Melahirkan di Rumah, Apakah Aman? Yuk, Ketahui!
Merasa nyaman dan tak ingin repot-repot pergi ke rumah sakit, beberapa wanita yang sedang hamil lebih memilih melahirkan di rumah.
Penelitian American College of Obstetricians & Gynecologists menyatakan bahwa melahirkan di rumah akan membuat bayi lebih sehat.
Melahirkan di rumah juga mengurangi risiko laserasi vagina, perineal, dan laserasi derajat ketiga atau keempat. Selain itu, lebih sedikit pula morbiditas infeksi pada ibu.
Dari Child Health Programme di Netherlands Organisation for Applied Scientific Research Leiden University, Profesor Simone Buitendjik menyatakan bahwa dari 530.000 wanita, setengah dari mereka menginginkan untuk melahirkan di rumah, dan sebagiannya lagi memilih rumah sakit sebagai tempat persalinan.
Angka kematian bayi yang melahirkan di rumah sakit lebih besar dibanding yang melahirkan di rumah.
Ketahui lebih banyak tentang persyaratan dan keamanan melahirkan di rumah yuk!
Baca Juga: Benarkah Gentle Birth Membantu Persalinan Lebih Nyaman?
Kondisi Kesehatan Bila Ingin Melahirkan di Rumah
Foto: verywellfamily.com
Kondisi kesehatan calon ibu menjadi persyaratan utama jika ingin melahirkan di rumah. Moms dapat memeriksa kehamilan melalui dokter kandungan atau bidan.
Jika kondisi kehamilan Moms berjalan normal dan tak berisiko, Moms dapat memiliki kesempatan melakukan persalinan di rumah.
Sebaliknya, jika Moms memiliki kondisi yang dapat membuat risiko pada saat persalinan, sebaiknya tidak melakukan persalinan.
Moms yang berencana untuk melahirkan di rumah wajib pula mengetahui risiko dan manfaatnya berdasarkan bukti terbaru.
Melahirkan di rumah, walau mengurangi campur tangan pihak lain seperti bidan atau dokter, dibandingkan melahirkan di rumah sakit, juga lebih tinggi dua kali lipat risiko kematian perinatalnya (1-2 dari 1.000 kasus).
Baca Juga: 5 Artis Indonesia yang Melakukan Gentle Birth, Moms Tertarik?
Dikutip dari British Medical Journal, peningkatan risiko neonatal juga menjadi tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan melahirkan di rumah sakit.
Pengamatan ini mungkin mencerminkan faktor risiko kebidanan yang lebih sedikit di antara wanita yang merencanakan kelahiran di rumah dibandingkan dengan mereka yang merencanakan kelahiran di rumah sakit.
Meskipun American College of Obstetricians dan Gynecologists percaya bahwa rumah sakit dan pusat kelahiran terakreditasi adalah pengaturan teraman untuk kelahiran, setiap wanita memiliki hak untuk membuat keputusan medis tentang persalinan.
Bagi Moms yang pernah melakukan operasi caesar, hamil kembar, kelahiran prematur, gawat janin, posisi bayi yang tidak tepat, kehamilan postmatur, atau memiliki masalah kesehatan seperti diabetes gestasional, infeksi ketuban, atau preeklamsia, kemungkinan besar Moms tidak dapat melakukan persalinan di rumah.
Baca Juga: Benarkah Gentle Birth Membantu Persalinan Lebih Nyaman?
Pertolongan Dokter dan Bidan untuk Melahirkan di Rumah
Foto Melahirkan di Rumah (globalwomenconnected.com)
Meskipun persalinan dilakukan di rumah, Moms tetap memerlukan bantuan seorang dokter atau bidan yang tentunya memiliki izin praktik resmi dan berkompetensi.
Sebab, di Amerika Serikat, menurut American Journal of Obstetrician and Gynecologist, angka kesakitan dan kematian perinatal yang lebih rendah jika melahirkan di rumah dengan diasistensi oleh bidan bersertifikasi American Midwifery Certification Board dibandingkan dengan melahirkan didampingi bidan yang tidak memiliki sertifikasi.
Jika Moms memilih untuk memakai bidan, tetap pastikan bahwa bidan tersebut terhubung ke dokter kandungan di rumah sakit terdekat untuk mempersiapkan apabila terjadi kondisi darurat.
Hal yang akan dilakukan sebelum melakukan persalinan, biasanya akan dilakukan pemeriksaan denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah, serta detak jantung bayi secara berkala.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan kondisi ibu dan bayi yang akan segera lahir.
Baca Juga: Mengenal Hypnobirthing, Cara Melahirkan Tanpa Rasa Sakit
Sarana dan Tempat untuk Melahirkan di Rumah
Foto Melahirkan di Rumah (babyhintsandtips.com)
Saat Moms memutuskan untuk melahirkan di rumah, pastikan bahwa Moms telah berkonsultasi mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan menjelang persalinan yang akan dilakukan di rumah.
Moms perlu memastikan bahwa bidan atau dokter membawa peralatan yang diperlukan saat kondisi darurat.
Dikutip dari American Academy of Pediatrics, minimal seorang bidan perlu membawa oksigen, infus, serta obat yang dapat menghentikan perdarahan setelah melahirkan.
Baca Juga: Jenis Simbol di Produk Perawatan Kulit Bayi yang Perlu Moms Ketahui
Berikut ini adalah serangkaian pemeriksaan dan perawatan yang dilakukan seorang bidan jika Moms memutuskan untuk melahirkan di rumah sesuai panduan dari American Academy of Pediatrics:
- Perawatan transisional 4-8 jam setelah melahirkan berikut pemeriksaan fisik
- Monitoring penyakit streptococcal grup B
- Skrining glukosa
- Profilaksis mata
- Pemberian vitamin K
- Pemberian vaksinasi hepatitis B
- Inisiasi menyusui dini
- Skrining hiperbilirubin
- Skrining universal bayi
Bidan atau dokter biasanya akan meninjau kelayakan rumah sebagai tempat bersalin, mulai dari bagian kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, dan memperkirakan jarak rumah dengan rumah sakit terdekat yang akan dilakukan mendekati HPL (hari perkiraan lahir).
Nah, Moms juga perlu mengetahui keamanan persalinan di rumah akan baik jika dilakukan pada wanita yang melahirkan bukan untuk pertama kalinya.
Akan lebih baik jika kehamilan pertama akan melalui proses persalinan dengan fasilitas kesehatan yang memadai seperti rumah sakit, klinik bersalin, atau puskesmas.
Baca Juga: 4 Artis yang Melahirkan di Bumi Sehat Bali dengan Cara Gentle Birth
Melahirkan di Rumah Saat Pandemi
Foto Ibu Menggendong Bayi (Orami Photo Stock)
Pandemi tidak juga berakhir, banyak keluarga yang tengah berpikir, apakah lebih aman untuk melahirkan di rumah atau di rumah sakit di saat virus COVID-19 masih merajalela dari sekarang?
Seperti yang sudah kita semua ketahui, pandemi COVID-19 saat ini masih terus menyebar di seluruh tanah air.
Mungkin ada beberapa dari Moms yang mempertimbangkan untuk melahirkan di rumah. Apalagi saat ini banyak rumah sakit yang diperbantukan untuk merawat pasien COVID-19.
Dilansir dari Healthline, dalam beberapa kasus yang terjadi di Amerika, anak yang lahir dari ibu yang dicurigai terjangkit virus COVID-19 akan dipisahkan dari sang ibu.
Namun, perlu diketahui bahwa memisahkan anak dari sang ibu ketika baru lahir akan sangat berpengaruh bagi kondisi kesehatan sang anak.
Memisahkan ibu dan sang anak saat melahirkan akan memberikan dampak negatif bagi si bayi.
Sementara itu, aktivitas skin-to-skin dan menyusui sendiri dapat memberikan dampak kesehatan yang sangat baik untuk kesehatan jangka pendek dan jangka panjang sang anak.
Keuntungan di atas pun masih bisa sangat berguna saat pandemi. Terlebih aktivitas menyusui bisa meningkatkan fungsi imun Si Kecil.
WHO secara eksplisit sendiri merekomendasikan aktivitas skin-to-skin dan menyusui tetap dilakukan walau etika sang ibu sudah dinyatakan positif terjangkit virus COVID-19.
Setelah ada pernyataan dari WHO, banyak wanita hamil di Amerika yang ingin melakukan proses melahirkan di rumah sendiri.
Secara psikologis, dengan hal-hal yang terjadi saat pandemic ini, calon ibu merasa lebih nyaman untuk melahirkan di tempat atau lingkungan yang membuat dirinya merasa punya kontrol.
Baca Juga: Lebih Sakit Melahirkan Normal atau Caesar? Cari Tahu Jawabannya di Sini!
Memahami Risiko dan Rencana Cadangan
Foto Ibu Hamil (Orami Photo Stock)
Jika Moms sudah yakin untuk melakukan persalinan di rumah, jangan lupa untuk memahami risiko yang mungkin akan terjadi.
Moms perlu tahu hal-hal seperti keterbatasan, keuntungan, serta risiko yang mungkin terjadi.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Moms pun harus tetap membicarakan dan membahas rencana ini kepada dokter kandungan.
Jangan lupa tanyakan mengenai peralatan apa yang bisa pihak rumah sakit perbantukan sesuai dengan latar belakang serta kemampuan dokter serta rumah sakit.
Lebih dalam dijelaskan bahwa banyak wanita yang mengalami komplikasi yang tidak diantisipasi sebelumnya.
Detak jantung bayi yang menurun drastis. Jika hal ini terjadi, tentu saja ibu dan anak harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Dalam sebuah jurnal yang dipublish ole The Midvvies Alliance of North America yang menguji 17,000 ibu yang memilih untuk melahirkan di rumah, sekitar 11% harus dilarikan ke rumah sakit.
Meski demikian, melahirkan di rumah akan menjadi lebih aman untuk dilakukan bagi para wanita yang sebelumya sudah pernah melahirkan.
Jadi, untuk Moms yang sudah merencanakan untuk melahirkan di rumah, ada baiknya untuk menyediakan tempat yang dekat dengan rumah sakit.
Jangan sampai ada keterlambatan penjemputan karena hal tersebut bisa berbahaya untuk ibu dan anak.
Bagaimana informasi yang Orami berikan? Jika ada pertanyaan atau ingin menceritakan pengalaman, Moms dan Dads bisa tuliskan di kolom komentar di bawah, ya!
- https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2017/04/planned-home-birth
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8942692/
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23791564/
- https://pediatrics.aappublications.org/content/131/5/1016
- https://www.healthline.com/health/pregnancy/home-births-rise-with-covid-19#Understand-your-risks-and-have-a-backup-plan
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.