Penyakit Malaria: Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi dan Pencegahan yang Dapat Dilakukan
Dilansir dari World Health Organization, malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Penyakit demam akut ini ditandai dengan gejala awal berupa demam, sakit kepala, dan kedinginan.
Sejumlah gejala tersebut muncul 10–15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Parahnya, gejala tersebut dapat berkembang menjadi sangat parah, dan memicu kematian penderita dalam waktu 24 jam.
Pada tahun 2020 lalu, hampir setengah dari populasi dunia berisiko terkena malaria.
Beberapa kelompok penduduk memiliki risiko tinggi untuk tertular dan mengembangkan gejala lebih parah.
Beberapa kelompok tersebut, termasuk anak di bawah usia 5 tahun, wanita hamil, dan penderita HIV/AIDS.
Orang dengan kekebalan tubuh rendah, serta traveler yang mengunjungi daerah pandemi memiliki risiko yang sama.
Untuk lebih jelasnya terkait penyakit, baca selengkapnya di bawah ini.
Baca juga: 10 Obat Nyeri Saat Berhubungan, Bisa Dicoba Moms
Gejala Penyakit Malaria
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, gejala malaria yang bisa saja dialami oleh penderita, seperti:
- Demam
- Menggigil kedinginan
- Bersin-bersin
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Diare
Pada beberapa penderita, mereka mengalami anemia atau kurangnya kadar sel darah merah dalam tubuh.
Selain itu, beberapa penderita juga mengalami penyakit kuning, yaitu perubahan warna menjadi kekuningan pada mata dan kulit.
Jika tidak segera diatasi dengan langkah perawatan yang tepat, infeksi bisa berkembang menjadi semakin parah.
Hal ini memicu beberapa kondisi, seperti:
- Gagal ginjal;
- Kejang-kejang;
- Kebingungan mental;
- Koma.
Komplikasi paling parah yang bisa saja terjadi saat sejumlah gejala dibiarkan begitu saja adalah, kematian.
Hal tersebut terjadi karena sejumlah organ tubuh mengalami gangguan fungsinya akibat infeksi parasit.
Organ yang umumnya terkena, seperti hati, ginjal, dan limpa.
Jadi, pastikan segera mencari penanganan saat gejalanya muncul ya, Moms!
Penyebab Penyakit Malaria
Dilansir dari laman Mayo Clinic, malaria disebabkan oleh parasit bersel tunggal dari genus Plasmodium.
Parasit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Begini kira-kira siklus penyebaran penyakit tersebut:
1. Menggigit Manusia yang Terinfeksi
Nyamuk menjadi terinfeksi setelah menyedot atau menggigit penderita.
2. Penularan Parasit
Jika nyamuk yang terinfeksi tersebut menggigit seseorang, parasit tersebut akan berpindah ke dalam tubuh.
3. Menginfeksi Hati
Setelah parasit masuk ke dalam tubuh, mereka akan tinggal di dalam hati.
Bahkan beberapa di antaranya tertidur selama satu tahun.
4. Masuk ke dalam Aliran Darah
Ketika parasit sudah dewasa, mereka meninggalkan hati dan menginfeksi sel darah merah dalam tubuh.
Saat ini, akan muncul beberapa gejala malaria.
5. Menginfeksi yang Lainnya
Di titik tersebut, nyamuk yang menggigit tubuh akan akan terinfeksi parasit malaria, dan siklus di mulai dari awal.
Selain beberapa poin tersebut, terdapat metode penyebaran lainnya.
Ketika parasit masuk ke dalam sel darah merah seseorang, seseorang dapat terinfeksi saat terpapar darah penderita.
Baca Juga: Ketahui 15 Cara Mengusir Nyamuk yang Ampuh!
Kelompok Orang yang Rentan Terpapar Penyakit
Berikut ini beberapa kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi malaria, yaitu:
- Dari ibu ke anak yang belum lahir.
- Melalui transfusi darah.
- Dengan berbagi jarum suntik.
- Wisatawan.
- Orang yang sudah berusia tua.
- Wanita hamil dan janin dalam kandungan mereka.
Faktor risiko yang paling besar, yaitu tinggal atau mengunjungi daerah berpandemi.
Daerah tersebut termasuk tropis dan subtropis, seperti:
- Sub-Sahara Afrika
- Asia Selatan dan Tenggara
- Kepulauan Pasifik
- Amerika Tengah dan Amerika Selatan
Tinggi rendahnya risiko akan tergantung pada pengendalian penyebaran di daerah tersebut.
Perubahan musim dan tindakan pencegahan yang diambil memengaruhi intensitas penyebaran penyakit.
Di banyak negara dengan tingkat penyebaran yang tinggi, masalah tersebut diperburuk oleh kurangnya akses perawatan medis dan informasi.
Penduduk mungkin memperoleh kekebalan kelompok yang dapat mengurangi intensitas gejala penyakit.
Namun, kekebalan kelompok tersebut akan hilang dengan sendirinya saat Moms pindah ke tempat yang tidak memiliki kasus.
Baca juga: 13+ Manfaat Daun Babadotan untuk Kesehatan, Salah Satunya Mencegah Anemia!
Seberapa Cepat Penyebaran Infeksi setelah Gigitan?
Bagi kebanyakan penderita, gejala muncul pada 10 hari sampai 4 minggu setelah terinfeksi.
Pada beberapa penderita, mereka bisa saja mengalami gejala lebih cepat, yaitu 7 hari setelah terinfeksi.
Gejala paling lambat muncul 1 tahun kemudian setelah terinfeksi.
Jenis Malaria yang Umum Dialami
Terdapat dua jenis malaria yang umum dialami, yaitu:
1. P. vivax (Plasmodium vivax)
Gejalanya cenderung lebih ringan. Namun, parasitnya dapat bertahan di organ hati dalam jangka waktu yang lama.
2. P. ovale (Plasmodium ovale)
Tergolong tidak terlalu berbahaya, namun tetap harus waspada karena dapat menyebabkan anemia atau kekurangan darah.
Dari kedua jenis tersebut, parasit bisa saja menetap di hati dan tidak aktif selama beberapa bulan hingga 4 tahun setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.
Ketika bangun dari tidur panjangnya, parasit tersebut akan menyerang sel darah merah. Kemudian, sejumlah gejala pun muncul.
Diagnosis Penyakit Malaria
Selain dari gejala yang telah disebutkan sebelumnya, cara pasti untuk mengetahuinya adalah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat.
Untuk memastikannya, dokter akan melakukan tes diagnostik cepat malaria atau RDT malaria.
Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mendeteksi protein yang menjadi tanda keberadaan parasit penyebab penyakit.
Tes tersebut tidak memakan waktu lama, hanya menunggu beberapa menit saja, hasilnya sudah bisa terlihat.
Namun, pemeriksaan tersebut tidak cukup.
Pemeriksaan darah di bawah mikroskop juga diperlukan. Tujuannya adalah melihat keberadaan parasit, serta membedakan jenis malaria yang dialami.
Pemeriksaan sampel darah dapat langsung dilakukan ketika salah satu gejala muncul.
Untuk mengetahui apakah parasit sudah menginfeksi organ dalam tubuh, dokter melakukan tes uji fungsi hati atau ginjal.
Baca juga: 5+ Mitos Penyakit Flu, Cek Fakta Sebenarnya!
Pencegahan Malaria
World Health Organization merekomendasikan perluasan akses pada alat dan strategi pencegahan penyakit selama 2 dekade terakhir.
Langkah tersebut termasuk pengendalian vektor yang efektif dan penggunaan obat antimalaria.
Langkah tersebut ternyata berdampak besar dalam mengurangi beban global terkait penyakit ini.
Begini penjelasannya masing-masing:
1. Kontrol Vektor
Pengendalian vektor merupakan komponen penting dari strategi pengendalian dan eliminasi penyakit.
Cara ini dinilai efektif mencegah infeksi dan mengurangi penularan penyakit, yang dilakukan dengan:
- Penggunaan kelambu berinsektisida.
- Penyemprotan residu dalam ruangan.
Baca Juga: Tips Membuat Rumah Bebas Nyamuk
2. Kemoterapi Pencegahan
Langkah selanjutnya dilakukan dengan kemoterapi.
Caranya dilakukan dengan menggunakan obat-obatan, termasuk:
- Kemoprofilaksis, yang dilakukan dengan pemberian obat pada seseorang yang telah melakukan kontak dengan penderita.
- Pencegahan intermiten pada bayi dan wanita hamil.
Strategi yang satu ini dinilai aman dan hemat biaya, serta efektif mengendalikan kasus yang sedang berlangsung.
3. Melakukan Vaksinasi
Sejak Oktober 2021, World Health Organization merekomendasikan penggunaan vaksin secara luas.
Termasuk pada anak-anak yang tinggal di daerah dengan kasus penularan malaria P. falciparum dalam intensitas tinggi.
Vaksin terbukti secara signifikan mengurangi penyakit, dan mencegah perburukan gejala yang menyebabkan kematian pada anak-anak.
Itulah penjelasan lengkap seputar penyakit malaria.
Semoga menjadi informasi yang berguna untuk Moms dan keluarga, ya!
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malaria
- https://www.cdc.gov/malaria/about/faqs.html#diagnosis
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/malaria/symptoms-causes/syc-20351184
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.