9 Bahaya Hamil dengan Kondisi Plasenta Previa dan Gejalanya
Plasenta previa adalah kondisi yang perlu mendapatkan perhatian lebih.
Plasenta adalah struktur yang berkembang di dalam rahim Moms selama kehamilan, menyediakan oksigen dan nutrisi serta membuang kotoran dari bayi kita.
Salah satu gangguan yang bisa terjadi pada plasenta adalah plasenta previa.
Baca Juga: 10 Toko Bunga Florist Bandung Terlengkap, Bisa Gratis Ongkir
Apa itu Plasenta Previa?
Plasenta previa adalah suatu kondisi di mana plasenta terletak sangat rendah di dalam rahim, menutupi sebagian atau seluruhnya serviks ibu dan dapat menghalangi keluarnya bayi dari rahim karena jalan lahir yang tertutup.
Menurut American Pregnancy Association, ibu hamil dengan plasenta previa memengaruhi sekitar 1 dari 200 Moms pada trimester ketiga kehamilan.
Kondisi ibu hamil dengan plasenta previa biasanya menyebabkan pendarahan hebat sebelum atau selama persalinan.
Baca Juga: Mengenal Retensio Plasenta, Kondisi Plasenta Tertinggal setelah Proses Persalinan
Jenis Plasenta Previa pada Ibu Hamil
Ada 3 jenis plasenta previa pada ibu hamil, yang meliputi:
- Plasenta previa lengkap: terjadi ketika plasenta menutupi seluruh lubang dari rahim hingga serviks
- Plasenta previa parsial: terjadi ketika plasenta menutupi sebagian bukaan serviks
- Plasenta previa marjinal: terjadi ketika plasenta terletak berdekatan, tetapi tidak menutupi, bukaan serviks
Pemeriksaan ultrasonografi digunakan untuk mendeteksi plasenta previa.
Selain membuat bayi tidak dapat keluar dari jalur lahir, ternyata ada banyak bahaya dari kondisi ini yang akan dirasakan baik oleh ibu maupun bayi di dalam janin.
Gejala Plasenta Previa saat Hamil
Menurut Stanford Children's Health, gejala dari plasenta previa adalah terjadinya pendarahan vagina yang tidak terasa nyeri.
Kondisi ini umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Pada sebagian kasus, biasanya ketika Moms terkena plasenta previa akan terjadi pendarahan vagina.
Namun, umumnya kondisi ini tidak menunjukkan rasa nyeri hingga minggu ke-12 ketika plasenta berkembang sepenuhnya.
Dalam beberapa kasus, plasenta previa tidak memiliki gejala, dan terlihat ketika melakukan USG rutin.
Jadi, jika merasakan sakit pada perut ketika kehamilan Moms perlu berkonsultasi pada dokter.
Baca Juga: 5 Perbedaan USG Abdominal dan USG Transvaginal, Moms Wajib Tahu!
Bahaya Ibu Hamil dengan Plasenta Previa
Apa bahaya yang mungkin terjadi? Berikut ini merupakan bahaya plasenta previa bagi ibu dan janin.
1. Pendarahan
Jika Moms menderita plasenta previa, Moms mungkin mengalami perdarahan selama kehamilan dan selama persalinan.
Perdarahan vagina berwarna merah cerah tanpa rasa sakit selama paruh kedua kehamilan adalah tanda utamanya.
Beberapa wanita juga mengalami kontraksi.
Pada tahap atau trimester akhir kehamilan, bagian bawah rahim menipis dan melebar untuk mengakomodasi bayi yang sedang tumbuh.
Jika plasenta berlabuh ke bagian bawah rahim, penipisan dan penyebaran ini akan menyobek plasenta dan menyebabkan perdarahan.
2. Syok
Ibu hamil yang mengalami pendarahan tentu saja juga akan mengalami anemia dan memicu syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat di mana jantung tidak mampu memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang.
3. Ketuban Pecah Dini
Ketika pendarahan terjadi, maka resiko Premature Rupture of Membranes (PPRoM) atau ketuban pecah dini juga ikut meningkat.
Itu artinya, persalinan darurat sangat dibutuhkan untuk mengurangi resiko kematian.
Baca Juga: Masalah Pigmentasi Kulit pada Ibu Hamil, Atasi dengan 8 Cara Ini
4. Operasi Caesar
Sekitar 75% perempuan dengan plasenta previa pada trisemester ketiga akan melahirkan secara caesar.
Perempuan dengan plasenta previa marginal dapat melahirkan secara normal dengan pemantauan ketat, tetapi hampir semua perempuan dengan kondisi ini membutuhkan persalinan caesar.
5. Histerektomi atau Pengangkatan Rahim
Terkadang, plasenta previa menyebabkan plasenta akreta atau kondisi di mana plasenta melekat pada dinding rahim dan memiliki kesulitan lepas selama kelahiran.
Mengeluarkan plasenta dapat menyebabkan perdarahan dan untuk mengendalikan perdarahan ini.
pasien mungkin perlu beberapa transfusi dan dilakukan proses histerektomi atau pengangkatan rahim.
6. Permasalahan Paru-Paru
Melansir dari website Birth Injury Guide, karena lahir prematur, maka plasenta previa menyebabkan bayi berisiko komplikasi.
Seperti masalah pernapasan atau paru-paru yang belum berkembang sesuai usianya.
7. Cedera Otak
Plasenta previa bisa tidak berbahaya bagi bayi jika terdeteksi dan diobati tepat waktu.
Akan tetapi jika dokter gagal memantau dan plasenta previa tidak diobati, bayi berisiko mengalami kerusakan otak, yang dapat menyebabkan cerebral palsy.
Cerebral palsy atau yang disebut dengan lumpuh otak adalah kelainan yang memengaruhi otot, saraf, gerakan, dan kemampuan motorik seseorang untuk bergerak secara terkoordinasi dan terarah.
Cedera otak lainnya yang memungkinkan adalah penyakit ensefalopati atau perubahan kondisi mental.
8. Kelahiran Prematur
Bahaya plasenta previa yang selanjutnya adalah kelahiran prematur.
Pendarahan hebat dapat menyebabkan operasi caesar darurat sebelum bayi mencapai cukup bulan.
Sekitar 15% wanita dengan plasenta previa melahirkan sebelum usia kehamilan 34 minggu.
9. Janin Abnormal
Plasenta previa dikaitkan dengan kelainan plasenta atau tali pusar lainnya.
Melansir dari Medicinenet, masalah plasenta previa menunjukkan terhambatnya pertumbuhan janin pada ibu hamil.
Ini karena letak plasenta di bagian bawah rahim sangat memungkinkan janin yang abnormal.
Baca Juga: 25 Sayuran untuk Ibu Hamil yang Baik Dikonsumsi Rutin
Bisakah Ibu Hamil dengan Plasenta Previa Melahirkan Normal?
Ibu hamil dengan plasenta previa pada akhirnya kebanyakan memang akan melahirkan secara caesar.
Namun pada beberapa kondisi tertentu, melahirkan normal pun memungkinkan, di antara lainnya:
1. Plasenta Previa Hilang
Bagi beberapa ibu hamil, penempatan plasenta bukan menjadi masalah lagi ketika kehamilan berlanjut.
Karena, sebagian besar plasenta previa akan sembuh sendiri dan posisinya bisa menjadi normal setelah 20 minggu.
Namun, jika setelah 20 minggu plasenta previa masih ada, lakukan ultrasonografi tiap 2 hingga 4 minggu untuk memantaunya.
2. Plasenta Bergeser
Pada kondisi partial previa, plasenta tidak menutupi jalan lahir.
Jadi, ketika semakin besar ukuran rahim karena bertambahnya usia kehamilan, maka plasenta bisa bergeser.
Perubahan posisi plasenta ini bisa semakin menjauhi jalan lahir atau malah sebaliknya.
Jika plasenta bergeser cukup jauh dari jalan lahir, maka sangat memungkinkan untuk melahirkan secara vaginal.
Biasanya jarak minimal plasenta dari jalan lahir untuk bisa melahirkan normal sekitar 5 cm, Moms.
Namun, sayangnya kondisi di atas tidak selamanya dialami oleh setiap ibu hamil dengan plasenta previa, ya, Moms.
Menurut Birth Injury Help Center, plasenta previa umumnya akan memberikan dampak pada proses persalinan normal.
Ketika plasenta menutup serviks dan jalan lahir, proses persalinan normal bisa membahayakan bayi.
Untuk beberapa kasus, misalnya plasenta yang hanya menutup sebagian area serviks dan jalan lahir, proses persalinan normal masih mungkin dilakukan.
Jadi, jika Moms didiagnosis mengalami plasenta previa yang menutupi seluruh jalur lahir hingga trimester ketiga, ada baiknya untuk bersiap menjalani operasi caesar.
Baca Juga: Cara Mengatasi Masalah Psikologi Menjelang Persalinan
Larangan Ibu Hamil dengan Plasenta Previa
Tidak hanya itu saja Moms, ada juga beberapa larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang harus dipatuhi, lho!
Apa saja? Yuk, kita simak!
1. Jangan Berhubungan Seks
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang pertama adalah berhubungan seks.
Apabila hal ini terjadi, risiko perdarahan ibu hamil akan terjadi pada saat trimester ke-2 dan ke-3.
"Apabila ibu hamil terdiagnosis dengan plasenta previa, maka sebaiknya hindari berhubungan intim dengan suami sewaktu hamil dan juga mengurangi aktivitas olahraga," jelas dr. Muhammad Fadli, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Alasannya adalah jika terjadi orgasme dapat dikaitkan dengan kontraksi uterus sementara, yang dapat memicu perdarahan.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa hubungan vagina (atau memasukkan benda apa pun jauh ke dalam vagina) dapat menyebabkan trauma langsung pada previa.
Tidak ada studi yang dipublikasikan untuk mendukung atau membantah rekomendasi ini.
Namun, seperti dibahas di atas, palpasi plasenta previa melalui serviks yang melebar sebagian dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Selain itu, menurut dr. Fadli, ibu hamil perlu untuk selalu memantau kehamilan secara rutin.
2. Tidak Bisa Melahirkan secara Alami
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang selanjutnya adalah melahirkan normal.
Melahirkan dengan metode sesar (C-section) diperlukan untuk Moms yang menderita plasenta previa lengkap dan mungkin diperlukan untuk jenis plasenta previa lainnya.
Kelahiran dengan sesar biasanya direncanakan untuk wanita dengan plasenta previa segera setelah bayi dapat dilahirkan dengan aman (biasanya setelah 36 minggu kehamilan).
Meskipun persalinan sesar darurat pada usia kehamilan yang lebih awal mungkin diperlukan jika terjadi perdarahan hebat yang tidak dapat dihentikan setelahnya.
Baca Juga: 3 Tahapan Sakit Melahirkan Normal, Moms Perlu Tahu!
3. Harus Menghindari Olahraga
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang selanjutnya adalah berolahraga.
Moms yang mengalami pendarahan aktif atau yang mengalami perdarahan yang tidak dapat dihentikan akan dirawat di rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
Jika hanya ada sedikit atau tidak ada perdarahan, istirahat di rumah mungkin akan disarankan dokter.
Namun ibu hamil yang menderita plasenta previa pada trimester ke-3 kehamilan disarankan untuk menghindari hubungan seksual dan olahraga serta mengurangi tingkat aktivitasnya.
Moms disarankan untuk menghindari olahraga tingkat sedang hingga berat, seperti angkat beban, atau berdiri untuk periode waktu yang lama.
Tingkat aktivitas ini telah dikaitkan dengan peningkatan kecil tetapi signifikan secara statistik pada kelahiran prematur.
4. Tidak Melakukan Perjalanan Jauh di Kehamilan Tua
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang selanjutnya adalah melakukan perjalanan jauh saat hamil tua.
Ibu dengan plasenta previa biasanya dijadwalkan untuk melakukan persalinan sesar pada 36 + 0 hingga 37 + 6 minggu pada kehamilan dengan plasenta previa tanpa komplikasi.
Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologists dan studi di Society for Maternal-Fetal Medicine.
Plasenta previa tanpa komplikasi didefinisikan sebagai tanpa hambatan pertumbuhan janin, preeklamsia tumpang tindih, atau masalah lain yang menjadi preseden untuk pengambilan keputusan persalinan.
Makanya Moms disarankan untuk tetap di rumah agar dekat dengan rumah sakit.
5. Hindari Olahraga Aerobik dan Jalan Cepat
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang selanjutnya adalah olahraga aerobik dan jalan cepat.
Wanita hamil yang sehat membutuhkan setidaknya 2½ jam aktivitas aerobik intensitas sedang setiap minggu.
Namun Moms dengan kondisi plasenra previa disarankan untuk menghindari jenis olahraga aerobik atau kardio yang harus menggerakkan otot besar, seperti lengan dan kaki.
Aerobik yang masuk dalam kategori olahraga intensitas tinggi ini akan membuat Moms bernapas lebih cepat dan dalam serta membuat jantung kita berdetak lebih cepat.
Sedangkan jalan cepat adalah contoh aktivitas aerobik intensitas sedang.
Jika Moms melakukannya dan bekerja terlalu keras karena kedua jenis olahraga ini, Moms berisiki mengalami perdarahan hebat.
Baca Juga: 9 Olahraga Kardio yang Mudah Dilakukan di Rumah
6. Mandi dengan Air yang Agak Panas
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang selanjutnya adalah mandi dengan air agak panas.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu di sauna atau bak mandi air panas dapat membuat suhu tubuh Moms terlalu tinggi.
Hal ini dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat lahir, dan bisa meningkatkan risiko perdarahan.
Untuk amannya, jangan menghabiskan lebih dari 15 menit sekaligus di sauna atau lebih dari 10 menit sekaligus di bak mandi air panas.
7. Tidur Telentang dengan Posisi Badan Rata
Posisi tidur ibu hamil dengan kondisi ini yang dilarang selanjutnya adalah telentang.
Tidur telentang umumnya dianggap aman selama trimester pertama.
Sebuah studi dari Obstetrics and Gynecology mengungkap bahwa tidur sepanjang malam terlentang berhubungan dengan lahir mati untuk Si Kecil.
Namun, sebelum terlalu khawatir, pahami bahwa penelitian ini kecil dan mungkin ada faktor lain seperti sleep apnea.
Posisi ini juga tidak disarankan sebab dapat membuat Moms sesak napas.
8. Tidak Boleh Tidur Tengkurap
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang selanjutnya adalah tidur tengkurap.
Saat hamil, perubahan fisik paling mencolok adalah perut.
Ketika usia kehamilan Moms bertambah tentu keadaan berbaring tengkurap pun tidak memungkinkan.
Posisi ini juga membuat tekanan di rahim dan posisi ari-ari semakin dalam tertekan pada ibu hamil dengan kondisi plasenta previa.
Dikhawatirkan ari-ari tumbuh semakin lebar dan menutup jalan lahir seluruhnya.
Bidan di Amerika Serikat, Liz Wilkes mengungkapkan pada awal kehamilan, berbaring tekurang aman dan nyaman secara umum.
”Meskipun aman saat perut semakin bertumbuh tidak akan tetap nyaman, tubuh pun akan memberi sinyal untuk perubahan posisi tidur,” katanya.
Sebagian besar ibu hamil menemukan bahwa tidak lama kemudian mereka tidak dapat berbaring tengkurap sebelum ketidaknyamanan membuat mereka tidak mampu tidur tengkurap.
Tetapi, menghindari tidur tengkurap ibu hamil dengan plasenta previa pun bukan sekedar soal kenyamanan.
Ada juga alasan keamanan, tidur tengkurap memiliki efek negatif yang sama dengan tidur telentang.
Tidur tengkurap dapat menyebabkan tonjolan Si Kecil bergerak ke dalam perut dan menekan aorta dan IVC.
9. Stres dan Banyak Pikiran
Larangan ibu hamil dengan kondisi ini yang selanjutnya adalah stres dan banyak pikiran.
Tidak hanya aktivitas fisik saja, masalah pada mental seperti stres, banyak pikiran dan depresi juga bisa memengaruhi kesehatan ibu hamil dengan kondisi plasenta previa.
Stres dapat memicu ketidakseimbangan hormon serta masalah kesehatan lainnya yang dapat mengganggu kesehatan ibu hamil.
Selain itu, saat stres Moms juga cenderung akan menjadi susah tidur, tidak mau makan dan bahkan menjadi tertutup dengan orang lain.
Kombinasi efek-efek stres ini tidak baik bagi kesehatan lho, Moms.
10. Harus Menjaga Makan, Tidak Boleh Sembarangan
Larangan ibu hamil dengan plasenta previa yang selanjutnya adalah makan sembarangan.
Ibu hamil yang menginginkan kehamilan yang sehat walaupun didiagnosis dengan kondisi ini, memenuhi nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil adalah hal yang paling utama.
Baca Juga: 8 Makanan Sumber Zat Besi untuk Ibu Hamil, Yuk Simak!
Larangan ibu hamil dengan kondisi ini agar tidak mengkonsumsi makanan secara sembaragan terutama makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, dan tidak terjamin kebersihannya.
Pasalnya, kondisi kekuatan kandungan ibu hamil plasenta previa tentu lebih lemah dibandingkan kehamilan biasanya.
Itulah beberapa larangan ibu hamil dengan plasenta previa. Larangan-larangan tersebut tentu bukan tanpa alasan ya, Moms.
Nah Moms, sebaiknya segera diskusikan dengan dokter kandungan jika Moms berisiko mengalami plasenta previa, ya.
- https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/1471-0528.15306
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29079144/
- https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-health-wellness/sleeping-positions-while-pregnant/
- https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=bleeding-in-pregnancyplacenta-previaplacental-abruption-90-P02437
- https://www.birthinjuryhelpcenter.org/placenta-previa.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.