Mengenal Atresia Duodenum, Kelainan Usus yang Bisa Membuat Bayi Dioperasi
Atresia duodenum, sebuah anomali langka yang terjadi satu di antara 6.000-10.000 kelahiran. Ini merupakan kelainan usus kecil, yang menghalangi aliran nutrisi di sepanjang saluran pencernaan janin.
Atresia duodenum pada bayi diiringi dengan masalah lain seperti sindroma down atau cacat jantung. Tetapi jika tidak, kondisi ini dapat diobati dengan mudah, tanpa komplikasi atau konsekuensi lebih lanjut pada anak.
Duodenum adalah bagian pertama dari usus kecil dan pembukaannya, lumen, tetap terbuka ketika janin berkembang di dalam rahim. Penyumbatan ini, atau atresia, menghasilkan polihidramnion - akumulasi abnormal cairan ketuban karena tidak ditelan dan dicerna oleh janin.
Ini selanjutnya dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Oleh karena itu, diagnosis dan perawatan kondisi bawaan ini diperlukan, menurut para peneliti di Pushpa Nagari, India.
Gejala Atresia Duodenum
Foto: Orami Photo Stock
Atresia duodenum pada bayi dapat bermanifestasi dalam bentuk kegagalan pertumbuhan duodenum, yang dapat terdeteksi sesaat setelah bayi dilahirkan.
Gejala atresia duodenum pasca kelahiran dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan penyumbatan. Mereka dapat meningkat atau menurun, kadang-kadang tidak muncul selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Namun, umumnya bayi mungkin menunjukkan perut bagian atas yang buncit atau bengkak karena akumulasi cairan di perut dan duodenum yang telah tersumbat.
Baca Juga: Usus Buntu pada Bayi, Ketahui Lebih Lanjut Yuk Moms!
Setelah lahir, bayi juga dapat memuntahkan cairan empedu. Warnanya kuning kehijauan, bahkan ada yang terdiri dari butiran berwarna cokelat terang atau terang.
Muntah akibat atresia duodenum biasanya terjadi beberapa jam setelah kelahiran dan akan parah dan dalam jumlah besar.
Normalnya, bayi baru lahir pada awalnya akan mengeluarkan tinja mekonium, yaitu tinja berwarna gelap yang berisi materi yang melapisi usus ketika janin berkembang dalam rahim. Namun, bayi dengan atresia duodenum akan sembelit.
Kabar buruknya, atresia duodenum pada bayi juga diiringi sejumlah penyakit dan kelainan. Misalnya sakit jantung, kelainan pada dubur, rektum, usus kecil, kerongkongan atau sistem genitourinari (yaitu, organ sistem reproduksi dan saluran kemih).
Bayi akan menjalani sejumlah rangkaian pemeriksaan untuk diagnosa atresia duodenum ini. Misalnya, rontgen, yang dilakukan setelah perut bayi dikosongkan dengan selang khusus. Investigasi lain seperti USG abdomen, ekokardiografi juga dilakukan.
Baca Juga: Ini Cara Mengobati Usus Buntu pada Bayi dan Penyebabnya, Cari Tahu Yuk Moms!
Dapatkah Atresia Duodenum Dideteksi saat Hamil?
Foto: Orami Photo Stock
Kelainan ini tidak mudah terdeteksi selama kehamilan. Tanda-tanda itu mungkin muncul pada USG, meski tidak spesifik, seperti perut melebar.
Namun, jika terdapat gelembung ganda pada usus, yang terlihat dengan sinar-X, dapat terlihat sumbatan cairan yang menumpuk di lambung.
Gelembung pertama adalah gambar perut berisi cairan, dan gelembung kedua adalah duodenum yang diisi cairan.
Pada banyak kasus, bayi memerlukan pembedahan. Ini yang Moms perlu perhatikan dalam proses operasi atresia duodenum.
Baca Juga: 3 Kelainan Tulang Penyebab Bayi Sulit Belajar Duduk Tegak
Sebelum dan Sesudah Operasi
Foto: Orami Photo Stock
Operasi, baik terbuka atau laparoskopi, dilakukan dua-tiga hari setelah lahir untuk memperbaiki atresia. Perbaikan atresia duodenum segala bentuk kondisi dilakukan dengan prosedur yang sama. Anestesi umum pertama kali diberikan pada bayi.
Proses operasi pada intinya membuka sumbatan ujung duodenum dan dihubungkan ke sisa usus kecil pada titik obstruksi. Jarang ada komplikasi dalam prosedur ini.
Setelah pembedahan, bayi dikembalikan ke NICU, dan memakai ventilator selama beberapa hari sementara detak jantung, pernapasan, dan kadar oksigennya dipantau. Selama dua hingga tiga minggu setelah prosedur, nutrisi diberikan secara intravena sampai usus sembuh dan mulai berfungsi secara normal.
Baca Juga: Bayi Sering Berbau Apek? Waspada Kelainan Genetik Fenilketonuria
Setelah bayi dapat mengkonsumsi makanan dari botol atau melalui menyusui, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi lebih lanjut, ia akan boleh pulang dari rumah sakit.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.