mengambil jalan tengah dengan menggunakan alat bantu, seperti ekstraksi vakum.
Saat Moms berupaya untuk mengejan tetapi bayi di dalam kandungan sulit terdorong ke jalan lahir, di sinilah penggunaan ekstraksi vakum disarankan.
Untuk tahu seperti apa prosedur melahirkan dengan ekstraksi vakum secara lebih dalam, simak selengkapnya, yuk, Moms!
Apa Itu Ekstraksi Vakum?
Foto: What to Expect
Ekstraksi vakum adalah suatu alat yang digunakan khusus untuk membantu proses melahirkan normal yang mengalami hambatan.
Hambatan ini biasanya terjadi ketika tubuh bayi tidak bergerak keluar melalui jalan lahir meskipun Moms sudah berusaha mengejan.
Bentuk alat bantu vakum untuk persalinan ini cara kerjanya mirip seperti vakum yang mungkin biasa Moms gunakan di rumah.
Jadi, vakum bekerja seolah mengisap kepala bayi tepatnya di sebagian tengkoraknya, bukan di ubun-ubun atau titik lunak kepala.
Cara kerja vakum selama melahirkan ini berguna untuk memandu agar kepala bayi bisa keluar lebih mudah sembari Moms mengejan sesuai arahan dokter atau bidan.
Dengan kata lain, kepala bayi tidak akan ditarik, melainkan diarahkan keluar dari vagina.
Oleh karena itu, Moms tetap perlu mengejan kuat secara teratur guna mengoptimalkan kerja alat ekstraksi vakum.
Baca Juga: 13 Cara Mempercepat Pembukaan Persalinan, Yuk Coba!
Apa Tujuan Pakai Ekstraksi Vakum?
Foto: Orami Photo Stock
Penggunaan vakum selama melahirkan normal dilakukan bukan tanpa tujuan dan alasan. Mengutip dari Mayo Clinic, dokter mungkin mempertimbangkan penggunaan vakum saat melahirkan bila Moms mengalami kondisi berikut:
- Rahim (serviks) sudah benar-benar terbuka.
- Ketuban sudah pecah.
- Posisi bayi sudah turun ke jalan lahir, tetapi sudah keluar meskipun sudah mengejan cukup lama.
Sementara tujuan pakai esktraksi vakum adalah untuk beberapa hal seperti:
1. Memudahkan Keluarnya bayi
Moms dikatakan mengalami persalinan terhambat bila sudah berusaha mengejan kuat bahkan dalam waktu cukup lama, tetapi bayi tidak kunjung bergerak keluar.
Pada kondisi ini, vakum bisa menjadi alat bantu untuk mempersingkat proses melahirkan normal. Jika dibiarkan terlalu lama tanpa bantuan, ditakutkan akan muncul komplikasi persalinan pada Moms dan bayi.
2. Mempercepat keluar bayi bila ditemukan adanya masalah detak jantung
Selama proses persalinan, baik normal maupun operasi caesar, detak jantung Moms dan bayi selalu dalam pantauan dokter serta tim medis.
Bila ditemukan ada masalah dengan detak jantung bayi, dokter bisa saja menyarankan bantuan ekstraksi vakum untuk mempersingkat melahirkan normal.
3. Mempersingkat waktu mengejan
Bukan hanya bayi, jika Moms memiliki masalah kesehatan tertentu, dokter juga mungkin menggunakan bantuan vakum agar tidak perlu mengejan terlalu lama.
Ini bisanya bila Moms punya kondisi penyempitan katup aorta jantung atau masalah lainnya yang berisiko membahayakan keselamatan diri dan bayi.
Baca Juga: 9 Jenis Olahraga Persiapan Persalinan Normal Agar Lebih Lancar, Catat!
Kondisi yang Tidak Disarankan Pakai Ekstraksi Vakum
Foto: Orami Photo Stock
Meski punya tujuan yang baik, penggunaan ekstraksi vakum tidak diperuntukkan bagi Moms dengan kondisi berikut:
- Usia kehamilan kurang dari 34 minggu.
- Bayi punya masalah dengan tulang dan kelainan darah, seperti osteogenesis imperfecta maupun hemofilia.
- Kepala bayi belum turun sampai ke titik tengah jalan lahir.
- Posisi kepala bayi tidak terdeteksi.
- Lengan, bahu, pantat, atau kaki bayi yang terlihat akan keluar lebih dahulu di jalan lahir, bukan kepalanya.
- Bayi diperkirakan susah masuk ke panggul Moms karena ukuran kepalanya terlalu besar atau ukuran panggul terlalu kecil.
Bagaimana Prosedur Melahirkan dengan Ekstraksi Vakum?
Foto: Orami Photo Stock
Umumnya, sebelum dokter memutuskan pakai bantuan vakum, berbagai cara lainnya akan dicoba terlebih dahulu.
Moms mungkin diberikan obat Pitocin untuk merangsang kontraksi yang lebih kuat.
Pitocin biasanya dipakai sebagai salah satu cara induksi persalinan dalam melahirkan normal. Ada juga metode episiotomi dengan membuat sayatan di bagian perineum, yakni antara vagina dan anus.
Tujuan episiotomi ini adalah untuk memperlebar bukaan vagina sehingga bayi lebih mudah keluar.
Namun, bila cara-cara tersebut telah dicoba dan tidak kunjung ada perkembangan yang berarti, esktraksi vakum bisa jadi pilihan selanjutnya.
Nah, jika Moms memang perlu dibantu dengan ekstraksi vakum, berikut prosedur atau langkah-langkah yang umumnya dilakukan dokter:
- Selayaknya posisi melahirkan normal, Moms harus berbaring teletang dengan kedua kaki ditekuk dan dibuka lebar.
- Dokter memasukkan alat ekstraksi vakum ke dalam vagina, kemudian memosisikannya di tengkorak kepala bayi.
- Pompa vakum dinyalakan agar alat bisa mengisap dan menarik bayi keluar melalui jalan lahir.
- Setiap kontraksi dan Moms mengejan, dokter dengan cekatan meningkatkan isapan vakum sambil membimbing bayi keluar melalui jalan lahir.
- Sementara di sela-sela kontraksi, tekanan isapan vakum dikurangi oleh dokter.
- Ketika kepala bayi berhasil keluar dari vagina, vakum yang ada di tengkorak kepalanya dilepas.
Sayangnya, ada kalanya prosedur ekstraksi vakum tidak membuahkan hasil. Jika ini yang terjadi, operasi caesar dibutuhkan segera sebagai solusi agar bayi bisa segera lahir.
Setelah prosedur vakum melahirkan berhasil dilakukan, dokter dan tim medis tidak lupa untuk mengamati kemungkinan adanya cedera akibat penggunaan alat ini.
Begitu pula dengan bayi, kondisinya akan selalu dipantau untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala komplikasi akibat penggunaan vakum.
Baca Juga: Manfaat Tes Glukosa Pada Bayi Baru Lahir
Adakah Risiko Melahirkan dengan Ekstraksi Vakum?
Foto: Orami Photo Stock
Bukan tidak mungkin ada risiko cedera yang ditimbulkan dari penggunaan vakum sebagai alat bantu persalinan. Moms dan bayi punya risiko yang sama bila melakukan alat bantu ini selama persalinan.
Risiko ekstraksi vakum bagi Moms
Kemungkinan risiko yang dialami Moms meliputi:
- Nyeri pada perineum atau bagian antara vagina dan anus.
- Susah dan sakit saat buang air kecil untuk sementara waktu.
- Mengalami inkontinensia urine atau tinja (tidak sengaja buang air kecil atau besar).
- Ada robekan di vagina bagian bawah.
Risiko ekstraksi vakum bagi bayi
Kemungkinan risiko pada bayi Anda meliputi:
- Luka pada kulit kepala.
- Mengalami distosia bahu karena kemungkinan bahu bayi tersangkut saat ditarik ke luar.
- Cedera pada tulang tengkorak.
- Perdarahan di dalam tulang tengkorak.
Meski begitu, Moms tidak perlu khawatir karena cedera yang serius pada bayi setelah menjalani ekstraksi vakum sebenarnya jarang terjadi. Konsultasikan ke dokter bila ada pertanyaan atau mengalami kondisi yang mengkhawatirkan, ya, Moms!
- https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/vacuum-extraction/about/pac-20395232
- https://www.aafp.org/afp/2008/1015/p953.html
- https://utswmed.org/medblog/forceps-vacuum-delivery/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.